Share

4. Istri Pertama

Author: Roro Halus
last update Last Updated: 2024-05-01 14:23:05
Cesa seketika menatap nanar Zevin, "Kalau begitu, ceraikan aku.”



Rasa hormat atau takut menguap dari dalam diri Cesa akibat tajamnya lisan Zevin. Sungguh, dia lebih baik hidup di jalanan dibanding menghadapi pria itu.



Zevin seketika melepas kedua tangan Cesa.



Karena tak siap, gadis itu limbung dan terlentang di kasur.



"Jika bisa, aku tak akan pernah menikahimu!" ucapnya dingin lalu keluar tanpa menoleh sedikitpun–meninggalkan Cesa yang kini kembali menyusut air matanya.



"Tidak apa, Cesa! Kamu hanya harus kuat untuk papa!" gumamnya–menguatkan diri.



Cukup lama dia menata pikirannya setelah drama-drama yang dialaminya hari ini.



Tak sadar, dia pun tertidur.



Hanya saja, beberapa jam kemudian, Cesa merasakan pundaknya disentuh seseorang.



"Nak, Bangun!"



Vivian tampak menggoyang tubuh Cesa sembari menahan senyum.



Melihat kebaya Cesa robek dan banyak bekas merah di dadanya, Vivian meyakini itu ulah putranya.



"Tante?” Cesa mengerjapkan mata, terkejut.



"Mama, Cesa. Bukan Tante!" tegas Vivian, "Segera mandi agar kita bisa makan malam!" ajaknya.



Cesa seketika mengangguk. "Maaf, Ma! Cesa lupa," jawabnya, “Baik, Ma. Cesa akan segera membersihkan diri.”



Tak butuh waktu lama, Cesa pun mandi dan berganti pakaian dengan yang Vivian berikan.



Sebuah dress berwarna putih berbahan sutra, hingga membuat lekuk tubuh Cesa terlihat menggoda.



Menuruni tangga, Cesa pun bergabung dengan Vivian dan Zevin di meja makan.



"Maaf telat!" ucapnya.



"Tidak apa, Ayo duduk, Sayang!" jawab Vivian, ramah.



Dalam diam, mereka pun makan tanpa ada yang saling berbicara atau memandang.



Semua fokus dengan makanan di piring masing-masing, kecuali Vivian.



Nyonya Besar Atmaja itu sibuk melihat anak dan menantu barunya.



"Sa, malam ini, kamu masih tidur di kamar Zevin dulu, ya. Baru besok pindah ke sebelah karena masih belum terisi sempurna!"



Deg!



Cesa tampak susah menelan makanannya.



Ditatapnya Zevin yang masih bersikap dingin dan berakhir mengangguk.



Melihat tanggapan Cesa, Vivian pun tersenyum puas.



Kini wanita itu menatap sang putra, lalu berkata, "Zevin … kamu hari ini tidak ada tugas kantor atau apapun, kan? Jadi tidak ada alasan di ruang kerja! Temani Cesa!"



Namun alih-alih menjawab, Zevin sendiri masih saja makan tanpa memperdulikan Vivian.



Cesa hanya bisa menghela nafas.



Dia tak tahan dengan kondisi seperti ini.



Jadi diputuskannya untuk berbicara, "Ma, Cesa gak bisa berhenti kuliah begitu saja."



“Jadi, apakah Cesa bisa izin untuk magang di perusahaan mulai besok?”



Vivian mengangguk. "Silahkan lanjutkan kuliahmu, Nak! Tapi, setelah hamil nanti, kamu harus cuti dulu!"



“Ba–baik, Ma.” Meski berat, Cesa mengangguk–setuju akan ucapan Vivian.



Toh, dia memang dinikahi untuk melahirkan penerus keluarga Atmaja, kan?



Meski dia tak tahu apakah hal itu mungkin atau tidak, mengingat Zevin bahkan jijik untuk menyentuhnya.



Suasana meja makan kembali seperti semula.



Hanya ada denting sendok, garpu, dan piring.



Cesa sendiri memilih menghabiskan makanan dan langsung pamit kembali ke kamar.



Dia tak ingin kembali canggung jika Zevin yang lebih dulu masuk ke dalam kamar walau Cesa tahu Zevin tidak akan menyentuhnya.



