Share

Istri Kecil Tuan CEO
Istri Kecil Tuan CEO
Author: UmiLovi

PESTA TOPENG

Author: UmiLovi
last update Last Updated: 2025-05-09 21:51:48

Delapan belas jam sebelum tragedi besar itu terjadi, di kantin yang ramai oleh siswa-siswi SMA, Eliz tengah duduk bersama seorang sahabat baiknya. Selembar undangan tergeletak di meja dan dua remaja itu memandanginya dengan lekat.

"Lu yakin?" Anne, sahabat Eliza, bertanya untuk kesekian kali.

"Yakin lah, Ne! Ini kesempatan gue buat ketemu pria itu!" Eliza ngotot dengan keputusannya. "Kapan lagi gue bisa nemuin pria itu kalo bukan malam ini! Gue harus nemuin dia sebelum pertemuan keluarga bulan depan. Dan, lu harus bantuin gue!"

"Tapi, 'kan masih banyak waktu, El."

"Nggak ada! Mulai minggu depan kita udah sibuk ujian, Ne. Please, temenin gue, ya!?" Eliza memohon dengan tatapan memelas yang selalu jadi andalannya untuk membujuk Anne. "Lu 'kan tahu, gue nggak sejago lu dalam merayu orang! Cuma lu yang bisa gue andelin buat nemuin pria itu."

Sembari menghembuskan napasnya berat, akhirnya Anne menganggukkan kepala.

"Oke, gue temenin lu! Tapi sebagai gantinya, lu harus beliin gue--"

"Gue akan beliin apapun yang lu minta. Gue janji!" Jari telunjuk dan jari tengah Eliza terangkat membentuk huruf 'V' sebagai bentuk kesungguhan ucapannya. "Jam 7 nanti gue jemput lu. Pokoknya lu harus udah siap!"

"Oke."

Dan malamnya, Eliza benar-benar menjemput Anne tepat waktu. Gadis yang jarang keluar rumah itu, tiba-tiba saja menjadi sangat antusias untuk datang ke pesta topeng yang diadakan oleh salah satu perusahaan otomotif, di hotel milik keluarga Eliza.

"Lu yakin, Liz?"

Anne kembali menegaskan keraguannya. Ia merasa Eliza yang  sekarang duduk di belakang kemudi itu bukanlah Eliza yang ia kenal. Tak biasanya Eliz sangat ngotot untuk menemui pria itu, pria yang akan dinikahkan dengannya tahun depan.

"Nggak pernah seyakin ini, Ne. Lu nggak lihat gue udah dandan semenor ini biar nggak kelihatan kaya bocil?"

Tatapan Anne menyelidiki setiap jengkal wajah sahabatnya yang memang tampak berbeda malam ini.

"Ya udah, pokoknya lu jangan sampai bikin gaduh ya di pesta itu. Sesuai rencana tadi siang, kita cuma datang buat nemuin cowo itu dan setelahnya kita pulang!"

"Oke!"

Nyatanya, rencana yang sudah tersusun rapi mendadak buyar ketika Anne bertemu DJ favoritnya di pesta itu. Anne yang memang gadis pesta, sontak lupa pada tujuannya datang ke sana. Ia meninggalkan Eliza yang kebingungan sendiri di antara ratusan tamu yang hadir dengan topeng beraneka ragam.

"Minum, Miss?"

"Oh!"

Eliza menoleh dengan terkejut ketika seseorang telah berdiri di depannya sembari membawa nampan berisi beberapa gelas minuman berwarna-warni. Merasa haus, Eliz memilih salah satu gelas berisi cairan berwarna pink dan meneguknya dengan kalap. Eliza tak tahu, jika yang  baru saja ia telan adalah minuman alkohol dengan kadar tinggi yang sontak membuatnya pening beberapa menit kemudian.

"Kenapa semua orang jadi berputar-putar?" gumam Eliz bingung sembari bangkit dari kursinya.

Dengan langkah sempoyongan, Eliz berusaha menuju toilet karena mendadak ia ingin muntah.

"Di mana Anne?!" dengusnya kesal, ketika teringat pada temannya yang justru menghilang tanpa jejak diantara ratusan tamu.

Tepat di sebuah lorong menuju toilet, Eliza merasakan kepalanya semakin berat dan tubuhnya seakan ringan.

"Jangan pingsan di sini, Liz! Jangan!"

Masih dengan langkahnya yang semakin terseok-seok, Eliza memberi sugesti pada dirinya sendiri.

