Share

Beli rumah

Author: Rini Annisa
last update Last Updated: 2023-05-30 09:59:56

Fahri beranjak akan pergi dan langkahnya terhenti kala mendengar ucapan istrinya. "Mas, apakah kamu nggak mencintaiku lagi?" 

Lelaki itu berbalik badan dan tersenyum, "Mas mencintaimu, Nur!" 

Kamu bohong kan, Mas! Tidak mungkin kamu masih mencintaiku setelah apa yang kamu perbuat padaku hari ini, batin Nuraini mendengus. Dirinya menatap punggung Fahri yang berjalan keluar setelah mengucapkan cinta. 

Bila dulu kata cinta itu begitu melambungkan Nuraini. Walaupun hidup berdua tanpa anak, bagi wanita berumur dua puluh lima itu tidak masalah. Asal kasih sayang Fahri tidak berkurang maka persoalan lain tidak dia pusingkan. 

Teringat janji yang dipinta Fahri tadi, Nuraini menghubungi seorang teman. Tidak berapa lama dering panggilan tersambung. 

"Assalamu'alaikum, Nuraini!" 

"Wa'alaikumussalam, maaf mengganggu kesibukan kamu Mas Tommy," ucap Nuraini segan. 

"Nggak apa-apa, hum! Ada apa tumben meneleponku?" 

Nuraini mentralkan jantungnya yang berdebar, sebenarnya dia tidak ingin lagi berhubungan dengan lelaki yang dipanggil Tommy tadi tapi karena terpaksa tidak ada lagi yang dikenal dan percayainya. 

"Aini, kamu masih di sana 'kan?" panggilnya lagi karena Nuraini cuma terdiam. 

"Ah iya, Mas Tommy! Maaf, aku ada perlu," ujarnya tersentak dan sadar dari lamunan. 

"Apakah terjadi sesuatu?" 

"Bukan, aku ingin tanya tentang properti yang Mas jual. Apa masih ada untuk ukuran kecil?" 

"Kamu mau membeli rumah, Aini?" tanya Tommy heran. Walaupun tidak bisa melihat tapi Nuraini yakin kalo lelaki di seberang sana sedang menautkan alisnya. Dia masih ingat betul ekspresi Tommy. 

"Iya, Mas! Aku mau beli rumah," jawab Nuraini pendek. 

"Untuk siapa? Bukankah kamu sudah ada rumah?" 

Nuraini menghela napas, Tommy terlalu banyak bertanya. Itulah yang tidak disukainya, dia khawatir jika keadaan dirinya diketahui lelaki parlente di seberang sana. 

Dibanding Fahri yang miskin, Tommy termasuk lelaki kaya yang mengandalkan tangan sendiri. Sebagai pengusaha properti yang laris, Tommy banyak digandrungi para wanita. Entah kenapa sampai sekarang dia masih betah menjomblo. 

"Baiklah, Mas nggak akan bertanya lagi. Jika kamu mau beli rumah, oke mari kita bertemu untuk melihatnya," ucap Tommy akhirnya. Dia tau wanita yang sedang diteleponnya itu sungguh pandai menyimpan rasa dan rahasia. 

"Nggak perlu, Mas! Aku percaya kok sama pilihan Mas, kalo sudah ada nanti kabari biar uangnya aku transfer," ucap Nuraini menolak halus. 

Bukannya dia tak ingin bertemu tapi statusnya sekarang sebagai istri tidak bisa berduaan dengan lelaki yang bukan mahram. Nuraini tidak ingin suaminya marah dan menuduhnya selingkuh. 

"Benar kamu nggak mau lihat langsung rumahnya? Kamu nggak kecewa nanti?" Tekan Tommy lagi. Lelaki itu berusaha membujuk Nuraini agar mau bertemu karena dia sudah memendam kerinduan pada wanita yang pernah disukainya itu. 

"Benar, Mas! Nanti fotokan aja rumahnya ya! Kalo gitu aku tutup dulu, assalamu'alaikum!" 

"Aini?" panggil Tommy tapi sambungan keburu dimatikan Nuraini. Lelaki itu menghela napas, memikirkan Nuraini yang sudah berubah banyak. 

Sementara Nuraini masih memegang ponselnya yang didekap di dada. Dia dengar kalo tadi Tommy memanggilnya tapi Nuraini tidak mau memberi celah pada teman lelakinya itu. Sadar kalo kini dia bukan lagi lajang melainkan sebagai istri dari Fahri Kurniawan. 

