/ Romansa / Istri Kecil Tuan CEO / JANGAN SAMPAI HAMIL

공유

JANGAN SAMPAI HAMIL

작가: UmiLovi
last update 최신 업데이트: 2025-05-09 21:56:00

Hangat, nyaman dan sunyi. Aroma musk yang berpadu dengan kayu-kayuan menguar dan terendus oleh indra penciuman gadis yang masih meringkuk di bawah selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Tangan yang sejak tadi mendekapnya, bergerak semakin merapatkan pelukan hingga tubuh keduanya bersentuhan.

Bias sinar matahari yang berhasil lolos dan mengintip melalui celah tirai yang menutupi jendela, membuat gadis itu mengerjapkan mata karena silau. Dengan sedikit malas, ia terpaksa memutar tubuhnya untuk menghindari sinar matahari yang baru saja mengganggu tidur lelapnya. Namun, belum jua tubuhnya sepenuhnya berbalik, sesuatu yang berat dan melintang di atas perutnya, lantas membuat gadis itu sontak membuka mata dengan terkejut.

Tunggu... Wait a minute!

Otaknya yang belum sepenuhnya sadar, mulai merunut kembali kejadian demi kejadian yang terjadi padanya beberapa jam yang lalu. Saat netranya menangkap sosok pria yang terpejam dengan damai tepat di depannya, bola mata gadis itu nyaris meloncat keluar.

"Si-siapa kamu?" desisnya lirih, bahkan nyaris tanpa suara.

Apa-apaan ini! Bagaimana ia bisa tidur seranjang dengan pria asing! Bahkan tubuh mereka menempel satu sama lain tanpa ....

Eliza mengintip ke dalam selimut yang menutupi tubuhnya, ia masih tak yakin pada tragedi yang baru saja terjadi padanya. Ketika dilihatnya tak ada satupun benang yang menempel di tubuhnya dan tubuh pria itu, sontak Eliz menutup mulutnya yang hampir saja meloloskan jeritan.

Dengan sangat hati-hati, Eliz mengangkat tangan besar dan kekar itu dari atas perutnya. Ia menggeser tubuhnya untuk turun dari ranjang --dengan sangat perlahan, meskipun jantungnya seakan berdebar bak genderang perang.

Melihat gaun dan underwear-nya berceceran di lantai, Eliz semakin yakin jika ia tidak sedang bermimpi. Rasa pening masih mengganyang kepalanya ketika dengan terburu-buru ia mengenakan seluruh pakaiannya dan bergegas keluar dari kamar itu.

"Lu gila, Eliz! Lu pasti udah gila!!"

.

"Lu nggak lagi becanda, kan!?" Anne menggebrak meja dan menatap Eliza dengan nanar.

Beberapa siswi yang berada di kantin sontak menoleh kearah mereka berdua karena kegaduhan yang baru saja terjadi. Merasa menjadi pusat perhatian, Eliza lantas mengedarkan senyuman pada semua siswa-siswi itu sembari meminta maaf.

"Jangan berisik napa!" dengus Eliz kesal karena ia jadi harus meminta maaf atas perbuatan sahabatnya. "Harusnya gue yang marah karena lu udah ninggalin gue tadi malam!"

"Tapi, Liz... Astaga! Liz, lu kenapa bisa ceroboh kaya itu sih!" Anne memijat pelipisnya untuk meredakan pening yang seketika mengganyang kepalanya, setelah Eliza mengaku jika ia tidur dengan pria asing semalam.

"Gue nggak tahu kalo minuman itu ternyata alkohol. Gue pikir cuma sirup strawberry dikasi soda."

"Lu minum berapa gelas?"

"Empat."

"What!?" Anne terbelalak tak percaya mendengar jawaban polos sahabatnya. "Liz, satu gelas aja udah bisa bikin lu teler. Ini malah empat gelas!"

"Mana gue tahu! Lagian lu juga tiba-tiba ngilang. Kalo lu nggak ngilang mungkin misi kita udah berhasil!" Eliza memprotes di tengah rasa pengar yang masih melandanya. "Kalo aja hari ini nggak ada pembagian nomor ujian, gue nggak akan masuk deh. Kepala gue masih puyeng banget. Perut gue juga sakit, Ne."

Tetiba Anne teringat pada pokok permasalahan yang menimpa sahabatnya.

"Lu nggak fotoin muka itu cowok?"

"Buat apa!?" Eliza terbelalak ngeri. "Gue aja udah lupa mukanya kaya gimana!"

"Terus kalo lu sampe hamil gimana?" bisik Anne dengan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan. "Apa lu nggak mikir sejauh itu?"

Dengan lugunya, Eliza menggelengkan kepala. "Emang bisa hamil ya meskipun kita cuma ngelakuin itu sekali doang?"

"Yakin cuma sekali? Lu mabok, Liz! Gue yakin cowok itu juga sama maboknya kaya elu! Sapa yang berani jamin kalian mainnya cuma sekali?"

