공유

5. Bukan Urusanku

작가: Rich Mama
last update 최신 업데이트: 2024-06-29 16:20:08

Shiera merasakan hatinya sakit mendengar ucapan Eliana.

“Bagaimana mungkin? Tidak seharusnya aku merasakan perasaan ini,” lirihnya. Ia berusaha menahan air matanya dan tetap tersenyum.

Setelah Eliana keluar dari dapur, Shiera kembali fokus pada masakannya, berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggunya.

Shiera menyiapkan makanan di atas meja yang masih kosong. Pagi itu tampak sepi. Ia tidak melihat keberadaan River di sana. Hanya Eliana yang turun dari tangga dengan wajah penuh kesibukan.

“Shiera, maaf ya, pagi ini aku tidak bisa menemanimu makan pagi,” kata Eliana dengan nada terburu-buru.

Pekerjaan membuat Shiera selalu disibukkan dengan syuting dan pemotretan. Kadang ia juga tidak bisa pulang dan harus menginap di lokasi syuting.

“Oh, iya. River juga harus berangkat pagi tadi. Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungiku.”

Eliana segera berjalan cepat menuju mobilnya, meninggalkan Shiera yang merasa semakin kesepian.

“Tapi, El—” kata Shiera, tapi Eliana sudah pergi. Dia menghela napas dan duduk di meja makan, menghabiskan makanannya seorang diri.

Sesaat kemudian, seorang wanita paruh baya dan seorang gadis masuk ke dalam rumah. “Maaf, Bu Shiera. Kami datang terlambat. Tadi kami sudah meminta izin kepada Nyonya Eliana.”

Mereka adalah asisten rumah tangga yang setiap hari harus pulang. Sejak dulu River memang tidak pernah suka jika ada orang lain menginap di rumah mereka. Ia terbiasa memperkerjakan orang lain tanpa harus membuat mereka menginap di rumah itu.

“Tidak apa-apa, Bi. Masuklah,” kata Shiera dengan senyum tipis. Dia merasa sedikit lebih baik dengan kehadiran mereka, meskipun rasa kesepian tetap menghantuinya.

Hari itu, Shiera mencoba untuk mengisi waktunya dengan berbagai kegiatan rumah tangga. Ia membersihkan rumah, menata ulang beberapa barang, dan mencoba beberapa resep masakan baru.

“Mungkin besok saja aku mulai melamar pekerjaan.” Shiera mengurungkan niatnya untuk mencari pekerjaan baru.

Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Shiera melihat nama Eliana di layar dan segera mengangkatnya. “Halo, El. Ada apa?”

“Shiera, aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja di rumah,” kata Eliana dengan suara lembut.

“Terima kasih, El. Aku baik-baik saja. Hanya saja ... aku merasa sedikit kesepian,” jawab Shiera dengan jujur.

“Aku mengerti, Shiera. Tapi ingat, kamu tidak sendirian. Aku selalu ada untukmu dan River juga. Meskipun dia tidak selalu ada di rumah, dia tetap peduli padamu,” jelas Eliana mencoba menghibur.

Shiera hanya bisa mengangguk, meskipun Eliana tidak bisa melihatnya. “Terima kasih, El.”

“Oh, iya. Hari ini mungkin aku pulang agak lambat. Aku sangat sibuk syuting film baru bersama aktor terkenal tahun ini. Aku sudah menantikannya sejak dulu.”

“Sukses selalu untukmu, El. Sebenarnya ada hal yang ingin aku sampaikan kepadamu. Bolehkah aku bekerja? Aku—”

“Tentu saja boleh, Shiera. Sudah dulu ya, aku masih banyak pekerjaan.”

Sambungan telepon terputus sebelum Shiera melanjutkan kalimatnya.

“Syukurlah, Eliana memberikan izin kepadaku.”

Setelah percakapan itu, Shiera merasa sedikit lebih tenang. Ia memutuskan untuk menyiapkan makan malam spesial untuk River saat dia pulang nanti.

Mungkin hal itu bisa menjadi awal yang baik untuk memperbaiki hubungan mereka.

Shiera sibuk di dapur menyiapkan berbagai hidangan. Sementara Bi Ratna dan anaknya—Lisa sudah pulang.

Shiera berharap River akan menyukai makanannya. Gadis itu semakin bersemangat melihat hasil masakannya yang terlihat lezat.

Tepat saat makan malam siap, pintu depan terdengar terbuka. Shiera segera menyeka tangannya dan berjalan ke ruang tamu.

River baru saja pulang dari kantor, tampak lelah tetapi tetap tampan dengan setelan rapi.

“Selamat datang, River. Aku sudah menyiapkan makan malam. Ayo, kita makan bersama,” kata Shiera dengan senyum penuh harap.

River menatap Shiera dengan tatapan dingin seperti biasanya.

“Aku tidak lapar. Aku sudah makan.”

Setelah mengatakan kalimat itu, River langsung masuk ke kamar utama. Ya, kamarnya bersama Eliana.

Shiera terdiam mematung merasakan pedihnya sebuah penolakan. Harusnya ia tidak melakukan semua ini.