Jauh sebelum mengenal Fahri, Nuraini sudah berteman dengan Tommy. Keseharian mereka yang dekat sudah layaknya seperti kakak dan adik. Tommy yang begitu melindungi Nuraini dari siapapun yang mencoba mengganggunya. 

"Aini, nggak ada yang jemput?" tanya Tommy begitu membuka kaca mobilnya. 

Saat itu Nuraini yang baru keluar dari gedung universitas tempatnya menimba ilmu. Menunggu jemputan supir, namun supirnya baru mengabari kalo ayahnya ada urusan mendadak. Mobil Aini sendiri masih dalam perbaikan di bengkel. 

Nuraini menggeleng setelah Tommy balik bertanya. "Ayo masuk! Mas antar pulang!" 

Wanita berambut panjang itu hanya mengangguk. Setelah masuk menutup pintu dan kemudian mobil berjalan menuju rumahnya. Dahulu Nuriani memang belum memakai hijab, baru setelah setahun menikah perkenalannya dengan Umi Khadijah memutuskannya untuk menutup aurat. 

"Tumben Mas bisa jemput aku?" tanya Nuraini melirik Tommy yang ceria seperti biasa. 

"Soalnya hari ini Mas nggak sibuk dan hati merasa kok pengen jemput kamu. Ya sudah Mas arahkan ke kampus ternyata kebetulan kamu lagi menunggu jemputan," ujarnya tertawa. 

"Sudah rezeki, Mas!" Nuraini pun ikut tertawa. 

Begitulah keakraban mereka dulu sampai Nuraini terkejut Tommy mengutarakan perasaannya. Tidak menyangka kalo lelaki itu punya perasaan khusus padanya. Sedangkan dia sendiri sudah mengganggap Tommy sebagai sahabat sekaligus kakak. 

Nuraini tidak bisa menyambut rasa cinta yang diungkapkan Tommy. Karena tanpa sepengetahuannya, diam-diam Nuraini menjalin kasih dengan Fahri. 

Fahri sendiri teman satu kampus yang berbeda level. Nuraini jatuh hati atas sikap Fahri yang perhatian padanya. Sering bertemu setiap hari membuat benih-benih cinta tumbuh di hatinya. 

Hati Tommy hancur kala menerima undangan pernikahan Nuraini. Diremasnya kartu di tangannya sampai hancur seperti dirinya yang hancur berkeping-keping. 

'Mas nggak nyangka, Aini. Kebersamaan kita selama ini hanya kamu anggap biasa. Tidak ada rasa itu sedikitpun di hatimu, aku sungguh bodoh. Bahkan aku sudah menolak pinangan seorang kenalan ibu hanya demi mendapatkan hatimu,' rintih Tommy menatap undangan yang sudah jatuh ke lantai. 

Menatap sedih foto nikah Nuraini dengan lelaki lain. Andai yang disitu itu dia pasti bahagia tak terkira. Akan tetapi, takdir berkata lain Tommy hanya bisa pasrah menerima semuanya. 

Selesai menelepon, Nuraini melirik jam sudah waktunya memasak untuk makan malam. Di rumah besar ini Aini memang melakukan sendiri tugasnya karena dia paham melayani suami pahalanya seperti berjihad di medan perang. 

Dia turun ke lantai bawah, tak terlihat suami dan madunya. Aini cuma menggeleng, masih satu rumah saja Fahri selalu bersama Melisa. Bagaimana bila sudah pisah rumah pasti dia jarang bertemu suaminya. 

Nuraini tidak mau terlalu pusing, gegas dia membuka kulkas untuk melihat bahan masakan. Diambilnya lalu segera memotong dan mencacah bumbunya. Tidak lama aroma sedap menguar dari dapur. 

"Mas!" panggil Nuraini mengetuk pintu kamarnya. 

Pintu itu terbuka dan muncul Fahri yang terlihat kusut seperti baru bangun tidur. Di ranjang, Nuraini melihat Melisa sedang tidur dengan tubuh polos hanya ditutup selimut. 

"Ada apa?" 

"Makan dulu, aku sudah siap masak. Mas sudah sholat belum?" tanya Nuraini lembut. 

Fahri menggeleng. "Sepertinya sejak bersama Melisa, Mas sudah malas sholat ya! Jangan ditinggal Mas, dosa besar nanti." 

