Beranda / Rumah Tangga / Istri Kedua Sang CEO / 2. Bagaimana dengan River?

Share

2. Bagaimana dengan River?

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-29 15:36:19

Shiera merasa bersalah atas semua hal yang terjadi. Seharusnya ia tidak masuk ke dalam kehidupan rumah tangga Eliana dan suami sahabatnya.

Wanita itu menatap Eliana dengan penuh kekhawatiran. Ia mengenal sahabatnya itu cukup lama. Eliana bisa saja melakukan hal-hal yang membahayakan jika tidak dituruti kemauannya.

Shiera berusaha menenangkan Eliana. Ia merangkul bahu sang sahabat.

“Eliana ... kamu sabar, ya? Kita pasti punya solusi lain.”

Eliana menepis tangan Shiera dengan cukup kasar.

“Tidak, Shiera. Hanya ini satu-satunya cara yang tepat tanpa harus menyakiti perasaan mamaku. Mama tidak mau cucunya lahir dari cara bayi tabung atau yang lainnya. Dia sangat tradisional dan percaya bahwa keluarga harus dibangun dengan pernikahan yang sah dan anak-anak yang lahir dari cinta sejati.”

Shiera terdiam seketika. Mama Eliana adalah orang yang sangat baik. Semenjak kedua orang tua Shiera bercerai dan ia harus tinggal bersama ayahnya, Mama Eliana selalu ada untuknya, menyayangi selayaknya ibu kandung sendiri, dan tidak pernah membeda-bedakan antara dirinya dengan Eliana.

Shiera juga sering menginap di rumah Mama Eliana saat ayahnya sibuk bermain judi dan mabuk-mabukan hingga tidak pernah pulang ke rumah.

Membayangkan hal itu membuat hati Shiera semakin gelisah. Ia juga ingin melihat Mama Shiera bahagia. Eliana adalah putri kandung satu-satunya yang bisa diharapkan. Sementara sahabatnya itu tidak bisa memberikan cucu karena sebuah hal yang tidak bisa ia sampaikan kepada Shiera.

Shiera kemudian menatap Eliana dengan mata penuh rasa kasihan dan bingung.

“Eliana, aku mengerti hal ini. Tapi apakah kita tidak bisa menemukan cara yang lain?”

“Shiera, tolong pahami. Mama adalah segalanya bagiku. Dia sudah tua dan sering sakit-sakitan. Jika Mama tahu kita akan punya cucu dengan cara yang dia tidak setujui, itu bisa menghancurkannya. Aku tidak bisa mengambil risiko itu.”

Shiera merasa hatinya remuk melihat Eliana begitu tertekan. Ia memahami betapa berat beban yang dipikul sahabatnya itu, namun permintaan ini terlalu besar.

“Eliana, aku bersedia membantu dengan cara apa pun, tapi tidak dengan menikah dengan River. Itu akan menghancurkan banyak hati, termasuk hati River dan juga hati kita.”

“Shiera, kamu adalah satu-satunya harapan kami. Kamu tahu bagaimana sifat Mama. Jika dia tahu kita tidak bisa punya anak dengan cara tradisional, dia akan sangat kecewa. Kamu adalah sahabatku dan aku tahu kamu bisa melakukan ini demi aku.”

“Lalu bagaimana kalau Tante Monica tahu jika aku yang menjadi rahim pengganti untukmu? Bagaimana jika Tante Monica tahu bahwa kita telah membohonginya?”

Shiera merasa dadanya sesak oleh emosi. Dia tahu Eliana sangat membutuhkan bantuannya dan ini saatnya ia bisa membalas budi. Tetapi permintaan itu terlalu berat baginya.

“Itu tidak akan mungkin terjadi, Shiera. Mama tidak akan mengetahui hal ini. Kamu bisa pegang semua ucapanku.”

Eliana menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Ia tidak menyangka jika sahabatnya itu juga keras kepala seperti River, suaminya.

“Shiera, tolonglah. Ini bukan hanya untukku, tapi juga untuk Mama. Kamu tahu betapa dia sudah berjuang untuk membesarkan aku. Dia sudah berkorban banyak hal dan ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa melihat cucunya sebelum dia pergi.”

Shiera merasakan air mata mulai menggenang di matanya. Ia tahu betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan Eliana untuk keluarganya.

Shiera merasa semakin terjebak antara keinginan untuk membantu sahabatnya dan kenyataan bahwa permintaan ini hampir mustahil untuk dipenuhi.

“Shiera, Mama sangat keras kepala. Dia tidak akan pernah setuju dengan cara lain. Jika kamu menolak, dia mungkin tidak akan pernah melihat cucunya.”