Sesampainya di kamar, Cesa langsung meringkuk di balik selimut sambil menghubungi Raya—teman magangnya.



Begitu panggilan berakhir, pintu kamar mendadak terbuka!



Zevin dengan aura dinginnya–masuk dan duduk di sofa kamar. Akan tetapi, dia menatap Cesa tajam.



Brak!



Dilemparkannya sebuah map di meja sofa, "Buka, cepat!" titahnya dengan tajam.



Cesa menghela nafas panjang.



Tak ingin mencari masalah, dia pun berdiri dan berjalan mengambil map itu kemudian membukanya.



Ternyata, itu sebuah surat perjanjian yang Cesa mau sore tadi!



Apa maksudnya? Bukankah pria itu katanya tak sudi menyentuhnya?



Gegas, Cesa duduk berhadapan dengan Zevin dan membaca setiap poin yang ada di dalam surat perjanjian itu.



"Tes HIV?" ucap Cesa mengerutkan kening, bingung.



"Hmm, pastikan kamu bersih!" ucap Zevin tajam, “mengingat kau sudah kotor.”



Deg!



"Naudzubillah, punya suami kayak kanebo kering dan mulut pedas gini! Kok kuat sih, tante Diandra selama ini?" batin Cesa.



"Tapi, kita tidak saling bersentuhan, kan?" tanya gadis itu memastikan.



"Hmm….” Zevin berdeham sebelum kembali berkata, “masih, tapi hanya sesekali sampai kamu hamil. Selebihnya, hanya Diandra yang berhak atas tubuhku!"



Cesa menaham emosi. Toh, dia juga tak sudi menyentuh kanebo kering duluan macam pria itu!



Tapi, dia memilih untuk mengangguk-angguk saja mendengar jawaban Zevin.



Selain itu, poin-poin yang dibaca Cesa cukup manusiawi, kecuali sebuah kompensasi di poin akhir.



"Aku mau kompensasi ini dihapuskan!" tegas Cesa.



Zevin mengerutkan kening. Namun, tak berapa lama, pria itu menyeringai, "Kenapa? Kurang?"



"Aku bukan ibu yang menjual anaknya! Aku hanya memberikan hak asuh pada ayahnya, saat bercerai!" jawab Cesa.



Zevin tertawa sinis, "Jangan sok suci, kau mau menikah denganku karena uang kan?"



"Hapus atau aku tidak tanda tangan!"



Sejujurnya, Cesa sangat kesal dan sakit hati mendengarnya. Namun, sekali lagi, Cesa tak ingin membela diri.



Di sisi lain, Zevin tampak semakin serius. "Jika demikian, apa jaminannya kau tidak membawa anakku nanti?"



Tanpa banyak bicara, Cesa meraih pena dan menambahkan poin baru.



[8. Hal asuh akan jatuh pada Ayahnya, saat orang tua bercerai]



Setelahnya, Cesa menyerahkan pada Zevin setelah menulis itu.



Zevin terkejut. Namun, dia menyembunyikan itu semua dan setuju dengan apa tulisan Cesa.



"Oke ... aku akan tidur,” ucapnya, “jangan ganggu privasiku atau menyentuhku! Kau bisa tidur di bawah atau di sofa. Yang jelas, aku tidak sudi seranjang denganmu!" ketus pria itu yang akhirnya berlalu dan menuju ranjangnya untuk tidur.



Cesa sendiri beralih menuju sofa panjang yang baru saja ditinggalkan Zevin dan merebahkan diri di sana.



Dia juga tidak keberatan karena dia juga tidak siap tidur seranjang dengan Zevin!



Hanya saja, Cesa ternyata tak bisa tidur walau 2 jam berlalu.



Entah mengapa, pikirannya dipenuhi kejadian naas malam itu.



Bagaimana bisa, Cesa harus melayani suaminya nanti bila dirinya masih merasa hina?



Walau sekedar perjanjian atau istri kedua saja, sebenarnya Cesa tetap merasa bersalah karena tidak memberikan mahkotanya pada suami sahnya.



Cesa lantas membalikkan badan dan tak sengaja melihat Zevin yang menutup mata sambil melipat kedua tangannya di belakang kepalanya.



Disadarinya lengan Zevin yang kekar dan perutnya terlihat rata meski sudah berumur.



