Abraham sangat terkejut mendengar ucapan para wanita itu. Kemudian, di mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mereka semua tidak percaya padanya.
"Halah, mana ada maling ngaku!" teriak mereka semua.
"Sumpah Mbak, saya di sini hanya menemani adik. Karena dia tidak berani pergi sendirian," terang Abraham.
Namun, mereka semua sama sekali tidak percaya, sehingga para wanita itu memukuli Abraham mengunakan tas samping masing-masing.
"Jihan, cepat ke luar!" teriak Abraham.
Sontak saja membuat Jihan terkejut, kemudian dia bergegas ke luar dan melihat suaminya dipukuli oleh para wanita.
Jihan langsung berlari menghampiri sang suami, kemudian melerai kesalahpahaman yang terjadi di sini.
"Maaf ya Bu, dia Kakak
saya," maaf Jihan dengan pelan.
"Ternyata benar dia Kakak kamu?" tanya wanita tersebut dan Jihan menganggukkan kepalanya.
Sontak saja membuat mereka semua malu dan bergegas pergi dari sana. Sedangkan
Jihan langsung terbangun dan melihat di dalam kamar mereka tidak ada Mikhaela. Itu artinya dia bermimpi tadi kalau istri pertama sang suami ada di sini melihat mereka. "Ternyata hanya bermimpi. Tapi, seperti sangat nyata, karena saya terbangun saat tuan Abraham berteriak," gumam Jihan pelan. Wanita muda itu tidak melihat adanya sang suami di sampingnya. Kemudian melihat ada sepucuk surat dan ia langsung membacanya. Abraham: Jihan, saya sudah pulang pagi-pagi sekali. Sebab, ingin ke kantor. Maaf tidak membangunkanmu. Pulanglah bersama supir dan katakan pada Mikhaela seperti yang saya ucapakan semalam. Jihan bergegas bangun dan langsung mandi. Namun, ia tidak merasa sakit lagi dibangian sensitifnya. Tidak seperti saat pertama kali melakukan hal itu. Setelah selesai mandi, dia melihat ada gaun miliknya semalam dan langsung mengenakan. Kemudian berjalan ke luar hotel menghampiri supir yang sejak semalam menunggu. "Pak, tuan Abr
Jihan melepaskan tangannya, kemudian Abraham menoleh dan dia memberikan ponsel pria itu yang tertinggal di sofa. Kemudian Abraham bergegas pergi dari sana menuju kamarnya untuk menyiapkan apa saja yang akan dibawa ke luar kota.Abraham mulai memasukan beberapa baju ke dalam koper miliknya. Kemudian dia duduk sambil membayangkan setiap kali dirinya akan ke luar kota pasti Jihan yang melakukan ini.Namun, sekarang hubungannya dengan Jihan sedang tidak baik-baik saja. Yang mengharuskannya menyiapkan semua sendirian."Ini semua karena permintaan konyol Mikhaela. Kalau saja dia tidak memaksa saya untuk menikahi Jihan! Sekarang kami bertiga hidup bahagia seperti sebelumnya," gumam Abraham.Pria itu pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Tiba-tiba saja perutnya sakit dan dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi.Pada saat itu juga Jihan masuk ke dalam kamar sang suami dan melihat pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan dia menyiapkan baju untuk A
Jihan langsung bangun dan bergegas minum, karena dia sangat kepedasan. Kemudian menatap ke arah pria yang ia tabrak tadi."Maaf Tuan Seem, saya tidak sengaja tadi," ujar Jihan pelan."Nona, jangan panggil aku Tuan! Sebab, kamu adalah bosku juga, sama seperti bos Abraham," sahut Seem dengan senyuman manisnya.Jihan tersenyum, kemudian dia bergegas pergi dari sana. Kejadian itu disaksikan oleh Abraham, entah kenapa rasanya ia tidak terima Seem memeluk istrinya tadi. Ya, walaupun tidak sengaja, tetap Abraham tidak terima.Kemudian Abraham menelepon Seem dan marah-marah kenapa tidak bisa mencegah Jihan makan mie instan, dan yang kedua kenapa pria itu malah memeluk istrinya walaupun tidak sengaja.Seem hanya bisa geleng-geleng kepala. Sebab tidak bisa mencegah ketidak sengajaan itu terjadi.Seem: Tuan, maaf sekali. Bukannya aku lancang. Tapi, Anda terlalu cemburu.Abraham terdiam, kemudian memutuskan sambungan telepon secara
