Share

Jangan lakukan itu lagi!

Setelah sampai di rumah, Abraham langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Namun, tidak ada Mikhaela di sana. Kemudian, ia mencari sang istri di halaman belakang.

Namun, wanita itu juga tidak ada di sana. Bahkan setiap sudut rumah tidak ada keberadaan Mikhaela. Hal itu membuat Abraham marah.

"Kenapa kalian tidak tau istriku pergi!" bentak Abraham kesal.

Sebab, semua satpam tidak tau kapan Mikhaela pergi dari rumah. Karena tengah mengerjakan tugas masing-masing.

"Maaf Tuan, kami tidak tau kalau nyonya pergi," jelas satpam tersebut dengan pelan.

Abraham mengecek CCTV, dan melihat istrinya pergi dari rumah. Namun, tak kunjung kembali. Kemudian ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Mikhaela.

Sedangkan Jihan, hanya diam melihat. Sebab, ia tidak tau harus berbuat apa, karena biasanya Mikhaela tidak pernah pergi tanpa seizin Abraham.

Wanita muda itu bergegas pergi untuk mengajarkan tugas seperti biasanya. Kemudian dia membuatkan kopi hitam kesukaan Abraham. 

Setelah selesai, ia membawa kopi yang dibuat ke ruang tamu dan memberikan pada sang suami.

Saat dia hendak pergi, tangannya ditarik oleh Abraham. Membuat Jihan menghentikan langkah dan menoleh ke arah sang suami.

"Apa ada masalah?" tanya Jihan pelan.

"Ikutlah denganku ke rumah sakit," jawab Abraham.

Jihan menganggukkan kepala, dan Abraham menghabiskan kopi buatan sang istri. Kemudian mereka bergegas pergi dari sana menuju rumah sakit.

Jihan hanya diam, karena dia tidak berani bertanya mau apa mereka ke rumah sakit. Padahal Mikhaela belum ditemukan. Setelah sampai mereka langsung pergi ke IGD.

Mata Jihan membulat sempurna saat melihat Mikhaela terbaring di atas ranjang pasien. Bukan hanya itu saja, di sana juga ada Angga sang sahabat yang dicintai.

"Angga, ada apa dengan istri saya?" tanya Abraham cemas.

"Tadi aku menemukannya pingsan. Jadi aku membawanya ke sini," jawab Angga pelan.

Angga adalah rekan bisnis Abraham yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Sebab mereka sudah lama kenal.

Abraham langsung memeluk sang istri yang belum sadarkan diri. Kemudian dokter menyarankan agar Mikhaela dipindahkan ke ruang inap agar dapat penanganan khusus.

Abraham menyetujui hal itu, dan mereka memindahkan Mikhaela. Angga meminta agar Jihan mau berbicara denganya sebentar.

Jihan pun tidak keberatan. Sebab Abraham masih sibuk mengurus Mikhaela. Jadi, pria itu tidak akan tau dia berbicara dengan Angga.

"Kenapa kamu blokir nomorku?" tanya Angga.

"Karena saya sudah menikah," jawab Jihan.

Sontak saja membuat Angga terkejut, karena dia tidak tahu kalau Jihan sudah menikah. Bahkan, selama ini mereka kenal, wanita itu sama sekali tidak memiliki pacar. 

"Dengan siapa? Karena selama ini aku tidak tau kamu punya pacar," tanya Angga lagi.

Jihan tidak menjawab, kemudian dia bergegas pergi dari sana. Sebab hatinya sakit melihat pria yang dicintainya sejak mereka masih SMP.

Ya, Angga adalah sahabat Jihan sejak mereka masih duduk di bangku SMP. Namun, kehidupan mereka jauh berbeda, karena Jihan hanya anak seorang pembantu.

Sedangkan Angga anak orang kaya. Namun pria itu ingin bersahabat dengannya sampai saat ini.

"Jihan, kenapa kamu seperti ini? Padahal aku menyukaimu," gumam Angga lirih.

Angga tidak pernah memandang rendah Jihan, karena dia sangat mencintai wanita muda itu sejak pertama kali mereka bertemu.

Namun, dia tidak berani mengungkapkan, karena takut Jihan menolak. Sebab setatus mereka sangat jauh berbeda.