Mendengar nasehat istri pertamanya membuat Fahri seperti tertampar. Ya diakuinya sejak bersama Melisa, dia malas untuk sholat. Istri keduanya itu kerap menempel seperti lem. Kuat dan tidak bisa lepas. Melisa juga manja dan kerap menyuruh Fahri ini itu. 

Nuraini meninggalkan kamar itu setelah berpesan agar Melisa dibangunkan. Sekalian mengajak madunya itu untuk sholat. Menunggu suaminya untuk sholat bersama tapi hingga setengah jam belum muncul juga akhirnya dia sholat sendiri. 

Dalam sujud, wanita itu banyak menumpahkan air mata agar Yang Kuasa memberinya selalu kekuatan dan kesabaran dalam menjalani rumah tangganya. 

"Ya Allah, ampuni hamba bila masih banyak kekurangan sebagai istri. Hamba sudah melakukan semampunya tapi Engkau beri hamba ujian dengan hadirnya orang ketiga diantara kami. Ya Allah, jika suami hamba adalah jodoh terbaik maka dekatkanlah. Beri hamba jalan keluar tapi jika suami hamba bukan jodoh yang baik, jauhkan kami dan beri pengganti yang lebih baik. Aamiin." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Suamiku   Ambil alih Toko

    "Siapa di luar?" panggil Melanie karena mendengar keributan. Lisa menggerutu pada temannya karena aksinya ketahuan. Mau tidak mau dia pun mencoba menjelaskan agar sang bos tidak curiga. Tangan Lisa siap mengetuk pintu, terdengar jawaban dari dalam agar menyuruhnya masuk. Pintu pun terbuka lalu Lisa masuk dan tatkala Fahri melihatnya dia pun terkejut. Wajah lelaki itu berubah pias karena kehadiran sosok Lisa yang sangat tidak asing. Sekilas wanita yang mengenakan rok pendek itu menatap Fahri lalu beralih kepada Melanie. "Maaf, Bu! Tadi saya hanya lewat dan memungut barang yang nggak sengaja terjatuh tapi si Mala malah menuduh yang bukan-bukan," jelas Lisa seraya menunjukkan beberapa sampel pakaian. "Kalo gitu panggil Mala kesini, agar dia nggak salah paham," pinta Melanie setelah mendengarkan penjelasan asal keributan. "Nggak usah, Bu! Saya nggak mau perpanjang masalah, saya sudah memaafkannya. Kalau gitu saya permisi dulu, Bu," tolak Lisa. Dia tidak mungkin memanggil temannya itu

  • Istri Kedua Suamiku   Rumah baru

    Usai menikah, Fahri diboyong istrinya ke rumah baru mereka. Lelaki itu menghirup udara kebebasan lagi, ibarat baru keluar dari yang namanya penjara kesulitan hidup. Langkah kakinya mantap begitu turun dari mobil. Ya, Melanie memang termasuk golongan berada. Semua fasilitas kemewahan sudah tersedia, kini mereka tinggal menikmati saja. "Gimana dengan rumahnya, Mas?" tanya Melanie setelah mereka masuk ke dalam rumah. Rumah tingkat dua dengan gaya klasik plus furnituer dan barang mahal sangat menarik perhatian Fahri. Pandangannya mengamati setiap sudut dengan berbagai model perabot. Di otaknya sudah terhitung bila barang-barang di dalam rumah dijual sudah ratusan juta hasilnya. "Mas," rengek Melanie karena pertanyaannya tidak dijawab Fahri. Wanita yang baru saja mengecap kebahagiaan itu termasuk sedikit manja tapi pekerja keras. Oleh karena itu hidupnya sukses bergelimang harta. "Eh, ya Sayang. Kamu tanya apa tadi?" gelegap Fahri malu. "Kamu suka rumah ini, Mas?" "Oh, suka banget Sa

  • Istri Kedua Suamiku   Pernikahan ketiga

    Fahri gegas menuju apartemen Melanie begitu sambungan terputus. Dirinya tidak bisa begitu saja mengabaikan wanita yang membutuhkan pertolongan. Dia tidak ingin merasa menyesal lagi setelah kehilangan dua wanita yang pernah hidup bersamanya. "Mel, Melanie ...!" panggil Fahri seraya mengetuk pintu depan apartemen. Lelaki itu mengulang kembali panggilannya karena tidak ada jawaban dari dalam. Dia pun bermaksud mendobrak saja pintu tersebut, untungnya suasana sepi karena sudah hampir tengah malam. Setelah berhasil membuka paksa pintu, Fahri gesit mencari keberadaan Melanie. Pandangannya tertuju pada pintu kamar yang sedikit terbuka, merasa kalau wanita itu pasti berada di dalam. "Mel, kamu di mana?" Fahri celingukan ke dalam kamar dan tetap tidak menemukan wanita itu. Langkah kakinya pun seperti menyuruh agar lebih ke dalam, namun tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan suara pintu tertutup. Lelaki itu berbalik dan ekspresinya sungguh terpana. Melanie tanpa busana sedang berdiri di hada