Jihan terbangun dan melihat Mikhaela memegang bantal, sontak membuat wanita itu langsung bangun dan duduk di samping istri pertama sang suami."Jihan, kau sudah bangun," ucap Mikhaela pelan."Iya, apa Kakak ingin tidur di sini?" tanya Jihan pelan.Mikhaela menganggukan kepalanya, kemudian dia menidurkan tubuhnya di samping Jihan dan mulai memejamkan kedua matanya.Jihan tidak mencurigai Mikhaela sedikitpun, karena dia percaya bahwa wanita itu sangat baik padanya dari dulu sampai saat ini.Jihan pun teringat tadi setelah makan rujak, ia tertidur di meja makan. Lalu, siapa yang membawanya ke kamar? "Jihan, ayo tidur kembali!" Mikhaela menarik tangan Jihan dan wanita itu tidur kembali dengan istri pertama sang suami.Namun, Jihan sama sekali tidak bisa tidur. Sebab, sudah terbangun tadi. Setelah melihat Mikhaela tidur, ia pun bergegas pergi dari sana.Jihan sudah lama sekali tidak berkunjung ke makam kedua orang tuanya yang berada tidak jauh dari rumah Mikhaela. Jadi, dengan muda dia bi
Setelah selesai Jihan muntah, dia melihat Abraham ada di hadapannya. Ternyata pria itu yang membantunya tadi. Padahal, sang suami mengatakan besok kembali ke rumah. Namun, nyatanya sekarang sudah ada di sini.Karena Abraham tidak sabar bertemu dengan kedua istrinya. Jadi, dia mempercepat kepulangan ke rumah. Saat masuk ke ruang tamu, ia mendengar suara orang muntah dari kamar Jihan dan melihat sang istri muntah di kamar mandi. Kemudian membantunya."Terima kasih Tuan," ujar Jihan pelan."Iya, apa kamu masih sakit?" tanya Abraham ketus dan cemas.Terlihat jelas dari raut wajah pria itu kalau dia tengah mencemaskan keadaan Jihan. Walaupun ucapannya sangat ketus."Tidak, ini hanya masuk angin biasa Tuan," jawab Jihan pelan.Abraham bergegas pergi dari sana meninggalkan Jihan sendirian, dan wanita itu berjalan dengan perlahan naik ke atas tempat tidur sambil mencium aroma minyak kayu putih yang sangat menenangkan.Ditempat lain. Abraham tengah duduk di sofa sambil memeriksa dokumen yang d
Jihan tercengang melihat alat tes kehamilan miliknya tidak mengeluarkan hasil apapun. Pada saat itu juga Sarinah datang dan menghampiri wanita muda itu."Kenapa Non, tadi bibi dengar kamu berteriak?" tanya Sarinah cemas.Jihan memperlihatkan tidak ada hasil tes yang ke luar selama hampir satu jam. Sontak saja membuat Sarinah tertawa. Sebab, sang majikan terbalik mencelupkan alat itu. Karena itu hasilnya tidak ke luar dan Jihan hanya cengegesan. Kemudian kembali mencelupkan alat tes kehamilan ke urine. Setelah beberapa detik, dia langsung mengangkat alat itu."Ini hasilnya sudah ke luar, lebih baik saya tanyakan langsung pada bi Sarinah agar lebih jelas," gumam Jihan sambil membawa tes kehamilan miliknya ke luar dari dalam kamar mandi.Setelah sampai, dia langsung memberikan hasil tes kehamilannya pada Sarinah. Sebab, ia sama sekali tidak tau hasil positif atau negatif."Non, ini dua garis merah," ujar Sarinah dengan bergembira.
Seem langsung menatap Jihan, kemudian dia sama sekali tidak menyadari kesalahannya dan mulai memakan sup daging dengan santai.Jihan sangat kesal pada Seem, karena memakan roti bakar miliknya tanpa izin dan Sarinah memegang tangan wanita muda itu."Tidak apa Non, bibi buatkan yang baru ya," bisik Sarinah lembut.Jihan menganggukkan kepalanya, kemudian Sarinah bergegas pergi dari sana untuk membuat roti bakar mentega untuk wanita hamil itu.Sedangkan Jihan, melanjutkan kembali memakan sup daging sampai habis. Kemudian rasa mual kembali datang dan ia cepat-cepat memakan buah mangga muda yang sudah disiapkan oleh Sarinah di dalam kulkas.Hal itu terus diperhatikan oleh Seem, dan dia memastikan kalau Jihan memang hamil. Namun, ia tidak mau bertanya pada wanita itu.Setelah selesai makan, Seem bergegas pergi dari sana untuk melanjutkan pekerjaannya selama Abraham pergi. Sedangkan Jihan, menghampirinya Sarinah yang ada di dapur.
Abraham langsung mematikan ponselnya, kemudian mendekati sang istri dan menjelaskan apa maksudnya tadi yang sudah salah berbicara."Aku pikir Jihan benar-benar hamil," ucap Mikhaela pelan."Tidak! Itu hanya kemungkinan, kalau dia hamil atau tidak, tetap saja dilarang memakai mie pedas itu," sahut Abraham.Mikhaela menganggukan kepalanya, kemudian mereka bergegas pergi berkeliling di kota tersebut.Di tempat lain.Jihan merasa sangat kesal akan sikap Seem yang selalu ikut campur urusannya, apalagi saat ini pria itu tengah menyantap mie instan pedas miliknya. Atas perintah Abraham."Kenapa masih diam di situ?" tanya Seem sambil menatap wajah kesal Jihan.Jihan hanya diam, kemudian bergegas pergi dari sana menuju ruang tamu dan menonton televisi. Rasanya dia sangat membenci Seem dan mengingat ucapan Sarinah kemarin.Kalau ibu hamil tidak boleh membenci seseorang dengan berlebihan, pamali katanya. Membuat Jihan mere