"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.
Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!""Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba."Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapkan semuanya sebelum memulai."Apa maksudnya?" tanya Dimas Anggara."Dunia kehidupan pada masyarakat memang selalu berpihak kepada pria, wanita yang sudah menikah akan pergi menetap di rumah pihak laki-laki, tapi aku tidak akan pergi ke rumahmu. Jadi, ini adalah rumah kita, kamu bisa tinggal di sini ke depannya, tapi aku biasanya tidak akan pulang ke rumah!"Dalam satu kalimat, Naya telah melontarkan dua kali kata 'tapi', hal ini membuat Dimas Anggara benar-benar merasakan betapa dinginnya wanita ini."Kenapa aku merasa diriku seperti seekor anjing yang dipelihara?" Dimas Anggara seketika tidak ingin menerima kunci tersebut, ini berhubungan dengan harga diri."Ambil!" Hanya sebuah tatapan dari Naya, itu langsung membuat Dimas Anggara menerima kunci tersebut.'Memang benar, seorang eksekutif tinggi, auranya sangat kuat!' gumam Dimas."Baiklah, tidak melakukan apa pun memang sangat menyenangkan!" Mau tidak mau, Dimas Anggara harus menyepakati semua ini.Melihat kejadian ini membuat pekerja yang ada di kantor catatan sipil curiga kepada mereka. 'Mungkinkah mereka datang ke tempat yang salah? Ini … mereka mau menikah atau bercerai?!'Singkat cerita, mereka telah selesai melakukan acara pernikahan di kantor catatan sipil tanpa adanya acara besar."Sampai bertemu!" Naya langsung berbalik badan hendak pergi setelah melontarkan dua patah kata tersebut."Tunggu, Nay," Dimas Anggara langsung meraih pergelangan tangannya, tapi Dimas Anggara langsung melepaskan tangannya begitu melihat tatapan dari Naya, pergelangan tangannya seperti terpotong olehnya."Apa, hah?" Naya berkata dengan dingin, dia tidak suka dengan orang yang berbelit-belit, terutama seorang pria."Tiga hal!" Menikah memang akan saling memengaruhi, jadi Dimas Anggara pun langsung berkata sesuai dengan ritme Naya. "Pertama, tinggalkan nomor kontak yang bisa dihubungi, dengan begitu aku bisa menghubungimu dengan mudah, kamu jangan menolak hal ini. Kamu menikah karena memenuhi permintaan dari kakekmu, begitu pula denganku. Aku menikah karena memenuhi permintaan ibuku. Bagaimana kalau sampai dia menanyakanmu, bukankah aku harus mencarimu?"Meskipun Naya orangnya sangat dingin, tapi dia selalu memikirkan logika yang ada, dia pun mengeluarkan ponselnya dengan ekspresi cemberut, kemudian memerintah, "Scan saja QR ini!"Ding!Setelah menambahkan kontak W******p, Dimas Anggara pun kembali melanjutkan, "Kedua, aku akan memberimu lima juta setiap bulan, kamu bisa menganggap uang itu sebagai uang sewa rumah, juga sebagai janji yang aku ucapkan ketika kencan buta."Naya merasa konyol, dia pun tersenyum dengan sedikit menghina. "Hah, lima juta? Cukup buat apa?!" Namun, dia juga tidak menolak pria ini. "Tapi, baiklah, aku anggap itu sebagai tanggung jawabmu sebagai seorang suami!" dengusnya sembari menyilangkan tangannya di depan dada."Ketiga, apa rencanamu tentang kehidupan intim sebagai suami istri?" Dimas Anggara tiba-tiba bertanya dengan raut wajah yang sangat serius.Pernikahan merupakan urusan seumur hidup, bukan hanya sebuah permainan saja. Karena sudah menikah, maka Dimas Anggara juga harus mempertimbangkan tentang kehidupan intim sebagai seorang suami dan istri."Ahh?!" Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dimas Anggara, Naya pun memberikan tatapan sinis. "Ya aku lupa, semua pria memang seperti ini!"Pemikiran pria dan wanita memang sangat berbeda.Hal yang diperhatikan oleh Naya adalah kehidupan, tapi Dimas Anggara malah memperhatikan masalah kehidupan intim?"Sebelum kamu membuatku tersentuh, jangan pernah berharap untuk menyentuh sehelai rambutku!""Oke!" Jawaban yang dilontarkan oleh Naya benar-benar tepat dari yang diharapkan oleh Dimas Anggara.Dimas Anggara tidak menyangka dirinya yang seorang pria terus terang bisa mengesankan wanita dingin yang ada di depannya. Meskipun Naya mampu membuat jantungnya berdetak kencang, tapi belum tentu dia bisa membuatnya bereaksi di bagian tertentu. Bahkan Dimas Anggara mengira kalau dirinya tidak mampu dengan hal seperti itu.Alasan dia terus menolak untuk menikah juga karena takut tidak bisa memuaskan istrinya. Sekarang, Naya malah tidak mengizinkan dirinya untuk menyentuhnya, maka itu sangat membuatnya merasa sangat tenang.'Dasar bajingan!' Naya mengumpat di dalam hatinya.Naya bisa melihat kalau ekspresi yang dikeluarkan oleh pria itu bukan dibuat-buat. Dia sangat paham akan dirinya yang sangat dingin, banyak pria yang tidak berani mengungkapkan perasaan di depannya, tapi bukan berarti para pria itu tidak memiliki pemikiran terhadapnya. Dia cukup percaya diri dengan pesona yang dipancarkannya.Akan tetapi, bajingan yang ada di depannya malah tidak memiliki niat dan pemikiran sama sekali terhadapnya, hal ini membuatnya meragukan kecantikannya!'Dokter kandungan? Ternyata, memang profesi yang sangat mengerikan!'Setelah keduanya selesai membahas masalah yang ada, mereka pun berpisah.Begitu Dimas Anggara tiba di depan halaman rumahnya, sontak dia pun langsung melihat sosok wanita yang berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Wanita itu terlihat sedang menunggunya dengan senyuman berseri-seri terpampang di wajahnya.'D-dia?!' Dimas terdiam sesaat sebelum kembali melangkahkan kakinya ke arah rumahnya. 'Apa yang dilakukan wanita jalang itu disini?'"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!""Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sa
"Ma, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti, ya?" Dimas Anggara memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti."Baiklah kalau begitu!" Dewi terus melanjutkan, "Dimas, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"'Eh, malam pengantin?' Dimas Anggara sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.Dia percaya kalau Naya juga sama. Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Selamanya tidak akan mungkin!Namun, Dimas Anggara tetap mengangguk. "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ma dan Kak, kalian harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dewi dan Karin
"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Ketika Dimas Anggara kembali pulang ke rumah Naya. Dia tidak mematikan lampu ketika keluar, kondisi rumah juga tetap rapi ketika dia pulang. Jadi, dia tidak tahu kalau Naya sudah pulang 15 menit yang lalu. Badannya penuh dengan keringat setelah pulang dari berbelanja, dia pun melepaskan bajunya dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Namun, begitu dia membuka pintu kamar mandi, dia pun tercengang. Matanya menatap dengan lekat ke arah wanita yang sedang berendam di sana, matanya tiba-tiba kehilangan kekuatan untuk berkedip.Naya sedang menikmati waktu santainya di dalam bak mandi, sepasang kakinya yang putih mulus terlihat menonjol dari air, sepuluh jari kaki itu pun terlihat sangat indah, seperti bunga plum di tengah musim salju. Meskipun bak mandi tersebut penuh dengan gelembung sabun, tapi dari posisi tinggi Dimas Anggara yang melihat ke bawah tetap bisa melihat keindahan yang ada di dalam air.Wanita itu putih sampai tidak masuk akal, postur tubuhnya juga sangat indah, b