Eliz tak menyadari, seseorang juga sedang berjalan di belakangnya dengan tubuh panas membara. Ia baru saja meneguk minuman yang diberi oleh rekan kerjanya beberapa menit yang lalu. Melihat seorang perempuan bergaun backless berjalan dengan sangat lambat dan sedikit oleng di depannya, membuat pria itu mengawasinya dengan waspada. Punggung mulus wanita itu nampak sangat menggiurkan, tubuhnya yang sintal dan mungil juga mulai mengusik gelora nafsunya.

Saat tiba-tiba tubuh Eliza berhenti dan ambruk, pria itu sontak mendekat dengan panik.

"Nona, are you oke?" Pria itu mengangkat kepala Eliz dengan cemas. "Geri!! Geri, di mana kamu!" teriaknya seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling.

Namun, tak ada siapapun di lorong itu. Semua orang sedang menikmati musik yang menghentak riuh dan menggema.

Entah mendapat dorongan dari mana, pria itu mengangkat tubuh Eliza dan membopongnya. Masih dengan topeng yang menutupi wajah keduanya, pria itu membawa Eliza keluar dari gedung pesta. Sesuatu di dalam tubuhnya semakin memanas ketika melihat belahan dada Eliz yang tersingkap kala pria itu menggendongnya. Tidak, jauh sebelumnya pun pria ini merasa tubuhnya tak baik-baik saja usai meneguk minuman sialan itu.

Karena tak tahu harus membawa wanita ini ke mana, akhirnya ia menggotongnya ke dalam kamar yang sudah ia tempati sejak tadi sore. Ia membaringkan tubuh mungil Eliza di atas ranjang kingsize itu dengan napas tertahan.

"Minuman brengsek!" maki pria itu sembari beringsut ke kamar mandi untuk membasahi badannya yang terasa panas terbakar.

Namun, rupanya dinginnya air shower tak mampu melenyapkan sensasi aneh yang semakin menyiksa di sekujur tubuhnya. Merasa semakin pening dan ingin meledak, pria itu akhirnya keluar dari kamar mandi sambil terus menggerutu, tatapannya lantas tersita pada seseorang yang sedang duduk di atas ranjang. Untuk beberapa detik, pria itu terpana menatap wajah cantik yang kini sudah melepas topeng yang ia kenakan.

"Lu ganteng banget."

Eliz masih belum sadar dari pengaruh alkohol. Melihat seorang pria tiba-tiba muncul di depannya hanya dengan mengenakan bath robe dan rambut basah, respon otaknya seketika menganggap pria itu adalah idolanya.

"Maaf, kamu bilang apa?"

"Lu ganteng banget, sih! Boleh peluk dan minta tandatangan, nggak?"

**************

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil Tuan CEO   MAKAN MALAM PERJODOHAN

    Dinginnya ruangan VVIP di restoran ini tak cukup menyejukkan hati dan pikiran Nicholas yang mendadak gelisah ketika melihat keluarga Pratama dan dua putrinya tiba. Hembusan napas berat dan panjang berulang kali ia lepaskan demi menenangkan gemuruh di dalam dadanya. Wajah itu ... Ya, betul. Nick ingat sepasang netra berwarna hazel itu menatapnya dengan binal malam itu, sebelum kemudian mereka berciuman dan melakukan kesalahan satu malam. Nick yang malam itu berada di bawah pengaruh obat perangsang, tentu saja tak bisa menahan gejolak nafsunya yang menggila dan butuh dilampiaskan. Bagai gayung bersambut, sepasang manusia yang sama-sama kehilangan akal sehat itu menghabiskan malam penuh gairah. "Nick." Nicholas tersentak, ingatan liarnya seketika musnah, berganti tatapan orang-orang di sekelilingnya. Dengan gelagapan, Nicholas mengendurkan tali dasinya dan menundukkan kepala pada calon mertuanya. Sial! Ternyata dia masih merindukan malam panjang penuh erotisme itu. "Perkenalkan d

