Share

Amnesia Retrograde

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2024-03-02 20:59:11

"Pa, Bibi Ai enggak akan mati, kan?" tanya Ayres untuk kesekian kalinya.

Tapi, sama seperti sebelumnya, pria sipit itu hanya diam termenung sambil memeluk erat Ayres yang ada di pangkuan. Bahkan untuk memastikan bahwa Aileen masih bisa selamat kepada putranya saja, Arsen tidak berani.

"Papa jangan diem aja. Aku takut," rengek Ayres yang kini mulai menangis.

Untuk pertama kalinya, Arsen bahkan tidak mampu menyadari kehadiran Ayres. Jiwa pria itu seolah masih tertinggal di suatu tempat.

Namira yang baru saja sampai tentu saja langsung mengambil alih sang cucu dari gendongan putranya. Tanpa berucap apa-apa, Namira membawa Ayres menjauh dan mengantar bocah itu pulang dengan beberapa bujukan.

Karena lebih daripada Ayres, Arsen lebih butuh untuk ditolong. Untuk pertama kalinya, Namira melihat lagi ketakutan di mata pria itu. Antara lega sekaligus sedih, perempuan tua itu akhirnya duduk di samping Arsen.

"Arsen," panggil Namira sambil menyentuh sisi bahu Arsen.

Seketika, Arsen yang baru tersadar dari lamunan langsung terlonjak kaget. Begitu menyadari kehadiran sang mama sekaligus tidak menemukan Ayres di gendongannya, pria itu menoleh kanan kiri panik.

"Ayres mana, Ma? Kok dia bisa ilang?" tanya Arsen linglung yang hanya dibalas Namira dengan senyum getir.

"Saking khawatirnya, kamu bahkan sampai enggak sadar kalau Mama udah bawa anak kamu pulang," gumam Namira. Arsen hanya meringis merasa bersalah.

Tidak tahu harus merespon apa.

"Gimana Aileen? Dia enggak pa-pa, kan?" tanya Namira yang seketika membuat wajah Arsen berubah murung.

"Belum tahu, Ma. Dokternya belum keluar juga," jawab Arsen sambil menunduk lesu.

Namira menepuk pundak sang putra menenangkan. "Jangan khawatir. Aileen itu cucunya Mama yang kuat banget. Dia pasti enggak pa-pa." Namira berucap meyakinkan. Arsen mengangguk mencoba mempercayai ucapan sang Mama.

"Saya juga berharapnya gitu," gumam Arsen lirih.

Sejenak, ingatan duda tampan itu terlempar pada kejadian beberapa waktu lalu. Karena Aileen yang tidak kunjung terlihat di lantai dua mall, Arsen dan Ayres kembali turun ke lantai satu guna mencari perempuan itu.

Takut-takut jika sampai Aileen malah tersesat dan bingung mencari keduanya kemana di tempat yang lumayan luas itu. Tapi, begitu melihat perempuan itu tengah berlari panik di tengah kerumunan orang-orang, Ayres spontan mengejar sang Bibi.

Arsen yang lengah akhirnya ikut mengejar Ayres sampai halaman depan mall. Siapa yang sangka dari sana, Arsen dan Ayres justru dapat melihat secara langsung bagaimana tubuh Aileen terpental hingga terpelanting di trotoar yang lumayan jauh.

Kejadiannya terlalu cepat dan tiba-tiba. Sampai Arsen tidak sempat memikirkan apa-apa selain bekas darah Aileen yang melekat di telapak tangan juga sebagian bajunya.

Rasanya ... masih tidak percaya saja begitu menyadari perempuan itu tengah terluka separah itu sekarang. Apa Aileen benar-benar bisa selamat dengan luka separah itu?

"Kenapa kamu sekhawatir ini sama Aileen?" tanya Namira tiba-tiba.

Arsen menggeleng tidak tahu. Tidak mengerti juga dengan perasaannya yang terasa berantakan acapkali mendapati perempuan pendek itu terluka.

"Kamu cinta sama dia, kan?" tanya Namira lagi yang justru terdengar lebih menjurus ke pernyataan.

Arsen berpikir sejenak. Tapi, pria itu tidak menemukan jawaban sama sekali.