Hanya saja, mata Cesa membelalak kala melihat benda menonjol di balik celana Zevin…



Bugh!



Detik berikutnya Cesa memukuli kepalanya sendiri.



"Astaga! Apa aku kesambet setan? Bisa-bisanya, aku kepikiran itu dengan suami kejam macam Om Zevin!” rutuknya dalam hati.



Brak!



Di saat yang sama, pintu kamar mendadak terbuka dengan kasar.



Diikuti dengan suara teriakan yang melengking, "Keparat! Jalang mana yang menikahi suamiku?"



Deg!



"Tante Diandra?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
zahwanda Asri
nama tokoh utamanya sama dengan tetangga sebelah rumahku thor, Cesa.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kecil Presdir Dingin   113. Arganata Vinsa Atmaja

    "EVE! MENYENTUH ISTRIKU SAMA SAJA MENGALI KUBURMU SENDIRI!" teriak Zevin marah. Marah, kesal, khawatir menjadi satu memenuhi dada Zevin hingga naik turun, pasalnya Eve tengah menggunakan rompi Bom. Zevin juga bisa melihat controlnya ada di genggaman tangannya. Entah dimana otak Eve dan kejahatan apa lagi yang dia rencanakan, hingga melakukan hal senekad ini. "Bahkan aku sudah menggali kuburanku sendiri, Zevin! Hingga kau tak perlu susah payah menyiapkannya untukku!" jawab Eve tanpa rasa takut. "Apa maumu?" tanya Zevin. Tidak!Apapun yang terjadi, Cesa dan anak-anak harus aman! Zevin tidak akan biarkan Eve atau siapapun menyentuh mereka. "Aku tidak ingin apa-apa! Aku hanya menjemput sepupuku untuk pulang bersama!" jawab Eve santai. "Kau gila! Kau tidak waras!" pekik Zevin kemudian menoleh sekejap, "Masuk, Sayang! Aku mohon masuklah, kau dan bayi kita harus selamat!" lirih Zevin. "Gak, Dad! Kau juga harus selamat! Ayo kita masuk bersama!" ajak Cesa. "Iya, Masuklah dulu, Saya

  • Istri Kecil Presdir Dingin   112. Menggali kuburmu sendiri

    Cesa tiba-tiba teringat saat suaminya bermandikan darah saat tertabrak truk untuk menyelamatkannya. "Ya, kejarlah mereka dan jangan pernah lepaskan, Dad!" ucap Cesa. "Iya, Daddy harus melakukan itu! Agar tidak ada lagi korban dan juga keluarga kita aman, Sayang!" "Iya, Dad! Maafkan Mommy ya! Mommy hanya takut Daddy kenapa-napa? Semuanya bertubi-tubi dan daddy selalu terluka!" lirih Cesa. "Tapi Daddy tetap kuat dan masih bersama kamu, Sayang!" lirihnya. "Ya, Benar! Daddy sangat kuat menggendong Dares sepanjang memasuki hutan! Daddy keren! Daddy hebat!" timpal Dares. "Benar, Vista juga sangat bangga pada Daddy!" lanjut Vista. Semuanya mendukung Daddy mereka dan itu membuat Cesa tersenyum bahagia. Bersama dengan anak-anak dan suami yang sangat dia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. "Ya, Daddy hebat!" jawab Cesa. Zevin pun demikian, tersenyum manis saat kedua buah hatinya membelanya. Hatinya menghangat saat seluruh keluarganya merasa aman dalam perlindungannya

  • Istri Kecil Presdir Dingin   111. Kejarlah mereka

    Dengan cepat Arga menggendong Dares dan Vista, walaupun mereka berontak dan menangis. "Daddymu akan di gendong uncle Jack, Daddy harus mendapat pertolongan! Jadi jangan menangis, ayo segera keluar dari hutan ini!" ucap Arga. Sontak keduanya terdiam! Mereka mengerti dan membiarkan Daddy nya di gendong oleh seseorang berbadan kekar dan besar. Menempuh beberapa jam untuk keluar dari dalam hutan. Beruntung, kembar sangat kooperatif sekali, walaupun sesekali Vista masih menangis dipundak Arga, "Daddymu sangat kuat, tidak mungkin Daddy kalah dengan tembakan itu, Sayang!" lirih Arga. "Daddy pernah tidur lama dan tidak bangun, Uncle! Vista takut!" "Percayalah padaku!" Arga terus meyakinkan gadis kecil itu jika Daddy nya akan baik-baik saja. Empat jam lebih waktu yang digunakan untuk bisa keluar dari dalam hutan itu, dan mereka langsung menuju rumah sakit karena Zevin masih belum sadar. Hari sudah hampir petang saat mereka keluar dari dalam hutan, dan mau tidak mau, Arga harus menelp

