Abraham terkejut mendengar jeritan Jihan, dan bergegas pergi menuju kamar melihat wanita itu baik-baik saja. Lalu, kenapa Jihan berteriak?
"Ada apa? Kenapa berteriak? Mengagetkan saja!" tanya Abraham tegas sambil menghampiri Jihan.
Jihan memperlihatkan satu koper yang berisikan lingerie seksi, hal itu membuat Abraham menggelengkan kepala. Sebab kelakuan Mikhaela benar-benar membuatnya pusing.
"Lalu, apa masalahnya?" tanya Abraham dengan cuek.
Jihan terkejut akan pertanyaan Abraham, kemudian dia bangun dan berharapan dengan sang suami sambil memegang lingerie seksi berwarna merah terang.
"Apa masalahnya Anda tanya? Jelas saya takut Tuan berbuat macam-macam, kalau saya memakai lingerie ini," jawab Jihan ketus.
Sebab, dia kesal pada Abraham. Sebab pria itu sama tidak peduli padanya. Mana mungkin dia memakai baju seksi itu, karena tidak terbiasa.
"Itu masalahmu, bukan masalah saya!" Abraham berucap dengan ketus sambil bergegas pergi dari sana.
Jihan sangat kesal pada Abraham yang sangat menyebalkan. Kemudian dia mengambil baju sang suami dan menganggukkannya.
Jihan menghela nafas panjang, karena dia masih terlihat seksi. Sebab baju Abraham sangat besar di tubuhnya mencapai lututnya, terlihat seperti dress.
Namun, kali ini lebih baik daripada Lingerie yang disiapkan oleh Mikhaela. Mengingat sang majikan, Jihan teringat pesan wanita itu untuk membuka hadiah dari istri pertama suaminya.
"Ya ampun! Ini apa lagi yang diberikan nyonya?" kaget Jihan.
Sebab, dia melihat lingerie lebih seksi yang diberikan oleh Mikhaela untuknya. Jihan tidak habis pikir dengan istri pertama sang suami.
"Ini apa? Terlihat seperti penutup mata pelaut?" pikir Jihan.
Wanita itu membolak-balikkan kain yang berbentuk segitiga tidak dan dua tali di sampingnya, juga satu tali di bagian tengah.
Terlihat jelas seperti menutup mata pelaut, seperti film kartun yang selalu ditonton oleh Jihan selama ini.
"Untuk apa kain segitiga ini ya? Apa maksud nyonya aku menutup mata seperti ini, agar tidak melihat suaminya?"
Jihan mencoba menutup matanya menggunakan kain segitiga itu. Namun terlihat aneh, karena kain tersebut memiliki tiga tali. Sangat tidak cocok dipakai untuk mata.
Wanita muda itu memotret kain segitiga tersebut dan mencari di g****e apa fungsinya. Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui kalau itu bukan penutup mata pelaut.
Melainkan kain segitiga milik wanita. Jihan tertawa lepas sambil membayangkan dirinya memakai kain tersebut.
"Ya ampun! Saya baru tau kain ini untuk wanita. Untungnya belum bertanya kepada tuan Abraham," kekeh Jihan.
Wanita muda itu mulai menidurkan tubuhnya di atas ranjang king size milik Abraham, dia merasa sangat nyaman dan tertidur pulas.
Sedangkan Abraham tengah menyiapkan diri untuk mabuk. Padahal ia sudah lama sekali tidak minum. Namun, kali ini harus dilakukan agar memenuhi keinginan Mikhaela.
"Jujur, saya tidak tega melakukan itu pada Jihan. Tapi, kalau tidak dilakukan. Pasti Mikhaela terus mendesaknya," gumam Abraham.
Abraham mulai minum beberapa botol sampai dia mulai kehilangan kesadaran sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya ia berjalan menuju kamar dan menghampiri Jihan yang masih terlelap.
"Sayang! Bangunlah!" teriak Abraham.
Hal itu membuat Jihan terbangun dan sangat terkejut melihat Abraham ada di depannya.
"Tuan mabuk! Jangan dekati saya!" teriak Jihan sambil menjauh dari Abraham.
Namun, pria itu semakin mengejarnya. Jihan sangat ketakutan dan berlari menuju pintu, saat dia hendak membuka pintu kamar.
Namun, Abraham datang dan mengunci pintu kamarnya. Kemudian menyimpan kunci itu ke dalam saku celananya.
"Mau ke mana? Kamu itu harus melayani saya. Karena saya pusing akan desakan Mikhaela yang menginginkan kita berdua punya anak!" racau Abraham.
Jihan menangis, karena lagi-lagi dia harus berkorban untuk Mikhaela. Sebab kabur pun sudah tidak bisa lagi. Di tambah Abraham tengah mabuk.