"Enggak tahu, Ma." Mendengar jawaban Arsen, Namira tersenyum simpul.

"Kalau gitu cari tahu. Yakinin diri kamu sendiri sebelum dia enggak ada di sisi kamu." Namira berucap ambigu yang membuat Arsen mengernyit semakin bingung.

"Intinya Mama enggak cukup kalau dia cuma jadi cucunya Mama. Kalau emang bisa, Mama mau dia jadi istri kamu. Jadi Ibu buat Ayres juga. Ngerti, kan?"

***

Sudah sekitar dua hari Aileen belum membuka mata. Selama itu juga lah Arsen terus menunggunya tanpa mau digantikan oleh Namira.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, rupanya penyebab Aileen berlari sepanik itu hingga tertabrak adalah seorang pria tua yang mengejarnya. Pria itu adalah orang yang sudah membeli Aileen melalui perantara Ayahnya.

Pria itu juga lah alasan Aileen nekad kabur dari rumah. Ia hanya tidak mau menikah dengan pria semacam itu. Mengingat seberapa takut perempuan itu padanya membuat Arsen tidak tenang dan memilih menemani Aileen hingga saat ini.

Bagaimana jika Aileen terbangun dan ketakutan begitu tidak menemukan siapapun di sampingnya?

"Ssh ...." Ringisan dari bibir pucat Aileen membuat Arsen yang tengah membaringkan kepala di sisi ranjang langsung duduk tegak.

Begitu melihat perempuan itu yang perlahan-lahan mulai membuka mata, Arsen tanpa sadar tersenyum senang.

"Gimana perasaan kamu? Ada yang masih sakit?" tanya Arsen beruntun.

Aileen tidak menjawab tapi perempuan itu terus memegangi kepalanya yang terasa berdenyut sakit. Begitu merasakan perutnya bergejolak, perempuan itu juga mencoba bangkit duduk.

Tapi, karena tidak memiliki cukup tenaga, Aileen akhirnya jatuh berbaring lagi. Arsen segera membantunya duduk kemudian menyelipkan sebuah bantal di punggung Aileen sebagai penyangga.

"Pengen muntah," adu Aileen serak sambil menutup mulutnya yang mulai terasa mual.

Arsen dengan panik mencari sesuatu yang bisa menampung isi perut Aileen. Tapi, belum sempat menemukannya, Aileen sudah lebih dulu muntah ke sisi ranjang.

Arsen segera membantu memijat tengkuk perempuan itu. Wajah Aileen tampak begitu pucat. Bibir perempuan itu bahkan mengering dan pecah-pecah.

"Udah mendingan?" tanya Arsen cemas sambil menyodorkan segelas air yang langsung diminum Aileen sedikit.

Sejenak, Aileen menelengkan kepalanya sambil menatap Arsen lamat-lamat. Tatapan perempuan itu seolah kebingungan dan baru pertama kali melihat sosok Arsen.

"Om siapa?" tanya Aileen yang seketika membuat Arsen mengerjap terkejut.

Bagaimana bisa baru terbangun begini perempuan itu sudah bisa bercanda?

"Apaan sih. Saya nanya serius. Kamu udah mendingan atau belum? Saya lagi nggak mau bercanda," tanya Arsen lagi yang hanya dibalas perempuan pendek itu dengan garukan di pipi; tanda Aileen benar-benar sedang bingung.

"Aku enggak bercanda, Om."

"Kamu beneran enggak kenal saya?" tanya Arsen memastikan.

Aileen mengangguk jujur.

Kali ini, Arsen terdiam. Pria itu kemudian segera memencet tombol di sisi ranjang guna memanggil Dokter.

Begitu menjalani beberapa pemeriksaan lagi, lagi-lagi Arsen harus menghela napas berat. Aileen dinyatakan mengidap amnesia retrograde karena cidera keras di bagian dinding otaknya.

"Jadi sebenernya Om siapa? Kok aku juga bisa ada di sini?" tanya Aileen untuk kesekian kalinya setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan wawancara dari Dokter sebelumnya.

Arsen memandang perempuan itu sebentar sebelum kemudian menunduk lagi. Ia sebenarnya sedang berpikir harus mengaku sebagai siapa kepada Aileen.