  • Istri Kedua Suamiku   Season 2 : Balas dendam

    Fahri terengah-engah setelah berhenti lari demi menghindari mantan istrinya. Sambil mengatur napas, dia menoleh ke belakang untuk memastikan kalau Nuraini tidak mengejarnya. Lelaki itu terduduk lesu begitu merasa aman dan tidak lama termenung. Hari ini dia begitu sial, dari pagi menadahkan tangannya di lampu merah tapi tidak ada seorangpun yang berbaik hati memberinya uang. Hatinya sedikit gembira saat mengetuk sebuah kaca mobil yang kemudian terbuka dan lembar biru itu terulur di tangannya. Wajahnya menekuk tatkala mendengar suara wanita di telinganya, dia mendongak dan spontan terkejut begitu tau yang memberi uang adalah mantan istrinya. "Mas Fahri?" Dia pun segera berlari karena malu, namun matanya sempat melirik sekilas ke perut wanita yang pernah dicintainya itu. "Perut kamu sudah besar, Nur. Pasti sudah dekat akan melahirkan. Sayangnya bukan aku yang akan menemanimu dan anak kita nanti, tapi lelaki yang di sampingmu. Lelaki itu?" Fahri berhenti bergumam dan mencoba menginga

  • Istri Kedua Suamiku   Balasan masing masing

    Dua hari kemudian, Bram benar-benar sudah membuka matanya. Senyumnya merekah melihat anak dan istri sedang duduk menemaninya. Nuraini yang membaca Alquran pun berhenti setelah tau papanya bangun. Alunan merdu kalam Allah yang membuat Bram tersentak. "Alhamdulillah, papa sudah sadar," ucap Nuraini senang. "Apa yang terjadi pada Papa?" "Papa pingsan terus colabs dan koma, sudah semingguan juga. Akhirnya sekarang bangun, Aini minta maaf udah buat Papa pingsan," ujar Aini sesenggukan. Bram menggeleng, diraihnya tangan anaknya lalu digenggam. "Kamu nggak salah, Nak! Papa yang seharusnya minta maaf. Jujur, Papa malu saat kamu tau kelakuan buruk Papa." Bram beralih menatap Ranti yang sedari tadi diam. Ditatapnya wajah istri yang masih terlihat cantik itu. Senyum tipis tersungging di bibir wanita yang sudah dua puluh tahun lebih di nikahinya. "Mah, Papa minta maaf sudah melukai hatimu. Ternyata Mama sudah tau sejak dulu kalo Papa ada _____" "Sssttt, nggak usah bahas itu lagi Pah! Semua

  • Istri Kedua Suamiku   Akhir menyedihkan Melisa

    "Tante ngomong apa, tentu aja ayah kandungku itu adalah Bram. Ibuku sendiri yang bilang, jadi sekarang aku ingin menuntut hakku. Seperti Nur, aku ingin meminta separuh kekayaan ayahku," sembur Melisa percaya diri. Ranti tertawa, "Dengar Melisa, Ayah kandungmu bukanlah Bram! Sama seperti anak yang kamu kandung bukanlah anak Fahri!" gelegar suara Ranti membuat semua orang termasuk Fahri terkejut. "Apa maksudnya, pasti Mama berbohong! Bilang aja kalo Mama nggak ingin jatuh miskin karena Melisa menuntut haknya," desis Fahri tak percaya. Sedangkan Melisa sedikit gemetar takut boroknya terungkap. "Iya, Mas jangan percaya apa yang dibilang Tante. Anak ini tentu aja anak kamu Mas!" sergahnya membantah. Ranti hanya menyeringai dengan sikap keduanya. "Tunggu, Mah sebenarnya ada apa ini? Kenapa Melisa mengaku Papa sebagai ayahnya?" Giliran Nuraini yang bingung. Ranti menggengam tangan anaknya agar tenang dan menyerahkan semua padanya. Selama ini Nuraini hanya tau Papanya berselingkuh denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status