Setelah masuk ke dalam kamar dan tidak mendapati Eliana ada di sana River merasa kesal.

“Ke mana Eliana?” tanya River kepada Shiera yang hendak masuk ke dalam kamarnya sendiri.

“Dia bilang akan pulang terlambat. Pekerjaannya sangat banyak.”

Shiera segera masuk ke dalam kamarnya setelah menjawab pertanyaan dari River.

Beberapa saat kemudian Shiera mendengar suara mobil River meninggalkan rumah. Gadis itu mengintip dari jendela.

“Apakah dia menyusul Eliana?”

Shiera memegangi perutnya yang terasa perih. Ia memang sengaja belum makan agar bisa makan bersama dengan River.

Tetapi yang terjadi di luar keinginannya. Karena sekarang ia sendirian di rumah, maka Shiera memilih untuk keluar dari kamar.

Shiera menikmati makan malam seorang diri. Rasanya ia ingin segera pergi dari rumah itu.

“Tidak ada gunanya aku di sini. River terlihat dingin. Dan sepertinya ia sangat membenciku. Tapi aku sudah menandatangani surat kontrak itu.”

Tak lama kemudian River telah kembali. Tanpa menyapa Shiera sama sekali, River kembali masuk ke dalam kamar.

Shiera berpura-pura untuk tidak peduli. Ia melanjutkan makan malamnya sambil menunggu kedatangan Eliana.

Pintu depan terbuka. Terlihat Eliana memasuki rumah dengan menenteng banyak tote bag di tangannya.

“Shiera, kok kamu sendirian? Ke mana River?” tanya Eliana penuh selidik.

“Dia ada di kamar kamu. Sepertinya River tidak mau makan bersamaku. Katanya dia sudah makan di luar saat pulang dari kantor tadi,” jawab Shiera pelan, berusaha menahan perasaannya yang bercampur aduk.

Eliana tersenyum miring, merasa semakin besar kepala. “Kamu tenang ya, Shiera. Aku tahu River memang sangat mencintaiku. Tapi aku akan membuatnya tidur bersamamu.”

“Ta–tapi, El?” Shiera merasa tidak enak hati. Tetapi apa yang bisa ia lakukan? Kenyataannya Shiera memang harus segera mengandung lalu melahirkan dan pergi dari rumah itu.

Setelah percakapan itu, Shiera segera mengemasi semua yang ada di atas meja makan. Tangannya gemetar, tetapi ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Setelah selesai, ia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, berharap bisa menemukan sedikit kedamaian di dalam sana.

Gadis itu masuk ke dalam kamar dengan lemas, tubuhnya terasa berat.

“River memang sangat mencintai Eliana. Pasti sekarang mereka—” pikirnya, tapi segera menggoyangkan kepalanya, mencoba mengusir bayangan yang membuat hatinya semakin sesak.

“Jangan, jangan pikirkan itu. Mereka suami istri. Terserah mereka mau berbuat apa. Itu bukan urusanku,” gumamnya sambil mencoba meyakinkan diri.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kedua Sang CEO   59. Menenangkan

    Ia tak menyangka bahwa Shiera, yang biasanya selalu sabar dan menerima, kini berani menuntut haknya. “Shiera, aku tidak ingin kamu pergi. Dan sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa pergi.” “Oh ya? Aku butuh seseorang yang bisa menghargai dan memperjuangkan keberadaanku. Bukan sekadar seseorang yang menganggapku pilihan kedua.” Shiera beranjak menuju jendela, menatap langit. Ia ingin mencari ketenangan. Hening sejenak, sampai River akhirnya bangkit berdiri, mendekati Shiera dan berhenti di sampingnya. “Aku paham, Shiera. Dan mungkin sudah saatnya aku mengambil keputusan. Aku tahu kamu layak mendapatkan cinta yang penuh, bukan yang setengah-setengah. Dan mungkin, selama ini aku terlalu egois mempertahankanmu tanpa benar-benar berusaha mencintaimu seutuhnya.” Shiera menoleh, menatap wajah River yang terlihat begitu terluka. Rasa kasihan dan simpati tiba-tiba muncul di hatinya, meski ia tahu bahwa perasaannya tidak akan mengubah kenyataan pahit yang sedang mereka hadapi. “Jadi,

  • Istri Kedua Sang CEO   58. Untuk Kalian Berdua

    Shiera berusaha menjaga ketenangannya, meski di dalam hatinya ada perasaan gelisah yang semakin kuat. “Kami hanya mengobrol biasa El,” jawab Shiera singkat namun dengan nada tegas, berusaha tidak menunjukkan kelemahan di depan wanita yang tampak seperti menikmati kehadirannya untuk menguji kesabarannya. Eliana tersenyum sinis, lalu melangkah mendekat. Setiap langkahnya penuh percaya diri, seolah ingin menunjukkan bahwa ia yang memegang kendali di sini. “Ah, hanya berbicara, ya? Apakah kamu yakin itu saja, Shiera?” Shiera mengepalkan tangannya di belakang punggungnya, berusaha mengendalikan emosinya yang semakin mendidih. Ia tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan merespons secara emosional. “Aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan apapun padamu, Eliana,” ucapnya tegas, meski hatinya berdebar kencang. “Oh, benar sekali. Tapi, kamu harus ingat, Shiera, kamu hanyalah tamu di rumah ini,” jawab Eliana dengan nada tajam yang terasa menghujam hati Shiera. “Kamu han