“Eliana, aku mengerti betapa berat bebanmu. Tapi memaksaku menikah dengan River, itu akan menghancurkan semua yang kita miliki. Persahabatan kita, pernikahanmu dengan River, semuanya.”

“Shiera, aku mohon. Hanya ini satu-satunya cara.”

Shiera merasakan dadanya semakin sesak. Ia menundukkan kepala dan merasakan hatinya hancur.

“Eliana, aku ... aku tidak tahu harus bagaimana.” Suara Shiera terdengar serak dan bergetar.

Shiera kembali menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang hampir pecah. Ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini, di mana persahabatan dan cinta diuji dengan cara yang begitu kejam.

Kedua mata Shiera menatap lantai, tidak sanggup melihat wajah sahabatnya yang penuh dengan harapan dan rasa sakit.

Eliana menghela napas panjang, tangannya terulur mencoba meraih tangan Shiera. “Aku tahu kamu peduli kepadaku, Shiera. Aku tahu kamu gadis yang baik.”

Shiera merasakan tangan Eliana yang hangat menggenggam tangannya yang dingin dan gemetar.

Sentuhan itu membuat perasaan bersalahnya semakin dalam. Ia tahu betapa pentingnya ini bagi sahabatnya, tetapi hatinya tidak bisa menerima permintaan tersebut. Pandangannya kabur oleh air mata yang tidak bisa lagi dibendung.

“Shiera, tolonglah. Aku mohon,” ucap Eliana dan terus memohon.

Suasana ruangan terasa semakin berat seolah-olah dindingnya semakin mendekat, menambah rasa sesak yang dirasakan Shiera.

Setiap detik berlalu terasa seperti beban yang tak tertahankan, membuat Shiera semakin sulit berpikir jernih.

“Lalu ... bagaimana dengan River? Dia sangat menentang permintaan ini.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kedua Sang CEO   59. Menenangkan

    Ia tak menyangka bahwa Shiera, yang biasanya selalu sabar dan menerima, kini berani menuntut haknya. “Shiera, aku tidak ingin kamu pergi. Dan sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa pergi.” “Oh ya? Aku butuh seseorang yang bisa menghargai dan memperjuangkan keberadaanku. Bukan sekadar seseorang yang menganggapku pilihan kedua.” Shiera beranjak menuju jendela, menatap langit. Ia ingin mencari ketenangan. Hening sejenak, sampai River akhirnya bangkit berdiri, mendekati Shiera dan berhenti di sampingnya. “Aku paham, Shiera. Dan mungkin sudah saatnya aku mengambil keputusan. Aku tahu kamu layak mendapatkan cinta yang penuh, bukan yang setengah-setengah. Dan mungkin, selama ini aku terlalu egois mempertahankanmu tanpa benar-benar berusaha mencintaimu seutuhnya.” Shiera menoleh, menatap wajah River yang terlihat begitu terluka. Rasa kasihan dan simpati tiba-tiba muncul di hatinya, meski ia tahu bahwa perasaannya tidak akan mengubah kenyataan pahit yang sedang mereka hadapi. “Jadi,

  • Istri Kedua Sang CEO   58. Untuk Kalian Berdua

    Shiera berusaha menjaga ketenangannya, meski di dalam hatinya ada perasaan gelisah yang semakin kuat. “Kami hanya mengobrol biasa El,” jawab Shiera singkat namun dengan nada tegas, berusaha tidak menunjukkan kelemahan di depan wanita yang tampak seperti menikmati kehadirannya untuk menguji kesabarannya. Eliana tersenyum sinis, lalu melangkah mendekat. Setiap langkahnya penuh percaya diri, seolah ingin menunjukkan bahwa ia yang memegang kendali di sini. “Ah, hanya berbicara, ya? Apakah kamu yakin itu saja, Shiera?” Shiera mengepalkan tangannya di belakang punggungnya, berusaha mengendalikan emosinya yang semakin mendidih. Ia tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan merespons secara emosional. “Aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan apapun padamu, Eliana,” ucapnya tegas, meski hatinya berdebar kencang. “Oh, benar sekali. Tapi, kamu harus ingat, Shiera, kamu hanyalah tamu di rumah ini,” jawab Eliana dengan nada tajam yang terasa menghujam hati Shiera. “Kamu han