  • Istri Kecil Tuan CEO   MENCARI JEJAKMU

    Nicholas Dante Benedict. Si empunya nama membubuhkan tanda tangannya di lembaran kertas yang berisi surat kontrak antara perusahaannya dengan pihak ketiga. Sorot matanya yang tajam dan dingin, membuat siapapun yang menatapnya akan bergidik ngeri. Di atas mata elang itu, ada alis tebal yang selalu berkerut setiap saat ia membuka mulut. "Terimakasih, Pak." Sekretaris andalannya, Geri, membungkuk sopan ketika Nick --begitu pria itu biasa dipanggil, usai menandatangani berkas-berkas penting itu. Dengan bolpoin yang masih dalam posisi berdiri, Nicholas lantas melirik sekretarisnya. Geri, sontak menundukkan kepala ketika tatapan mereka bertemu selama beberapa detik. "Apa kau belum menemukannya, Ger?" tanya Nick penasaran. "Sudah tiga minggu dan kalian belum memberiku update informasi apapun!" "Ma-maaf, Pak. Butuh waktu cukup lama untuk mendapat salinan CCTV di hotel itu." "Apa susahnya membayar mereka dengan uang lebih!?" "Masalahnya, hotel itu milik calon mertua anda, Pak. Me

  • Istri Kecil Tuan CEO   GARIS DUA

    Kriiiiiing. Dering bel sekolah yang berbunyi nyaring menandakan berakhirnya kegiatan di sekolah hari ini. Semua siswa kelas 12 keluar dari kelas masing-masing dengan wajah berbinar bahagia. Hari ini adalah hari terakhir mereka menyelesaikan ujian praktek kelulusan. Itulah sebabnya rasa lega dan haru menyelimuti suasana siang itu di sekolah elit Ivywild. "Lu langsung pulang?" tanya Eliza pada Anne yang berjalan pelan di sebelahnya. "Temenin gue ke mall, yuk! Gue pengen es krim strawberry." "Lagi??" Anne mendelik tak percaya. "Lu kemarin udah beli, El. Nggak eneg lu?" "Nggak! Gue malah pengen beli pabriknya sekalian biar bisa puas makan tiap jam tiap menit!" Eliza mendahului langkah sahabatnya dan menghentikan taksi yang lewat. "Yuk, buruan!" Di mall tujuan, Eliza menghabiskan dua mangkuk es krim strawberry itu seorang diri, sementara Anne memperhatikannya dengan sesekali bergidik. Ia mulai merasa aneh dengan selera makan Eliza yang selama dua mingguan ini menggila. "Liz, lu

  • Istri Kecil Tuan CEO   JANGAN SAMPAI HAMIL

    Hangat, nyaman dan sunyi. Aroma musk yang berpadu dengan kayu-kayuan menguar dan terendus oleh indra penciuman gadis yang masih meringkuk di bawah selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Tangan yang sejak tadi mendekapnya, bergerak semakin merapatkan pelukan hingga tubuh keduanya bersentuhan. Bias sinar matahari yang berhasil lolos dan mengintip melalui celah tirai yang menutupi jendela, membuat gadis itu mengerjapkan mata karena silau. Dengan sedikit malas, ia terpaksa memutar tubuhnya untuk menghindari sinar matahari yang baru saja mengganggu tidur lelapnya. Namun, belum jua tubuhnya sepenuhnya berbalik, sesuatu yang berat dan melintang di atas perutnya, lantas membuat gadis itu sontak membuka mata dengan terkejut. Tunggu... Wait a minute! Otaknya yang belum sepenuhnya sadar, mulai merunut kembali kejadian demi kejadian yang terjadi padanya beberapa jam yang lalu. Saat netranya menangkap sosok pria yang terpejam dengan damai tepat di depannya, bola mata gadis itu nyaris meloncat ke

  • Istri Kecil Tuan CEO   PESTA TOPENG

    Delapan belas jam sebelum tragedi besar itu terjadi, di kantin yang ramai oleh siswa-siswi SMA, Eliz tengah duduk bersama seorang sahabat baiknya. Selembar undangan tergeletak di meja dan dua remaja itu memandanginya dengan lekat."Lu yakin?" Anne, sahabat Eliza, bertanya untuk kesekian kali."Yakin lah, Ne! Ini kesempatan gue buat ketemu pria itu!" Eliza ngotot dengan keputusannya. "Kapan lagi gue bisa nemuin pria itu kalo bukan malam ini! Gue harus nemuin dia sebelum pertemuan keluarga bulan depan. Dan, lu harus bantuin gue!""Tapi, 'kan masih banyak waktu, El.""Nggak ada! Mulai minggu depan kita udah sibuk ujian, Ne. Please, temenin gue, ya!?" Eliza memohon dengan tatapan memelas yang selalu jadi andalannya untuk membujuk Anne. "Lu 'kan tahu, gue nggak sejago lu dalam merayu orang! Cuma lu yang bisa gue andelin buat nemuin pria itu."Sembari menghembuskan napasnya berat, akhirnya Anne menganggukkan kepala."Oke, gue temenin lu! Tapi sebagai gantinya, lu harus beliin gue--""Gue ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status