Share

Bab 2

last update Last Updated: 2024-04-01 11:59:33

"Tunggu!"

"Mulai malam ini kamu tidurlah di kamar tamu! Saya tidak suka jika calon istri saya masih tidur di paviliun." kata Panji dengan suara datarnya.

Maria segera mengantarkan Alina ke kamar tamu yang sudah ia sediakan sebelumnya.

"Istirahatlah di sini dan persiapkan dirimu, besok adalah hari pernikahanmu!" kata Maria sambil berlalu meninggalkan Alina.

"Tu-tunggu Nyonya," lirih Alina pelan tapi masih terdengar jelas oleh Maria.

Maria yang hendak melangkah segera menghentikan langkahnya, karena Alina memanggilnya. Ia segera berbalik dan tersenyum menatap Alina yang berjalan mendekat.

"Ada apa?"

"Maaf Nyonya, ke-kenapa Nyonya meminta Tuan menikahi saya? tanya Alina dengan suara yang lembut dan sangat hati hati.

Maria tersenyum mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Alina. Ia tau jika Alina pasti akan bertanya mengenai hal ini. Dengan memegang kedua pundak Alina dengan erat tapi tidak menyakiti.

"Maafkan saya ya Alina, karena saya telah menyeret kamu masuk ke dalam lingkaran masalah saya," kata Maria dengan suara yang bergetar dan air mata yang mengalir dari ujung matanya. Saya melakukan ini semua karena saya tidak bisa memberikan keturunan buat suami saya sendiri. Saya dinyatakan oleh dokter kandungan karena saya kurang subur.

"Tapi kenapa harus saya, Nyonya?" tanya Alina ragu.

"Saya tau kamu mampu," sahut Maria kemudian meninggalkan Alina yang masih berdiri mematung.

Dering ponsel Alina menyadarkannya dari lamunan, Ia segera mengambil handphone jadul miliknya yang hanya bisa ia gunakan untuk menerima pesan SMS dang panggilan telepon biasa. Tidak ada aplikasi aplikasi secanggih W******p, messenger I*******m dan beberapa aplikasi keren lainya. Dengan mempunyai handphone jadul ini saja Alina sudah merasa sangat bersyukur hingga bisa berkomunikasi dengan pamannya di desa dan mengetahui kabar ibunya yang di rawat. Segera Alina mengangkat panggilan telepon dari sang paman yang pastinya akan memberikan kabar tentang ibunya.

"Hallo Paman."

"Alina, sekarang ibumu sudah masuk ke ruangan operasi, doakan ibumu ya semoga operasi berjalan lancar!"

"Alhamdulillah, terima kasih Tuhan."

"Iya, bersyukur tadi ada orang baik yang mau menanggung biaya operasi ibumu beserta perawatannya."

"Terima kasih paman sudah menjaga Ibu, selama aku jauh darinya."

"Nggak apa-apa, kamu jangan pikirkan masalah nggak enak sama paman. Paman itu sayang sama ibumu dari dulu, dari jamannya kita masih bocah. Ya sudah telponya paman tutup dulu ya ,kamu hati hati di sana jaga diri dan jaga kesehatan!"

Setelah telepon ditutup, Alina pun tersenyum. Ia bersyukur karena Tuan dan Nyonya tidak mengingkari janjinya untuk membiayai biaya operasi sang Ibu. Ia juga merasa beruntung karena adanya paman Asep yang mau menjaga Ibunya dalam keadaan apapun.

Paman Asep adalah orang yang baik, dia seorang duda yang di tinggal mati oleh istrinya dua tahun yang lalu. Paman Asep dan Ibu sudah bersahabat sejak lama sejak keduanya masih anak-anak.

Alina sudah menganggap paman Asep seperti ayahnya sendiri dan begitupun sebaliknya. Ia juga setuju jika paman Asep dan ibunya suatu saat akan menikah dengan ikhlas Alina akan mendukung ibunya.

Alina berjalan menghampiri ranjang yang besar dan terlihat kasur yang sangat empuk. Perlahan ia merebahkan tubuhnya yang terasa lelah , pelan dan pasti ia tertidur pulas.

Di sebuah kamar yang besar dan luas Panji mendekati Maria yang baru saja membersihkan diri dan masih mengenakan handuk yang melingkar di tubuhnya yang putih dan mulus. Ia mengecup pundak sang istri dan beralih ke leher serta menggigit sedikit telinganya hingga membuat Maria mendesah.

Saat Maria baru saja keluar dari kamar mandi, Panji langsung saja memeluknya dan...

"Sebaiknya kamu istirahat, tabung energi kamu untuk malam pengantin besok," tukas Maria ketika mereka baru saja selesai melakukan permainan panas yang rasanya tidak ada puasnya, meskipun dalam waktu semalam entah berapa kali mereka ulangi.

"Aku akan tidur, setelah puas bermain-main dengan kamu sayang!" Panji mengerlingkan matanya lalu menarik kembali Maria kedalam pelukannya, bahkan tubuh mereka masih dalam keadaan polos.

Keesokan harinya Alina sudah terbangun dari subuh, ia segera membersihkan diri dan tidak lupa melaksanakan kewajiban dua rakaatnya.

Setelah selesai Alina berjalan hendak ke paviliun tapi di dapur dia bertemu dengan Siti dan Devi.

"Alina kamu dari mana, pagi pagi sudah dari depan?" tanya Devi penasaran dan curiga.

Ya.... Memang Devi dan Siti belum tau tentang apapun tentang rencana sang majikan yang akan menikahi Alina.