  • Istri Kedua Sang CEO   57. Semakin Dekat

    Shiera menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “Eliana…” bisiknya lirih. “Bagaimana dengan dia, River? Bagaimana kamu bisa mencintaiku jika dia masih ada di antara kita?” River terdiam, wajahnya menegang sejenak sebelum akhirnya ia menghela napas panjang. “Aku mengerti,” ujarnya dengan suara berat. “Aku tahu, selama ini kehadiran Eliana adalah bayangan yang terus menghantuimu. Tapi percayalah, Shiera … perasaanku padamu tidak bisa diukur dengan perasaan yang pernah kumiliki untuknya.” Ia berhenti sejenak, matanya mengerjap seperti menahan emosi yang bergejolak. “Eliana… mungkin dia adalah masa lalu yang dulu pernah kuanggap segalanya,” lanjutnya dengan suara rendah. “Tapi sekarang, Shiera … yang kuinginkan hanya kamu.” Ia menggenggam tangan Shiera lebih erat, seperti mencoba meyakinkan perempuan itu bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya bukanlah kebohongan. Shiera masih terpaku, hatinya berperang antara rasa bahagia dan ketakutan yang tak te

  • Istri Kedua Sang CEO   56. Meragukan Cintanya

    Shiera mendongak perlahan, menatap mata River yang tampak penuh keraguan namun juga ketulusan yang jarang ia lihat. “Aku sudah terlalu lama memendam ini,” ujar River dengan suara yang sedikit bergetar. “Dan mungkin aku seharusnya mengatakannya lebih cepat.” Ia terdiam sejenak, menarik napas dalam seakan mencari kekuatan untuk melanjutkan. Shiera menatapnya, perasaan campur aduk antara harapan dan ketidakpercayaan. Apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh River? “Shiera, aku …,” River kembali menghela napas panjang, seperti sedang melawan dirinya sendiri. “Aku mencintaimu.” Ucapan itu keluar dengan penuh kesungguhan, namun terasa bagai ledakan di kepala Shiera. Ia terpaku, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Segala amarah, kekecewaan, dan rasa sakit yang ia rasakan beberapa saat lalu mendadak menguap, digantikan oleh rasa terkejut dan kehangatan yang perlahan menyusup ke hatinya. “River … kamu … apa maksudmu?” Shiera bertanya dengan suara bergetar, mencoba memastikan apa yang

  • Istri Kedua Sang CEO   55. Terpukul

    Shiera turun dari mobil dengan penuh kebingungan. Saat kakinya menginjak aspal, mobil River langsung melaju kencang meninggalkannya di pinggir jalan. Shiera hanya bisa menatap punggung mobil suaminya yang semakin menjauh, perasaan kesal dan kecewa bercampur aduk dalam hatinya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa River bersikap seperti ini lagi?” gumamnya, merasa tertekan dan bingung. Tak ingin berlama-lama berdiri sendirian di pinggir jalan, Shiera segera mencari taksi untuk pulang. Di dalam perjalanan, pikirannya terus dipenuhi oleh sikap River yang berubah-ubah. Dari suasana manis dan penuh tawa di pasar tadi, tiba-tiba berubah menjadi sikap dingin yang tak bisa ia pahami. Setibanya di rumah, Shiera mendapati pintu rumah sudah terbuka. Dengan dahi mengerut, ia berpikir mungkin River sudah tiba lebih dulu. Shiera menghela napas dalam-dalam, merasa sedikit lega bahwa River sudah pulang lebih dulu. Ia berharap bisa mendapatkan penjelasan atas sikap suaminya barusan. Namun, saat

  • Istri Kedua Sang CEO   54. Keluar

    “Sayur-sayuran, bumbu dapur, dan mungkin beberapa bahan segar untuk masak nanti,” jawab Shiera riang. River hanya berdiri di belakangnya, tampak bingung namun terhibur melihat antusiasme Shiera. “Kamu kelihatan sangat menikmati ini,” ujarnya. Shiera tertawa kecil. “Tentu saja. Belanja di sini terasa lebih hidup. Setiap bahan yang aku pilih langsung dari sumbernya dan aku bisa tawar-menawar dengan penjualnya,” jawabnya sambil tersenyum. River dan Shiera melangkah lebih jauh memasuki pasar tradisional dengan keramaian dan aroma khas rempah-rempah yang begitu berbeda dari lingkungan kantor atau mall mewah yang biasa dikunjungi River. CEO Tmtampan itu sesekali melirik sekeliling dengan wajah sedikit bingung, sementara Shiera terlihat sangat antusias, langsung menuju lapak sayuran. Mereka berhenti di sebuah kios sayur yang penjualnya tampak ramah menyambut. Shiera mulai memilih sayuran satu per satu. “Yang ini segar, ya, Bu?” tanyanya sambil mengangkat tomat merah. Penjualnya men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status