"Sebenernya ... saya calon suami kamu. Kita udah pacaran 2 tahun, dan bentar lagi mau nikah. Tapi karena kecelakaan, kamu jadi amnesia gini sampai lupa sama saya," jawab Arsen akhirnya berbohong. Padahal, mereka hanya baru mengenal dua bulan.

Pikir Arsen, setidaknya untuk saat ini, biarkan saja begini. Nanti jika ingatan Aileen sudah kembali, perempuan itu hanya tinggal menyangkalnya, kan?

Lagipula ... ini kesempatan bagus. Sebelum perempuan itu mengingat semua sepenuhnya, setidaknya Arsen harus sudah menikahi Aileen dalam waktu dekat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Jangan Terlalu Manis

    "Jadi, kamu beneran hamil?" Arsen bertanya tidak percaya. Hari ini, dia dan Aileen memang pergi ke rumah sakit guna memeriksakan dugaan Arsen. Syukurnya, hasil lab dari Dokter menjawab semua. Aileen benar-benar hamil. Usia kandungannya masih sangat muda. "Kita bakal punya anak, Aileen." Arsen menegaskan sekali lagi sambil memeluk tubuh mungil istrinya yang masih mematung tidak percaya. Rasanya ... terlalu tiba-tiba. Aileen belum siap. Dia benar-benar tidak siap. "Tapi aku masih terlalu muda buat punya anak, Mas." Aileen menyuarakan sesuatu yang sedari tadi mengganjal di hatinya. "Loh? Tapi kamu kan udah punya anak. Tuh, si Ayres," jawab Arsen sambil terkekeh geli. "Itu beda. Ayres kan udah gede, enggak perlu kulahirin dulu. Ini beda lagi. Aku ... nggak berani melahirkan," jelas Aileen jujur. Arsen memandang Aileen lekat. Bingung dengan pola pikir sang istri. Setahunya, perempuan yang sudah menikah paling ingin punya anak. Biasanya, mereka bahkan melakukan berbagai macam cara a

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Morning Sickness?

    "Sekarang udah berani sama Mama Ai lagi?" Arsen bertanya begitu malam ini ia menemani Ayres tidur.Bocah sipit yang akhirnya mengetahui siapa dalang di balik semua teror yang didapatinya, hanya mengangguk. Tapi, Ayres tidak terlihat berniat menemui Aileen sama sekali.Padahal, semuanya sudah selesai. Bi Rindi sudah keluar dari rumah mereka. Rindu juga sudah meminta maaf atas perlakuan sang Bunda.Arsen bahkan juga bertanya apa Rindu benar masih menyukainya seperti dulu. Dan jawaban mengejutkan perempuan itu, sejenak membuat Arsen memikirkannya hingga detik ini."Seharusnya Pak Sakya tahu. Perasaan aku sama Bapak masih sama kayak dulu. Meski aku bilang udah enggak sekali pun, yakin aja aku pasti lagi bohong."Begitulah kalimat yang Rindu ucapkan padanya tadi siang di kantor. Tepat setelah perempuan itu menyerahkan proposal juga meminta maaf mewakili Bundanya.Arsen tidak pernah berpikir bahwa Rindu akan berkata demikian. Melihat dari sikap perempuan itu yang profesional dan normal dala

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Sosok di Balik Masalah

    "Apa aku sebaiknya pergi dari rumah aja, ya?" Aileen bertanya pada Arsen.Arsen yang malam ini hampir terlelap karena sudah luar biasa mengantuk, kontan saja terbangun dan melotot galak. "Kamu gila?!" bentak Arsen sebal.Aileen menggeleng yakin. "Enggak. Seharusnya aku emang pergi sejak awal. Kalau kayak gitu, mungkin Ayres enggak bakal diteror lagi. Dia juga enggak mungkin takutin apapun lagi setelah ini," jelas Aileen memaparkan spekulasinya jika sampai ia benar-benar pergi dari rumah ini."Kamu pikir cuma Ayres aja yang bisa butuh kamu? Saya juga bisa! Apa selama ini kamu tinggal di rumah ini buat Ayres aja?" tanya Arsen tidak habis pikir.Mendengar omelan suaminya, Aileen jadi merasa bersalah. Perempuan itu kemudian berbaring membelakangi Arsen sambil mengusap air mata yang diam-diam mengalir dari sudut mata."Bukan gitu. Aku cuma enggak tahan liat Ayres ketakutan di rumahnya sendiri. Aku enggak bisa liat dia nangis terus-terusan kayak gitu gara-gara aku. Dia keliatan takut banget