Seketika itu seluruh tubuh Eliza meremang. Anne benar, Eliz bahkan tak ingat apa saja yang sudah ia dan pria itu lakukan semalam, dan bagaimana mereka bisa berakhir di ranjang yang sama. Jika tak melakukan apapun, mustahil keduanya tidur berpelukan dalam keadaan telanjang, bukan? Dan lagi, perut bagian bawah Eliza masih sangat sakit dan perih, pastilah semalam ia melalui malam panas yang liar bersama pria itu.

"Terus gue harus gimana dong? Gue nggak mau ketemu cowok itu lagi, Ne! Kita lupain aja kejadian ini."

"Nggak bisa, Liz. Lu tetep harus ketemu dia dan minta dia tanggung jawab."

"Gue nggak mungkin hamil. Percaya deh!" tukas Eliza menegaskan. "Lagian cowok itu belum tentu mau tanggung jawab kalo gue datangin dia. Bisa aja dia mengelak dan bilang kita sama-sama mabok dan gak sadar!"

"Tapi lu kehilangan keperawanan elu, Liz. Satu-satunya harta yang harus lu jaga buat suami lu kelak."

Eliza tersenyum kecut mendengar kata 'suami' yang baru saja Anne katakan. Toh, ia akan menikah dengan pria itu, bukan? Jadi biar saja dia menerima Eliza dengan keadaan yang seperti ini.

"Bahkan lu nggak pernah mau dicium Rio. Ini malah tidur sama cowok gak jelas!" protes Anne mengingatkan.

"Ini juga salah lu, Ne! Coba kalo lu nggak asyik sendiri di pesta itu, gue nggak akan sampe kaya gini!" Eliza menatap sahabatnya dengan tajam, mencoba melempar kesalahan yang semalam ia lakukan. "Jadi stop nyalahin gue."

Usai mengucapkan ultimatum itu, Eliza bangkit dan bergegas kembali ke kelasnya dengan kesal. Ia tahu semua ini murni kesalahannya, tapi dipojokkan seperti tadi entah mengapa malah membuatnya semakin depresi. Belum usai rasa bersalahnya pada Rio -kekasihnya, atas perjodohan itu, kini Eliza malah tidur dengan pria yang tak ia ketahuilah asal-usulnya.

*******

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kecil Tuan CEO   WANITA DARI MASA LALU

    “Nicky?”Suara perempuan. Ringan. Nyaring. Dan... akrab.Eliza memutar kepala. Detak jantungnya langsung berubah ritmenya. Di sana, berdiri seorang perempuan cantik dengan balutan gaun sederhana berwarna hijau zaitun. Rambutnya sebahu, bibirnya tersenyum—tapi mata itu berbinar tajam, penuh kejutan yang tak bisa disembunyikan."Oh, hai, Lidya." Nicholas mengangguk dan menurunkan pandangannya yang sempat terpaku pada sosok wanita itu."Ini ... istrimu?" “Ya. Dia Eliza,” sahut Nick pelan, bahkan cenderung kaku. “Liza, ini... Lidya.”Dada Eliza terasa dicekik sesaat. Nama itu. Wajah itu. Tatapan itu.Tepat. Dia perempuan yang duduk satu meja dengan Nicholas siang itu di restoran. Perempuan yang membuat Anne menaruh curiga. Perempuan yang membuat Nicholas berbohong.Lidya menatap Eliza. Matanya sempat turun ke arah perut Eliza yang terlihat membulat di balik dress longgar berwarna krem.“Oh, kamu hamil?” ucap Lidya pelan, nyaris tak percaya. “Wow, selamat ya!”“Terima kasih,” jawab Eliza

  • Istri Kecil Tuan CEO   DARI SANA SEMUA BERMULA

    Nicholas tak pernah menyangka sebuah gulungan banner yang jatuh bisa menjadi awal dari sesuatu yang terus tinggal dalam memorinya bertahun-tahun ke depan.Sore itu, langit kota terlihat kelabu, dan siswa-siswa SMA Kencana perlahan mengosongkan gedung sekolah. Hanya segelintir yang masih bertahan di ruang kelas, OSIS, dan tentu saja—perpustakaan.Itu tempat favorit Nicholas. Sunyi, tenang, tidak ada yang memperhatikan. Ia menyukai aroma kertas tua, denting jam dinding, dan bunyi samar halaman-halaman buku yang dibalik. Bagi Nicholas, perpustakaan adalah tempat yang tidak menuntutnya untuk bicara.Sampai akhirnya, hari itu…Sebuah banner besar tiba-tiba jatuh dari atas pintu saat ia hendak masuk. Nicholas reflek menunduk. Gulungan kain itu menyentuh sepatunya. Ia menatap ke dalam ruangan dan melihat seorang siswi berdiri di atas meja dengan selotip dan senyum kikuk.Rambutnya panjang dan dikuncir tinggi. Wajahnya sedikit berkeringat tapi tetap cerah. Ia menatap Nicholas dengan tatapan m