'A-apa? Bagaimana mungkin?!' Naya terkejut, baru hari pertama bertemu, tapi pria ini sudah mengetahui penyakitnya.Selanjutnya, Dimas Anggara pun mengangkat pakaian tidurnya dengan pelan."A-apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin mati?" Entah kekuatan dari mana, Naya pun langsung memutar tangan Dimas Anggara.Sebagai putri dari Keluarga Alfandy, dia sudah belajar bela diri dari kecil, dia bukan sosok yang mudah ditindas oleh pria biasa."Uh! A-aku …" Dimas Anggara kesakitan, tapi tidak melawan, melainkan berkata seraya menggertakkan gigi, "Aku akan membantumu mengurangi rasa sakit!"Di waktu yang sama, Dimas Anggara juga berpikir di dalam hati. 'Sudah begitu cantik, tapi kenapa tidak ada aura kewanitaan sama sekali? Dasar monster!'"Bukankah … bukankah kamu seorang dokter kandungan? Kamu bisa mengatasi penyakit dalam seperti ini?" Naya setengah memercayai perkataannya.Hanya saja, tiba-tiba dia mulai merasakan sakit yang amat parah dari perutnya lagi, dia pun melepaskan tangan Dimas An
"Bukankah kamu sudah membeli makanan? Kenapa kamu masih masak?" Naya menatap Dimas dengan enggan."Dapurmu bahkan lebih bersih dari mukamu, kalau bukan aku yang membelinya, dari mana datangnya makanan ini? Dari langit?" Dimas Anggara membawakan semangkuk sup tersebut ke dalam kamarnya, kemudian mengingatkannya."Makanlah selagi panas, magh itu tidak boleh telat makan.""Kamu sedang mengajariku?" Naya tersenyum pahit, dia benar-benar tidak terbiasa dengan adanya seorang pria di rumahnya.Ibunya saja tidak pernah menasihatinya, tapi ini malah keluar dari mulut pria tersebut. Seorang direktur PT. Semesta Abadi, siapa yang berani mengguruinya?Dimas Anggara tiba-tiba berubah menjadi tegas. "Itu … lupakan, jangan lupa kamu adalah istriku dan juga pasienku! Kamu harus mendengarkanku!"Naya mengernyit, dia pun menatap pria itu dengan lekat. Dia tidak melawannya, tapi dia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk mengernyit ketika melihat semangkuk sup tersebut. "Apakah makanan seperti ini bisa di
"Citra?! Kamu?" Dimas Anggara mengangkat kepalanya dengan tatapan terkejut.Citra juga mengangkat jarinya sambil menunjuknya dengan terkejut. "Kenapa pemeriksaan seperti ini dilakukan oleh dokter pria? Apakah kamu ingin mengambil keuntungan dariku?""Ingin melihat tubuhku? Pria b*jingan! Aku minta untuk ganti dokter!" Citra langsung berteriak keras.Mendengar suara ini, wanita-wanita yang ingin datang melakukan pemeriksaan juga berkumpul."K-kenapa pemeriksaan yang berhubungan dengan privasi wanita dilakukan oleh pria?!""Tunggu, tapi Dokter harus tetap bekerja secara profesional, mana mungkin akan berpikiran begitu kotor?"Wanita-wanita itu saling bersahutan.Kondisi seperti ini sering Dimas Anggara alami selama dia bekerja. Akan tetapi, biasanya setelah dijelaskan orang itu akan mulai menerima karena melihat Dimas Anggara terlihat cukup jujur. Sayangnya, hari ini Citra bersikeras tidak setuju."Pecundang sepertimu pantas saja tidak menemukan istri, benar-benar kotor! Dulu kamu datan
"Istrimu?!""Dimas, apakah kamu juga sudah gila? Sejak kapan kamu memiliki istri?"Dimas Anggara tersenyum pahit, dia tidak ada waktu untuk menjelaskan padanya lagi dan langsung menghubungi Naya.Setelah kericuhan semalam, Dimas Anggara sudah langsung mencatat nomor telepon Naya agar kalau WhatsAppnya diblokir dia tidak akan kehabisan cara untuk menghubunginya lagi.[Halo, ada apa?]Untungnya, kali ini Naya mengangkat teleponnya dengan nada kompeten tapi tidak buru-buru. Kelihatannya Naya tidak sedang rapat."Nay …, a-aku ingin meminjam uang kepadamu," Dimas Anggara langsung berkata tanpa basa-basi.Mendengar Dimas Anggara memanggil Naya dengan datar, Riswan juga tertegun. 'Sebenarnya, orang ini istrinya atau bukan? Mana ada orang yang memanggil istrinya dengan panggilan seperti ini?'[Hah? Pinjam uang?!]Naya juga tertegun, lalu tersenyum dalam hati. Semalam dia masih mengira tebakannya salah. Pria ini bukan menikah dengannya demi uang, tapi tidak di sangka hari ini Dimas Anggara sud