  • Istri Kedua Sang CEO   57. Semakin Dekat

    Shiera menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “Eliana…” bisiknya lirih. “Bagaimana dengan dia, River? Bagaimana kamu bisa mencintaiku jika dia masih ada di antara kita?” River terdiam, wajahnya menegang sejenak sebelum akhirnya ia menghela napas panjang. “Aku mengerti,” ujarnya dengan suara berat. “Aku tahu, selama ini kehadiran Eliana adalah bayangan yang terus menghantuimu. Tapi percayalah, Shiera … perasaanku padamu tidak bisa diukur dengan perasaan yang pernah kumiliki untuknya.” Ia berhenti sejenak, matanya mengerjap seperti menahan emosi yang bergejolak. “Eliana… mungkin dia adalah masa lalu yang dulu pernah kuanggap segalanya,” lanjutnya dengan suara rendah. “Tapi sekarang, Shiera … yang kuinginkan hanya kamu.” Ia menggenggam tangan Shiera lebih erat, seperti mencoba meyakinkan perempuan itu bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya bukanlah kebohongan. Shiera masih terpaku, hatinya berperang antara rasa bahagia dan ketakutan yang tak te

  • Istri Kedua Sang CEO   56. Meragukan Cintanya

    Shiera mendongak perlahan, menatap mata River yang tampak penuh keraguan namun juga ketulusan yang jarang ia lihat. “Aku sudah terlalu lama memendam ini,” ujar River dengan suara yang sedikit bergetar. “Dan mungkin aku seharusnya mengatakannya lebih cepat.” Ia terdiam sejenak, menarik napas dalam seakan mencari kekuatan untuk melanjutkan. Shiera menatapnya, perasaan campur aduk antara harapan dan ketidakpercayaan. Apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh River? “Shiera, aku …,” River kembali menghela napas panjang, seperti sedang melawan dirinya sendiri. “Aku mencintaimu.” Ucapan itu keluar dengan penuh kesungguhan, namun terasa bagai ledakan di kepala Shiera. Ia terpaku, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Segala amarah, kekecewaan, dan rasa sakit yang ia rasakan beberapa saat lalu mendadak menguap, digantikan oleh rasa terkejut dan kehangatan yang perlahan menyusup ke hatinya. “River … kamu … apa maksudmu?” Shiera bertanya dengan suara bergetar, mencoba memastikan apa yang

  • Istri Kedua Sang CEO   55. Terpukul

    Shiera turun dari mobil dengan penuh kebingungan. Saat kakinya menginjak aspal, mobil River langsung melaju kencang meninggalkannya di pinggir jalan. Shiera hanya bisa menatap punggung mobil suaminya yang semakin menjauh, perasaan kesal dan kecewa bercampur aduk dalam hatinya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa River bersikap seperti ini lagi?” gumamnya, merasa tertekan dan bingung. Tak ingin berlama-lama berdiri sendirian di pinggir jalan, Shiera segera mencari taksi untuk pulang. Di dalam perjalanan, pikirannya terus dipenuhi oleh sikap River yang berubah-ubah. Dari suasana manis dan penuh tawa di pasar tadi, tiba-tiba berubah menjadi sikap dingin yang tak bisa ia pahami. Setibanya di rumah, Shiera mendapati pintu rumah sudah terbuka. Dengan dahi mengerut, ia berpikir mungkin River sudah tiba lebih dulu. Shiera menghela napas dalam-dalam, merasa sedikit lega bahwa River sudah pulang lebih dulu. Ia berharap bisa mendapatkan penjelasan atas sikap suaminya barusan. Namun, saat

  • Istri Kedua Sang CEO   54. Keluar

    “Sayur-sayuran, bumbu dapur, dan mungkin beberapa bahan segar untuk masak nanti,” jawab Shiera riang. River hanya berdiri di belakangnya, tampak bingung namun terhibur melihat antusiasme Shiera. “Kamu kelihatan sangat menikmati ini,” ujarnya. Shiera tertawa kecil. “Tentu saja. Belanja di sini terasa lebih hidup. Setiap bahan yang aku pilih langsung dari sumbernya dan aku bisa tawar-menawar dengan penjualnya,” jawabnya sambil tersenyum. River dan Shiera melangkah lebih jauh memasuki pasar tradisional dengan keramaian dan aroma khas rempah-rempah yang begitu berbeda dari lingkungan kantor atau mall mewah yang biasa dikunjungi River. CEO Tmtampan itu sesekali melirik sekeliling dengan wajah sedikit bingung, sementara Shiera terlihat sangat antusias, langsung menuju lapak sayuran. Mereka berhenti di sebuah kios sayur yang penjualnya tampak ramah menyambut. Shiera mulai memilih sayuran satu per satu. “Yang ini segar, ya, Bu?” tanyanya sambil mengangkat tomat merah. Penjualnya men

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status