"Pak, ambil kembali semua barang-barang ini!" Dimas masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Hendra untuk membawa pulang semua barang-barangnya.
"Apa?!" Jangankan Hendra, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini."Semua harga barang-barang ini mencapai sepuluh miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Hendra tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.Sepuluh miliar memang bagi Hendra bukan apa-apa, tapi bagi Dimas sekeluarga itu bagaikan gunung emas."Ya, aku tidak membutuhkannya." Dimas berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"Melihat adiknya yang begitu baik hati, Karin pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya. Sedangkan Dewi, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?"Haha, baiklah!" Hendra mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua barang-barang itu kembali.Karena takut cucu perempuannya tidak percaya, dia bahkan merekam kejadian itu secara diam-diam dan menunjukkan rekaman video itu kepada Naya.[Nay, sudah Kakek katakan, kalau pria itu bisa bertahan dengan ujian ini!][Kamu sudah kalah bertaruh, maka kamu harus cepat menikah dengannya dan memberiku seorang cicit! Hahaha …]Hendra mengirim pesan kepada Naya dan memaksanya untuk segera menikah.Naya sama sekali tidak berkutik, tapi dia selalu menyelesaikan masalah dengan baik dan cepat. Karena dia telah kalah dari kakeknya, maka dia harus menangani masalah ini besok. Kalau tidak, mungkin telinganya tidak akan lepas dari jeritan kakeknya yang terus mendesak.Keesokan paginya.Kring~~~Dimas mendapatkan telepon dari orang yang tak dikenal."[Anak muda, karena kamu tidak mau menerima pemberian dariku, maka aku akan mengenalkanmu kepada seorang wanita, kamu tidak akan menolaknya, 'kan?]Mendengar suara ini, Dimas pun langsung mengenalinya yang tak lain adalah pria tua yang memberinya hadiah itu. "Pak Tua, apa kamu bekerja di perusahaan penipu? Apakah ini jenis tipuan baru?" tanya Dimas seraya tersenyum.Tentu saja Dimas tidak mengira kalau Hendra adalah seorang penipu, karena dari auranya sudah bisa ditebak kalau pria tua ini adalah orang kaya. Namun, rencana apa yang dibuat olehnya sampai-sampai tertarik padanya?[Haha, aku mempunyai ide! Aku ingin mencarikan istri untukmu, apa kamu takut dengan ide gilaku ini?]Hendra sengaja memprovokasinya."Kebetulan sekali, aku takut akan semua ide yang ada, tapi aku tidak takut akan ide untuk menikah!" jawab Dimas dengan tegas.Kencan buta kemarin adalah yang ke 21 kalinya dan dia sudah hampir mati mendengar ocehan ibunya. Sekarang, selama ada yang bersedia menikah dengannya, dia akan langsung menikahinya.[Kalau begitu, kamu bawa semua dokumen yang diperlukan, kemudian datang ke kantor catatan sipil!]Hendra berseru dengan penuh semangat."Siapa takut!?" Dimas benar-benar langsung berangkat ke sana.Dari informasi yang diberikan oleh Hendra, calon yang akan menikah dengannya merupakan eksekutif tinggi dari sebuah perusahaan, begitu pintar dalam berbisnis. Tapi, Dimas sama sekali tidak membayangkan wajah dari wanita tersebut. Sebagai seorang dokter kandungan, dia sungguh tidak mempunyai rasa tertarik lagi dengan tubuh wanita, jadi dia tidak terlalu memedulikan postur tubuh wanita tersebut.Satu-satunya permintaannya adalah semoga calon istrinya mempunyai karakter manusia yang baik. Setidaknya jangan seperti Citra. Namun, ketika dia tiba di kantor catatan sipil, Dimas tercengang bukan main.'Wanita itu?!'Aura yang dipancarkan oleh Naya sangat dingin, dia sedang duduk di sebuah mobil BMW, sekilas saja sudah bisa melihat kalau dirinya merupakan seorang wanita kaya. Ternyata, memiliki wajah yang sangat cantik juga bisa membuat orang lain tidak berani mendekatinya."Kenapa diam saja? Cepat kemari!" Hanya dengan sebuah tatapan dari Naya, itu sudah mampu membuat Dimas mendekat dengan patuh.Wanita ini memang pantas menjadi seorang eksekutif tinggi, auranya begitu kuat."Naya, kamu mau menikah denganku?" Dimas masih tidak mempercayainya."Kenapa? Kamu tidak bersedia?" Naya mengerutkan keningnya, aura dingin yang dipancarkan oleh sekujur tubuhnya benar-benar sangat menekan, orang biasa mungkin tidak sanggup menghadapinya."Aku bersedia! Kalau tidak, aku tidak akan datang hari ini!" Jantung Dimas berdetak dengan kencang, entah karena senang atau ketakutan.Naya memang sangat cantik, tapi sepertinya sangat sulit untuk hidup dengannya. Namun, Dimas hanya menginginkan sebuah formalitas pernikahan saja, jadi bukan saatnya untuk mempertimbangkan masalah ini sekarang."Masuklah, selesaikan secepatnya!" Naya langsung melangkah dengan kaki jenjangnya ke kantor catatan sipil.Dirinya suka menyendiri, bahkan untuk urusan menikah pun seorang diri. Untung saja kaki Dimas tidak pendek, jadi dia segera menyusulnya."Maukah kamu mempertimbangkannya lagi? Masih bisa dihentikan!" Sebelum mendaftarkan pernikahan, Naya pun kembali mengingatkan Dimas.Naya tentu saja berharap Dimas mundur, karena dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini, kalau Dimas mundur, maka kakeknya juga tidak bisa memaksanya."Nay, kenapa aku melihatmu seperti ibu-ibu kalau dingin seperti ini, ya?" kata Dimas seraya tersenyum.Tatapan Naya yang dingin seketika menjadi tajam, bagaikan pisau yang hampir saja mencincang Dimas. "Apa?! Awas aja, ya, jangan sampai menyesal!""Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!""Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba."Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapk
"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!""Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sa
"Ma, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti, ya?" Dimas Anggara memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti."Baiklah kalau begitu!" Dewi terus melanjutkan, "Dimas, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"'Eh, malam pengantin?' Dimas Anggara sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.Dia percaya kalau Naya juga sama. Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Selamanya tidak akan mungkin!Namun, Dimas Anggara tetap mengangguk. "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ma dan Kak, kalian harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dewi dan Karin
"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Ketika Dimas Anggara kembali pulang ke rumah Naya. Dia tidak mematikan lampu ketika keluar, kondisi rumah juga tetap rapi ketika dia pulang. Jadi, dia tidak tahu kalau Naya sudah pulang 15 menit yang lalu. Badannya penuh dengan keringat setelah pulang dari berbelanja, dia pun melepaskan bajunya dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Namun, begitu dia membuka pintu kamar mandi, dia pun tercengang. Matanya menatap dengan lekat ke arah wanita yang sedang berendam di sana, matanya tiba-tiba kehilangan kekuatan untuk berkedip.Naya sedang menikmati waktu santainya di dalam bak mandi, sepasang kakinya yang putih mulus terlihat menonjol dari air, sepuluh jari kaki itu pun terlihat sangat indah, seperti bunga plum di tengah musim salju. Meskipun bak mandi tersebut penuh dengan gelembung sabun, tapi dari posisi tinggi Dimas Anggara yang melihat ke bawah tetap bisa melihat keindahan yang ada di dalam air.Wanita itu putih sampai tidak masuk akal, postur tubuhnya juga sangat indah, b
'A-apa? Bagaimana mungkin?!' Naya terkejut, baru hari pertama bertemu, tapi pria ini sudah mengetahui penyakitnya.Selanjutnya, Dimas Anggara pun mengangkat pakaian tidurnya dengan pelan."A-apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin mati?" Entah kekuatan dari mana, Naya pun langsung memutar tangan Dimas Anggara.Sebagai putri dari Keluarga Alfandy, dia sudah belajar bela diri dari kecil, dia bukan sosok yang mudah ditindas oleh pria biasa."Uh! A-aku …" Dimas Anggara kesakitan, tapi tidak melawan, melainkan berkata seraya menggertakkan gigi, "Aku akan membantumu mengurangi rasa sakit!"Di waktu yang sama, Dimas Anggara juga berpikir di dalam hati. 'Sudah begitu cantik, tapi kenapa tidak ada aura kewanitaan sama sekali? Dasar monster!'"Bukankah … bukankah kamu seorang dokter kandungan? Kamu bisa mengatasi penyakit dalam seperti ini?" Naya setengah memercayai perkataannya.Hanya saja, tiba-tiba dia mulai merasakan sakit yang amat parah dari perutnya lagi, dia pun melepaskan tangan Dimas An
"Bukankah kamu sudah membeli makanan? Kenapa kamu masih masak?" Naya menatap Dimas dengan enggan."Dapurmu bahkan lebih bersih dari mukamu, kalau bukan aku yang membelinya, dari mana datangnya makanan ini? Dari langit?" Dimas Anggara membawakan semangkuk sup tersebut ke dalam kamarnya, kemudian mengingatkannya."Makanlah selagi panas, magh itu tidak boleh telat makan.""Kamu sedang mengajariku?" Naya tersenyum pahit, dia benar-benar tidak terbiasa dengan adanya seorang pria di rumahnya.Ibunya saja tidak pernah menasihatinya, tapi ini malah keluar dari mulut pria tersebut. Seorang direktur PT. Semesta Abadi, siapa yang berani mengguruinya?Dimas Anggara tiba-tiba berubah menjadi tegas. "Itu … lupakan, jangan lupa kamu adalah istriku dan juga pasienku! Kamu harus mendengarkanku!"Naya mengernyit, dia pun menatap pria itu dengan lekat. Dia tidak melawannya, tapi dia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk mengernyit ketika melihat semangkuk sup tersebut. "Apakah makanan seperti ini bisa di
"Citra?! Kamu?" Dimas Anggara mengangkat kepalanya dengan tatapan terkejut.Citra juga mengangkat jarinya sambil menunjuknya dengan terkejut. "Kenapa pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh dokter pria? Apakah kamu ingin mengambil keuntungan dariku?""Ingin melihat tubuhku? Pria b*jingan! Aku minta untuk ganti dokter!" Citra langsung berteriak keras.Mendengar suara ini, wanita-wanita yang ingin datang melakukan pemeriksaan juga berkumpul."K-kenapa pemeriksaan yang berhubungan dengan privasi wanita dilakukan oleh pria?!""Tunggu, tapi Dokter harus tetap bekerja secara profesional, mana mungkin akan berpikiran begitu kotor?"Wanita-wanita itu saling bersahutan.Kondisi seperti ini sering Dimas Anggara alami selama dia bekerja. Akan tetapi, biasanya setelah dijelaskan orang itu akan mulai menerima karena melihat Dimas Anggara terlihat cukup jujur. Sayangnya, hari ini Citra bersikeras tidak setuju."Pecundang sepertimu pantas saja tidak menemukan istri, benar-benar kotor! Dulu kamu datan