  • Istri Kecil Tuan CEO   PULIH BERSAMA WAKTU

    Sarapan pagi itu seperti biasanya—hening, tapi tidak setegang minggu-minggu lalu.Eliza duduk di sisi meja, mengaduk teh jahe hangat tanpa benar-benar berniat meminumnya. Nicholas di seberangnya, membaca sesuatu di layar tablet sambil sesekali menyuap potongan roti panggang. Tidak ada yang berbicara lebih dari tiga kalimat dalam satu waktu. Tidak ada topik besar. Tidak juga ada pertengkaran. Dan bagi mereka berdua, itu sudah cukup baik.Setelah menyelesaikan sarapannya, Nick bangkit lebih dulu. Ia membereskan piringnya sendiri, lalu menghampiri Eliza sebentar.“Saya ke kantor dulu,” ucapnya singkat, suaranya datar tapi tidak dingin.Eliza hanya mengangguk pelan, “Hati-hati.”Nicholas menoleh sebentar, lalu pergi. Tak ada kontak mata. Tapi saat ia sudah keluar dari pintu, Eliza diam-diam menatap punggungnya… cukup lama.---Hari itu, di kantor, Nicholas sibuk seperti biasa. Tapi sekitar pukul tiga sore, ponselnya bergetar. Pesan masuk dari Anita.[Nick, maaf. Mama nggak bisa temenin El

  • Istri Kecil Tuan CEO   SALING MENEMANI DALAM DIAM

    Nick menunduk di atas piringnya, mencoba mengunyah perlahan walau tak ada rasa apa-apa di lidahnya. Malam terasa hampa, seperti malam-malam sebelumnya sejak Eliza memilih diam di balik pintu dan Nick hanya bisa menunggu di luar tanpa kepastian.Bunyi langkah kaki di tangga mengusik keheningan yang menyiksa. Sebuah langkah ringan tapi ragu, seperti seseorang yang tengah menimbang-nimbang apakah ini keputusan yang benar. Nicholas langsung menoleh.Eliza.Ia memakai baju tidur sederhana berwarna biru muda. Rambutnya digerai, wajahnya polos tanpa riasan, dan mata itu… mata yang dulu sering menatapnya dengan marah atau bingung, kini menatapnya dengan tenang. Bukan tanpa luka—tapi juga bukan tanpa harapan.Nick refleks berdiri dari kursinya. “Saya… saya akan pergi,” katanya buru-buru, menghindari tatapan itu karena takut membuat Eliza merasa tidak nyaman.“Tetap di situ.”Suara Eliza terdengar pelan tapi mantap.Seketika Nicholas terdiam, setengah membeku. Perlahan, ia menoleh dan menemukan

  • Istri Kecil Tuan CEO   SATU RUMAH, DUA DUNIA

    Langit Jakarta berawan pekat ketika Nicholas mengangkat ponselnya dan menekan nomor Ettan. Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Mungkin karena jendela rumah besar itu tak lagi terbuka seperti biasa. Mungkin juga karena Eliza belum keluar dari kamarnya sejak hari itu."Ya?" suara Ettan terdengar tegas di ujung sana."Dad, aku ingin minta ijin." Suara Nicholas pelan, hampir tak terdengar."Kenapa tidak masuk kantor? Kamu CEO sekarang, Nicholas. Kamu tahu tanggung jawabmu.""Aku tahu." Nick menghela napas. "Tapi aku... perlu waktu. Untuk menyelesaikan sesuatu di rumah."Hening.Ettan mendesah. "Apa ini soal Eliza?"Nicholas tak menjawab. Tapi keheningan itu cukup sebagai konfirmasi."Baik. Tapi kamu tetap harus pegang kendali. Geri bisa bantu pantau dari kantor. Aku akan tetap cek laporan tiap sore.""Terima kasih, Dad."Telepon terputus. Nicholas menyandarkan kepala ke dinding kamarnya, menatap langit-langit kosong seolah berharap ada petunjuk tentang bagaimana caranya mem

  • Istri Kecil Tuan CEO   TERAPI PROFESIONAL

    Eliza duduk di ujung sofa di kamarnya, tubuhnya kaku, kedua tangannya menggenggam ujung bantal kecil yang disediakan di pangkuannya. Cahaya sore menyelinap masuk dari sela tirai jendela, membentuk bayangan lembut di lantai. Di seberangnya, Dr. Meira duduk dengan sikap santai namun penuh perhatian, mengenakan kemeja putih dan celana kain abu. Wajahnya ramah, tidak menghakimi.“Terima kasih sudah mau bicara, Eliza,” sapa Dr. Meira lembut.Eliza mengangguk pelan. “Saya... nggak tahu harus mulai dari mana.”“Tidak apa-apa. Di sini, tidak ada yang memaksa. Kamu boleh diam. Atau menangis. Atau marah. Kita mulai dari apa pun yang kamu mau.”Eliza menggigit bibirnya. Matanya mulai berkaca-kaca bahkan sebelum satu kalimat keluar.“Saya... takut,” bisiknya. “Saya nggak tahu kenapa saya bisa begini. Semalam... saya merasa tubuh saya dicuri lagi. Sama seperti waktu itu.”Air matanya menetes. “Saya pikir, pernikahan bisa jadi tempat aman saya. Tapi ternyata...”Dr. Meira mengambil selembar tisu d

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status