Mbok Sumi yang melihat Siti dan Devi sedang mencari informasi pada Alina, segera berjalan tergopoh-gopoh menghampiri mereka bertiga. Ia ingat amanat Nyonya Maria yang tak ingin rencananya memiliki seorang anak dari rahim Alina diketahui oleh orang lain termasuk Devi dan Siti. Karena belakangan terakhir kedua gadis itu menjadi cctv hidup bagi mamah mertuanya.

Rencananya setelah pernikahan Panji dan Alina, Maria akan membawa Alina keluar dari rumah besarnya dan akan tinggal di salah satu apartemen miliknya.

"Ini masih pagi kalian jangan ngerumpi! Ayo cepat kerjakan tugas kalian masing masing!" perintah Mbok Sum pada ketiganya.

"Alina kamu ikut saya!"

"Kemana Mbok?" tanya Alina bingung karena baru kemarin dia belanja kepasar.

"Sudah ayo jangan banyak bertanya, ikut saja!" kata Mbok Sumi sambil menggandeng tangan mungil Alina.

"Mang Jono ayo kita sudah siap untuk berangkat!" Seru Mbok Sum di telinga mang Jono yang masih tertidur pulas di pos satpam.

"Astagaaaa, Mbok! Nggak bisa ya bangunin tuh pelan pelan, penging nih kupingku," sungut mang Jono yang masih menguap.

"Kamu nggak lupa kan perintah Nyonya kemarin?" tanya Mbok Sum mengingatkan mang Jono yang terlihat pikun.

"Astaga Bi, aku lupa dan belum mandi ini," kata mang Jono kalang kabut.

"Sudah ayo berangkat aja langsung, nanti keburu Nyonya besar datang! Karena kata Siti Nyonya besar hari ini akan pulang," kata Mbok Sumi yang langsung menarik Mang Jono masuk kedalam mobil.

"Tapi, ini aku belum mandi ini Bi, masih banyak iler," kata mang Jono sambil mengerucutkan bibirnya yang terlihat lucu dan menggemaskan bagi Mbok Sumi sehingga membuat Alina yang sedari tadi diam pun ikut tertawa.

Mobil pun berjalan pelan meninggalkan rumah kediaman Panji, menuju ke apartemen mewah di jakarta.

"Kamu nanti akan tinggal di sini, Alina. Selama kehamilanmu berlangsung."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 71

    Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 70

    Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 69

    Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 68

    Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 67

    Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 66

    Lima tahun kemudian  di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 65

    Setelah Marcel mengamankan Nina dan si kembar ia bergegas akan menyelamatkan Alina. Ia menyayangkan mengapa Alina yang harus menjadi korban penyekapan ini. Tujuannya hanya satu agar ia datang untuk menyelamatkan Alina.Marcel pun beruntung karena telah memasang alat pelacak yang ia pasang di jam tangan milik Alina. Sehingga membuat Marcel lebih gampang untuk menemukan di mana keberadaan Alina.Marcel terpaksa membawa Nina dan si kembar ke mansion, karena di sana akan lebih aman."Kita berada di mana ini Nak, Marcel?" tanya Nina saat berada di bangunan megah."Bu, Ibu tinggal di sini dulu ya sementara waktu, hingga semuanya aman dan aku bisa menyelamatkan Alina!" ucap Marcel pada Nina."Nak, Nak Marcel...,"  Nina menghentikan langkah Marcel yang hendak melangkah.Dengan menatap sendu Nina berkata pada Marcel dengan memohon. "Selamatkan Alina Nak Marcel!" pinta Nina sambil menggenggam erat tangan Marcel.Marcell pun tersen

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 64

    Bayi kembar yang usianya baru tiga bulan kurang itu menangis dengan sangat kencang.Anehnya saat Marcel mendekati si kembar mereka langsung saja anteng saat digendong oleh Marcel, membuat Alina menatapnya dengan haru.Andai saja yang menggendong si kembar saat ini adalah ayahnya, mungkin Alina akan sangat bahagia saat sosok pria yang sedang menggendong si kembar adalah suaminya sendiri yaitu Panji. Tak terasa bulir bening mengalir di ujung netra Alina.Nina yang menyadari kesedihan Alina kemudian menghampiri dan memeluknya. Memberikan kekuatan dan menyalurkan energi positif."Apakah kamu tidak mau melihat anak-anakmu bahagia?" tanya Nina tiba-tiba, membuat Alina terkejut atas pertanyaan yang diberikan oleh ibunya."Al..., anak-anakmu butuh sosok seorang ayah. Menikahlah dengan Marcel!" pinta Nina pada Alina untuk mempertimbangkan kebahagiaan si kembar."Tapi Bu, aku dan Mas Panji belum resmi bercerai," kata Alina"Panji

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 63

    Awalnya Marcel itu ragu untuk menolong kedua wanita yang berbeda usia itu, namun hati nuraninya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya berkata untuk menolong kedua wanita itu dan melihat bayi kembar yang berada dalam gendongan masing-masing wanita itu. Lalu Marcel mencoba menghubungi ambulans di rumah sakit terdekat.Menunggu beberapa menit kemudian ambulans pun datang dan beberapa perawat mengeksekusi korban masuk ke dalam mobil ambulans dan bayi kembar digendong oleh dua orang perawat wanita yang saat Marcel memesan ambulans Ia juga memesan dua perawat untuk membawa bayi kembar yang menangis dipelukan ibu dan neneknya.Setelah tiba di rumah sakit Marcel berjalan mondar-mandir tidak tenang dan di dalam hatinya berdoa agar dua wanita yang ia tabrak itu selamat.Satu jam berlalu dokter yang menangani pasien keluar dari ruangan IGD dan menyampaikan jika keadaan pasien baik-baik saja hanya mengalami luka benturan di kepalanya.Marcell pun akhirnya bisa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status