Share

Pingsan

"Sepertinya saya tidak perlu menjawab lagi, karena Anda sudah tau apa alasannya," ucap Jihan dengan ketus.

Abraham langsung memegang tangan Jihan dengan kuat, membuat gadis itu ketakutan. Sebab, ia tidak mau sampai Abraham menyentuhnya lagi.

"Saya ingatkan padamu, di sini yang berhak berbuat apapun tanpa persetujuan adalah saya!" ancam Abraham.

Kemudian dia menghempaskan tangan Jihan dengan kasar, membuat wanita muda itu kesal.

"Kenapa Anda sangat kasar? Padahal, sebelum kita menikah Tuan sangat baik. Bahkan membentak saya tidak pernah, berbeda dengan sekarang?!" tanya Jihan sambil menatap wajah Abraham.

Pria itu hanya diam, kemudian bergegas pergi dari sana. Sebab, ia ingin menenangkan pikiran entah mengapa sikapnya berubah sejak ia harus menuruti semua keinginan Mikhaela.

Padahal, dulu Abraham tidak pernah marah-marah pada Jihan. Walaupun wanita muda itu membuat kesalahan.

Sedangkan Jihan, langsung bergegas mandi dalam keadaan kesal pada Abraham sejak pria itu merubah kesepakatan yang mereka buat.

"Seenaknya saja dia mengancam dan mengingatkan. Padahal, saya di sini yang menjadi korban, keperawanan yang direnggut!" gram Jihan.

Setelah selesai mandi, Jihan menggunakan handuk kimono dan berjalan ke luar dengan perlahan. Sebab, masih terasa sangat sakit bekas perbuatan Abraham semalam. 

Wanita muda itu melihat sudah ada sarapan di atas meja, kemudian ia bergegas berjalan menuju sofa dan duduk disana sambil memakan sarapannya.

Setelah selesai, dia bergegas mengenakan baju milik Abraham. Sebab tidak sudi memakai lingerie yang disiapkan oleh Mikhaela.

Pada saat itu juga Mikhaela menelponnya, melalui panggilan video dan ia pun langsung menjawab. Sebab takut ada hal yang penting.

Mikhaela: Pagi Jihan, bagaimana dengan kabarmu? Apa kalian di sana baik-baik saja?" 

Jihan: Baik Kak, apa Kakak di sana juga baik? 

Mikhaela tersenyum, walaupun hatinya sakit tetap ia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja saat ini. Sebab, dia melihat Jihan menggunakan baju sang suami.

Mikhaela: Jangan buru-buru pulang ya! Berlibur dulu di sana.

Jihan: Baik Kak.

Mikhaela tersenyum, kemudian memutuskan sambungan video call mereka. Sebab ia tidak sanggup melihat Jihan memakai baju sang suami. Itu artinya mereka sudah berbulan madu di Turki.

"Secepat itu mas Abraham menyentuh Jihan. Tapi lebih cepat lebih bagus," gumam Mikhaela dalam isak tangisnya.

Walaupun sakit, Mikhaela tetap bahagia. Sebab ia dan sang suami akan memiliki anak, walaupun bukan lahir dari rahimnya.

***

Jihan menidurkan tubuhnya di sofa, kemudian berpikir masa depannya sudah hancur karena Abraham merubah surat perjanjian mereka.

Wanita itu sangat membenci Abraham, dan berjanji tidak akan bertegur sapa dengan sang majikan yang sekarang menjadi suaminya.

Pada saat itu juga Abraham masuk ke dalam, dan Jihan langsung menutup mata agar tidak melihat pria yang dibenci.

"Jihan, kamu tidur atau tidak?" tanya Abraham.

Jihan hanya diam, karena dia memang tidak mau berbicara lagi dengan Abraham. Kemudian pria itu menghampirinya.

"Kamu jawab saya kalau belum tidur!" bentak Abraham.

Namun, Jihan hanya diam tidak menjawab. Hal itu membuat Abraham yakin kalau sang istri sudah tidur dan dia menggendong wanita itu memindahkannya ke ranjang dengan perlahan.

Abraham menatap wajah Jihan dengan lirih, karena dia mengorbankannya, hanya karena ingin menuruti setiap permintaan Mikhaela. 

Jujur, dia tidak tega pada Jihan. Namun, mau bagaimana lagi. Mikhaela adalah hal yang terpenting dari apapun.