  • Istri Kecil Presdir Dingin   110. Tertembak

    Deg! "Kau juga bukan ayahku, Demon!" Tes! Air mata Vista tak bisa lagi ditahan saat mendengar kata-kata menyakitkan itu, sambil menatap ke atas melihat Demon. Demon pun secara reflek menatap mata tajam gadis kecilnya dulu, "Vista!" Telihat jelas jika putri kecilnya yang selama hampir lima tahun dia rawat berdua dengan Cesa.Tidak! Hatinya seperti tergerak melihat bola mata Cesa pada mata Vista. Mata itu penuh gurat kesakitan. "Kau juga bukan Ayah Zetian lagi, Kau Demon yang nakal! Kau menculikku dan akan membunuhku! Kau jahat!" ucap Vista. Dan itu membuat Demon terpaku! Bohong, jika mata itu tidak mempengaruhi Demon saat ini! Bohong, jika tidak ada rasa cinta setelah membantu Cesa merawat kembar selama empat tahun lebih. Glek! Tanpa mereka sadari, saat adegan itu membuat semua orang membeku, Zevin masuk ke dalam air pantai dan menyelam. Tujuannya adalah naik ke kapal putrinya! Zevin tidak membiarkan kesempatannya hilang begitu saja. Beruntung, kapal tak jauh dari bibir

  • Istri Kecil Presdir Dingin   109. Membunuh mereka.

    Kemudian Dares mengambil sebuah japit warna merah muda yang cukup jauh dari jalan tempatnya, "Ini jepit, Adek, Dad!" Deg! "Kita harus ke sana!" seru Zevin menunjuk ke arah yang ditunjukan putranya. Satu yang Zevin lupakan, jika Dares dan Vista telah tumbuh di dalam rahim Cesa berdua, bersama bahkan sejak belum berbentuk. Ikatan batin antara mereka tak akan pernah berkhianat! Setidaknya, Zevin akan mempercayai itu saat ini. Disaat semua alat pelacak telah hilang dari tubuh putrinya, kini hanya Dares yang Zevin percaya akan membawanya menuju tempat Vista. Mereka kemudian terus berlari mengikuti Dares dan Zevin yang sudah memimpin rombongan. Beberapa juga sudah berpencar ke arah lain dari hutan ini sesuai instruksi dari Zevin. Hampir satu jam, mereka sudah berlari semakin masuk dan masuk lagi ke dalam hutan. Semakin dalam dan jauh. Zevin mulai mengkhawatirkan putranya yang sudah beberapa kali tersungkur. Dares tetaplah anak kecil yang belum terbiasa dengan keadaan fisik yang

  • Istri Kecil Presdir Dingin   108. Kesana!

    "Kalau di Dusseldorf?" tanya Zevin pada Dares. "Demon yang mengajari!" Deg! "Demon?" lirih Zevin. Selain terkejut Demon mengajari anaknya yang masih tergolong kecil untuk senjata yang berbahaya itu. Zevin juga terkejut jika Dares tidak lagi memanggil Demon dengan 'Ayah Zetian' lagi. "Apa, Mommy tau jika Dares dan Ayah Zetian, belajar menggunakan senjata api itu?" tanya Zevin mencoba memancing Dares. Dares menggeleng, "Tidak, Dad! paman Demon selalu bilang untuk tidak memberitahu, Mommy!" "Paman?" tanya Zevin. "Yah, dia bukan lagi Ayahku! Dia jahat! Dia menculik Vista!" jawab Dares marah. Terlihat jelas wajah penuh kekecewaan Dares. Zevin kemudian sejenak merengkuh sang putra untuk masuk ke dalam pelukannya. Zevin tau jika putrnya sedang kecewa. Tidak bisa Zevin rubah, jika putranya memilik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status