***

Jihan masuk ke dalam ruangan inap Mikhaela dan melihat Abraham menangis sambil memeluk sang istri dengan erat.

Kemudian dia duduk di sofa, sambil terus menatap Abraham yang terlihat sangat mencintai Mikhaela. Namun Jihan tidak cemburu sama sekali, sebab ia tidak mencintai sang suami.

Pada saat itu Mikhaela sadar, membuat Abraham sangat bergembira. Sebab sejak tadi dia sangat mencemaskan sang istri yang tak kunjung sadar.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang," ujar Abraham lembut sambil mengelus kepala sang istri.

"Jihan, kemarilah!" panggil Mikhaela.

Jihan bangun dari duduknya dan menghampiri Mikhaela, kemudian wanita muda itu memegang tangan madunya.

"Jihan, aku ingin kau melahirkan anak untuk mas Abraham dan aku," ucap Mikhaela pelan.

Kemudian, Mikhaela meneteskan air matanya dan Jihan memeluknya dengan lembut.

"Kak, saya akan melahirkan anak untuk Tuan Abraham dan Kakak. Kita akan merawat anak itu bersama," jawab Jihan dengan lirih.

Walaupun dia sama sekali tidak menginginkan anak. Namun, ia tidak tega melihat sang majikan seperti saat ini. Sebab wanita itu sangat baik padanya sejak dulu. Di tambah lagi keadaannya sekarang seperti apa.

Sedangkan Abraham, hanya diam. Sebab dia tahu kalau Jihan hanya berbohong berbicara seperti itu pada Mikhaela. 

"Mas, antar Jihan pulang. Biarkan dia istirahat!" pinta Mikhaela.

"Baik Sayang, nanti saya akan kembali lagi setelah mengantar Jihan," sahut Abraham dengan lembut.

Mikhaela tersenyum dan menganggukkan kepala. Kemudian Jihan dan Abraham bergegas pergi dari sana. Setelah sampai di dalam mobil, mereka hanya diam.

Hal itu membuat Abraham sedikit kesal. Namun masih bisa ditahan. Sebab tidak ingin ribut saat ini, karena dia tengah memikirkan Mikhaela.

Padahal, penyakit wanita itu sudah diangkat. Namun, Mikhaela kembali pingsan seperti biasa membuat dia sedikit pusing.

***

Tiga hari sudah berlalu, kini Mikhaela sudah pulang dari rumah sakit. Karena wanita itu harus banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan sedikitpun.

Pagi ini, Jihan sudah menyiapkan bubur kesukaan Mikhaela dan dia menyuapi sang majikan dengan sabar dan telaten.

"Jihan, kata mas Abraham ada dua pembantu baru di rumah ini. Jadi, kau jangan mengerjakan apapun lagi!" pinta Mikhaela tegas.

"Kak, kalau tidak melakukan apapun, saya akan bosan di sini. Lagipula saya mencintai pekerjaan ini," sahut Jihan dengan lembut.

Mikhaela sangat menyayangi Jihan, karena wanita itu sudah sejak kecil bersamanya sampai saat ini.

Pada saat itu juga Abraham masuk ke dalam, kemudian tidur di samping sang istri. Sebab sangat mengantuk sudah tiga hari tidak tidur.

"Mas, kenapa tidur di sini?" tanya Mikhaela pelan.

Namun, Abraham tidak menjawab. Sebab ia sangat mengantuk. Sedangkan Jihan masih menyuapi sang majikan. Setelah selesai, dia memberikan obat yang harus Mikhaela minum.

"Kak, saya permisi dulu ya," ujar Jihan pelan.

"Baiklah, kamu istirahat di dalam kamar. Jangan kerjakan apapun lagi! Sebab calon ibu hamil harus banyak istirahat," sahut Mikhaela lembut.

Jihan tersenyum dan bergegas pergi dari sana, karena dia tidak nyaman berada bersama Abraham di dalam kamar yang sama.

Setelah sampai di kamarnya, dia duduk sambil melipat bajunya. Pada saat itu juga Abraham tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

Sontak saja membuat dia takut pria itu akan macam-macam padanya, kemudian Abraham menghampiri Jihan dan memegang tangannya d

engan sang kuat.

"Tuan, jangan!" teriak Jihan

Bersambung. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status