Kemudian, dia bergegas pergi dari sana menuju ruang tamu, dan menelpon anak buahnya untuk menyiapkan penerbangan tercepat besok. Sebab ia ingin segera pulang melihat istri tercintanya.

Hal itu pun diketahui oleh Jihan. Sebab dia mengintip dari balik pintu, guna memastikan pria itu tidak akan mabuk lagi seperti semalam.

Wanita muda itu pun kembali tidur sampai malam hari. Setelah dia bangun sudah ada makan malam di meja, tidak tunggu lama ia bangun dan mencuci wajah. Kemudian memakan makanan itu sampai habis.

Pada saat itu juga Abraham masuk ke dalam kamar, dan memberikan sebuah dress panjang berwarna biru. 

"Itu untuk besok, karena kita akan pulang," terang Abraham.

Jihan hanya menganggukkan kepalanya, kemudian membereskan sisa makanannya. Setelah itu, dia duduk di sofa sambil bermain ponselnya.

Ada beberapa pesan masuk dari Angga. Namun, Jihan sama sekali tidak membaca malah dia langsung menghapus pesan tersebut. Bahkan dia blokir nomor sang sahabat.

Bukan karena dia marah pada Angga yang tidak pernah peka akan perasaannya. Namun, sekarang ia sudah menjadi istri orang dan tidak boleh lagi berteman dengan seorang pria.

Wanita itu bermain ponselnya sampai tertidur di sofa, dan Abraham melihat langsung membawa sang istri masuk ke dalam kamar. Sebab udara di sana sangat dingin. Di dalam kamar mereka saja harus menyalakan penghangat ruangan.

Abraham pun ikut tertidur di samping Jihan, tanpa sadar ia memeluk istrinya dengan erat. Hal itu membuat sang empunya merasa sangat hangat dan semakin nyenyak.

Keesokan paginya, Jihan sudah terbangun terlebih dahulu, dan dia langsung bersiap-siap. Sebab penerbangan mereka sebentar lagi.

Setelah Jihan bersiap, dia melihat Abraham juga sudah siap. Padahal saat dia bangun, pria itu masih tidur.

"Jihan, koper itu tidak usah dibawah! Biarkan saja di sini," pinta Abraham.

Jihan hanya menganggukkan kepala, karena dia tidak ingin berbicara pada Abraham. Hal itu membuat sang suami kesal, karena sejak kemarin Jihan hanya mengangguk saat dia berbicara.

"Kamu itu punya mulut tidak! Dari kemarin saya bicara kamu hanya mengangguk!" bentak Abraham.

"Itu hak saya Tuan, mau menjawab atau tidak! Jadi, tolong hargai keputusan saya!" jawab Jihan ketus.

Jihan pun bergegas pergi dari sana, karena Taksi sudah menunggu. Sedangkan Abraham masih terdiam. Sebab, Jihan sudah berani melawannya.

"Sekarang dia bisa melawan. Tapi saat di rumah saya pastikan tidak akan bisa melawan saya!" kesal Abraham.

Abraham bergegas berjalan ke luar dan masuk ke dalam mobil. Kemudian supir membawa mereka ke bandara.

***

Mikhaela terkejut mendengar kalau Abraham dan Jihan akan segera kembali. Dia berpikir apakah mereka memiliki masalah, kembali secepat ini?

"Terima kasih atas informasinya," ucap Mikhaela pelan.

Anak buahnya langsung bergegas pergi dari sana, kemudian dia mencoba untuk menghubungi Abraham. Namun, tidak bisa, karena sang suami sudah berada di pesawat.

"Apa mereka ada masalah? Padahal baru dua hari pergi, kini sudah kembali," gumam Mikhaela.

Wanita itu pun berjalan ke luar rumah, karena dia merasa bosan. Padahal ia harus beristirahat di rumah. 

Wanita itu berjalan ke luar dari gerbang dan melihat sekeliling, terlihat sangat indah banyaknya bunga bermekaran indah. Namun, tiba-tiba saja perutnya sakit tidak tertahankan.

"Tolong! Sakit sekali perutku!" teriak Mikhaela.

Namun, satpam di rumahnya tidak mendengar. Sebab jarak rumah dari lokasinya sekarang sedikit jauh.

Mikhaela tidak bisa menahan rasa sakit itu sampai jatuh pingsan. Pada saat itu juga ada seorang pria yang melewati jalan tersebut langsung menghampiri Mikhaela.

"Mikhaela!" Pria itu langsung membawa Mikhaela masuk ke dalam mobilnya. Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status