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Orang Dalam

    Aileen tidak tahu apa yang salah dengan putranya. Tapi, sejak ia menemukan bocah itu sudah kembali di rumah mereka, kenapa Ayres malah jadi takut padanya?Ada apa? Apa sebelumnya Aileen sempat melakukan kesalahan? Apa Ayres hanya sedang marah pada Aileen karena semalam Aileen berhenti mencarinya dan memilih tidur di rumah?"Sayang ... kamu enggak mau makan? Mau Mama bikinin atau beliin sesuatu?" tanya Aileen untuk kesekian kalinya.Mencoba mengajak bocah sipit berbicara. Tapi, lagi dan lagi, bocah itu tetap tidak mau menyahutinya. Yang dilakukan Ayres hanya bersembunyi di pelukan Papanya. Ayres seolah tidak berani dekat-dekat dengan Aileen."Udah, kamu balik aja sana ke kamar dulu. Ntar kalau udah tenang dan mau cerita, mungkin dia mau bicara sama kamu. Kamu istirahat aja, kalau saya butuh sesuatu nanti saya panggil Bi Rindi." Arsen menegur sambil mengelus punggung tangan istrinya.Pada akhirnya, Aileen menjawab dengan satu anggukan. Perempuan itu juga kasihan dengan Ayres yang terus

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Percaya Sama Saya

    Aileen menggigit kuku jemarinya gusar. Perempuan itu terus memandangi sekitar jalanan panik. Sedangkan Arsen, hanya menggenggam sebelah tangan Aileen erat. Berniat menenangkan sang istri sekaligus dirinya sendiri."Apa kita balik ke kebun binatang aja ya, Mas? Kita cari di sana sekali lagi. Mungkin aja dia masih di sana cuma kita belum cari yang bener aja," pinta Aileen yang dibalas Arsen dengan gelengan."Di sana udah ada yang jaga. Lagian gerbang kebun binatangnya juga udah dikunci, biar enggak ada yang bisa keluar masuk lagi. Kalau emang Ayres ketemu di sana, pasti mereka hubungin kita." Arsen menjelaskan yang dalam hati dibenarkan Aileen.Perempuan itu kemudian menatap jalan yang mereka lewati lagi. Takut jika sampai sang putra malah tidak tertangkap matanya."Kita pulang dulu, ya? Ini udah larut banget. Kamu juga belum makan, kan?" tanya Arsen yang ditanggapi Aileen dengan gelengan."Enggak," jawab Aileen final. Terdengar tidak ingin dibantah atau bernegosiasi lagi."Kalau gitu k

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Ayres Hilang

    "Udah bawa botol minumnya, kan?" Aileen bertanya sekali lagi.Ayres mengangguk. "Udah, Mama. Udah bawa bekal juga. Terus aku juga bawa wortel mentah," jawab bocah sipit itu tanpa mau melunturkan senyumnya.Aileen mengernyit bingung. "Kamu buat apa bawa wortel mentah? Kalau mau lauk wortel, Mama masakin aja." Perempuan pendek itu bertanya heran."Emang kapan aku suka wortel, Mama? Aku kan mau kasih makan kelinci. Pasti di kebun binatang ada kelinci," sahut Ayres yang dibalas Aileen dengan cubitan gemas di pipi gembul putranya."Yaudah sana! Berangkat sama Papa ke sekolah. Inget loh ya, jangan jauh-jauh dari Bu Guru!" peringat Aileen sambil mengaitkan tas bocah itu di punggungnya.Ayres menempelkan tangan di pelipis; memasang posisi hormat. Berikutnya, bocah itu berlari keluar diikuti Aileen dari belakang.Tapi, begitu sudah membuka pintu mobil, bocah itu malah berbalik dan berlari lagi menuju sang Mama. Aileen mengernyit. Apa lagi?"Kamu ketinggalan sesuatu?" tanya Aileen begitu Ayres

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status