Share

Bab 6

"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.

Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!"

"Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.

Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'

Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?

"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba.

"Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.

Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapkan semuanya sebelum memulai.

"Apa maksudnya?" tanya Dimas Anggara.

"Dunia kehidupan pada masyarakat memang selalu berpihak kepada pria, wanita yang sudah menikah akan pergi menetap di rumah pihak laki-laki, tapi aku tidak akan pergi ke rumahmu. Jadi, ini adalah rumah kita, kamu bisa tinggal di sini ke depannya, tapi aku biasanya tidak akan pulang ke rumah!"

Dalam satu kalimat, Naya telah melontarkan dua kali kata 'tapi', hal ini membuat Dimas Anggara benar-benar merasakan betapa dinginnya wanita ini.

"Kenapa aku merasa diriku seperti seekor anjing yang dipelihara?" Dimas Anggara seketika tidak ingin menerima kunci tersebut, ini berhubungan dengan harga diri.

"Ambil!" Hanya sebuah tatapan dari Naya, itu langsung membuat Dimas Anggara menerima kunci tersebut.

'Memang benar, seorang eksekutif tinggi, auranya sangat kuat!' gumam Dimas.

"Baiklah, tidak melakukan apa pun memang sangat menyenangkan!" Mau tidak mau, Dimas Anggara harus menyepakati semua ini.

Melihat kejadian ini membuat pekerja yang ada di kantor catatan sipil curiga kepada mereka. 'Mungkinkah mereka datang ke tempat yang salah? Ini … mereka mau menikah atau bercerai?!'

Singkat cerita, mereka telah selesai melakukan acara pernikahan di kantor catatan sipil tanpa adanya acara besar.

"Sampai bertemu!" Naya langsung berbalik badan hendak pergi setelah melontarkan dua patah kata tersebut.

"Tunggu, Nay," Dimas Anggara langsung meraih pergelangan tangannya, tapi Dimas Anggara langsung melepaskan tangannya begitu melihat tatapan dari Naya, pergelangan tangannya seperti terpotong olehnya.

"Apa, hah?" Naya berkata dengan dingin, dia tidak suka dengan orang yang berbelit-belit, terutama seorang pria.

"Tiga hal!" Menikah memang akan saling memengaruhi, jadi Dimas Anggara pun langsung berkata sesuai dengan ritme Naya. "Pertama, tinggalkan nomor kontak yang bisa dihubungi, dengan begitu aku bisa menghubungimu dengan mudah, kamu jangan menolak hal ini. Kamu menikah karena memenuhi permintaan dari kakekmu, begitu pula denganku. Aku menikah karena memenuhi permintaan ibuku. Bagaimana kalau sampai dia menanyakanmu, bukankah aku harus mencarimu?"

Meskipun Naya orangnya sangat dingin, tapi dia selalu memikirkan logika yang ada, dia pun mengeluarkan ponselnya dengan ekspresi cemberut, kemudian memerintah, "Scan saja QR ini!"

Ding!

Setelah menambahkan kontak W******p, Dimas Anggara pun kembali melanjutkan, "Kedua, aku akan memberimu lima juta setiap bulan, kamu bisa menganggap uang itu sebagai uang sewa rumah, juga sebagai janji yang aku ucapkan ketika kencan buta."

Naya merasa konyol, dia pun tersenyum dengan sedikit menghina. "Hah, lima juta? Cukup buat apa?!" Namun, dia juga tidak menolak pria ini. "Tapi, baiklah, aku anggap itu sebagai tanggung jawabmu sebagai seorang suami!" dengusnya sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

"Ketiga, apa rencanamu tentang kehidupan intim sebagai suami istri?" Dimas Anggara tiba-tiba bertanya dengan raut wajah yang sangat serius.

Pernikahan merupakan urusan seumur hidup, bukan hanya sebuah permainan saja. Karena sudah menikah, maka Dimas Anggara juga harus mempertimbangkan tentang kehidupan intim sebagai seorang suami dan istri.

"Ahh?!" Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dimas Anggara, Naya pun memberikan tatapan sinis. "Ya aku lupa, semua pria memang seperti ini!"

Pemikiran pria dan wanita memang sangat berbeda.

Hal yang diperhatikan oleh Naya adalah kehidupan, tapi Dimas Anggara malah memperhatikan masalah kehidupan intim?

"Sebelum kamu membuatku tersentuh, jangan pernah berharap untuk menyentuh sehelai rambutku!"

"Oke!" Jawaban yang dilontarkan oleh Naya benar-benar tepat dari yang diharapkan oleh Dimas Anggara.

Dimas Anggara tidak menyangka dirinya yang seorang pria terus terang bisa mengesankan wanita dingin yang ada di depannya. Meskipun Naya mampu membuat jantungnya berdetak kencang, tapi belum tentu dia bisa membuatnya bereaksi di bagian tertentu. Bahkan Dimas Anggara mengira kalau dirinya tidak mampu dengan hal seperti itu.

Alasan dia terus menolak untuk menikah juga karena takut tidak bisa memuaskan istrinya. Sekarang, Naya malah tidak mengizinkan dirinya untuk menyentuhnya, maka itu sangat membuatnya merasa sangat tenang.

'Dasar bajingan!' Naya mengumpat di dalam hatinya.

Naya bisa melihat kalau ekspresi yang dikeluarkan oleh pria itu bukan dibuat-buat. Dia sangat paham akan dirinya yang sangat dingin, banyak pria yang tidak berani mengungkapkan perasaan di depannya, tapi bukan berarti para pria itu tidak memiliki pemikiran terhadapnya. Dia cukup percaya diri dengan pesona yang dipancarkannya.

Akan tetapi, bajingan yang ada di depannya malah tidak memiliki niat dan pemikiran sama sekali terhadapnya, hal ini membuatnya meragukan kecantikannya!

'Dokter kandungan? Ternyata, memang profesi yang sangat mengerikan!'

Setelah keduanya selesai membahas masalah yang ada, mereka pun berpisah.

Begitu Dimas Anggara tiba di depan halaman rumahnya, sontak dia pun langsung melihat sosok wanita yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Wanita itu terlihat sedang menunggunya dengan senyuman berseri-seri terpampang di wajahnya.

'D-dia?!' Dimas terdiam sesaat sebelum kembali melangkahkan kakinya ke arah rumahnya. 'Apa yang dilakukan wanita jalang itu disini?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status