Jihan pasrah jika Abraham menyentuhnya, karena dia tidak bisa menolak. Sebab pria itu adalah suaminya yang memang harus dilayani.
"Jihan, hanya kamu yang bisa mengerti saya. Jadi tolonglah! Tidur dengan saya malam ini, hanya satu kali saja!" mohon Abraham dalam keadaan mabuk.
Namun, semua yang diucapkannya benar semua. Hal itu membuat Jihan semakin bersedih dan dia menangis tersedu-sedu.
"Sayang, jangan menangis. Saya tidak akan melukaimu, hanya ingin bermalam bersama!" pinta Abraham sambil mendekati Jihan.
Namun, wanita itu berlari dan mereka saling kejar-kejaran sampai Jihan terjatuh. Sebab kakinya tersandung kaki meja. Hal itu membuat Abraham tertawa puas.
"Itu hukuman dari Allah, karena kamu menolak melayani suamimu," kekeh Abraham.
Jihan tidak bisa berlari lagi. Sebab kakinya sangat sakit membuat Abraham dengan mudah menangkapnya.
"Tuan, saya mohon lepaskan! Jangan sentuh saya," mohon Jihan dengan isak tangisnya.
Namun Abraham sudah dikuasai oleh syahwat yang sudah diubun-ubun ingin segera disalurkan. Kemudian ia menggendong sang istri ke tempat tidur.
"Tuan, Tolong jangan lakukan itu!" jerit Jihan.
Namun, Abraham sama sekali tidak mendengarkannya dan terjadilah malam pertama untuk mereka.
Air mata Jihan mengalir bersamaan dengan darah keperawanannya yang sudah diambil sang suami. Rasanya sangat hancur, walaupun yang melakukan hal itu adalah suaminya sendiri.
Jihan bersedih dan kecewa, karena dia merasa sudah ditipu oleh Abraham dengan menukar surat perjanjian mereka.
Selama pertempuran berlangsung, Jihan hanya menangis tersedu-sedu. Sedangkan Abraham sangat menikmatinya sampai dua jam lebih.
Setelah itu, Abrahah menanamkan benih-benih ke dalam rahim Jihan, berharap agar keturunannya tubuh di sana.
***
Mikhaela tiba-tiba merasa sakit di hatinya, kemudian berpikir kalau sang suami dan Jihan sudah melakukan hal itu.
Jujur hatinya hancur membayangkan hal itu terjadi. Namun, semua demi kebaikan semua, sebab dia memang akan meninggalkan dunia ini.
"Aku bisa ikhlas. Aku bisa merelakan mereka melakukan hal itu demi mendapatkan anak," gumam Mikhaela lirih.
***
Pagi hari tiba, cuaca di Istanbul sangat sejuk. Sebab berbeda dengan Indonesia yang cuacanya panas terik.
Jihan masuk ke dalam selimut tebal dan Abraham memeluknya dengan erat tanpa mereka sadari. Perlahan Abraham membuka matanya, karena mencium aroma wanita lain.
Matanya membulat sempurna melihat dirinya tengah memeluk Jihan di dalam selimut. Kemudian dia melihat kalau ia dan Jihan sama sekali tidak menggunakan apapun.
'Ya ampun! Saya sudah menidurinya semalam,' batin Abraham.
Pria itu pun mulai memindahkan kepala Jihan yang ada di lengannya dengan perlahan, agar sang empunya tidak terbangun karena dia memindahkannya.
Setelah itu, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan mengingat kembali semalam ia berhasil mabuk dan mengambil keperawanan milik Jihan.
Abraham merasa tidak enak pada Jihan. Namun, dia berpikir kalau semua keputusan ada ditangannya. Lagipula Jihan adalah istrinya yang berhak dia gauli.
Setelah Abraham selesai mandi, dia memakai handuk kimono dan berjalan ke luar. Kemudian melihat Jihan menangis tersedu-sedu di dalam selimut.
"Jihan, ada apa?" tanya Abraham cemas sambil menghampiri wanita itu, yang bersembunyi di dalam selimut.
Jihan membuka selimutnya dan mendaratkan tamparan keras di pipi Abraham, hal itu tentu saja membuat Abraham terkejut.
"Apa-apaan ini!" seru Abraham.
Bersambung.
"Sepertinya saya tidak perlu menjawab lagi, karena Anda sudah tau apa alasannya," ucap Jihan dengan ketus.Abraham langsung memegang tangan Jihan dengan kuat, membuat gadis itu ketakutan. Sebab, ia tidak mau sampai Abraham menyentuhnya lagi."Saya ingatkan padamu, di sini yang berhak berbuat apapun tanpa persetujuan adalah saya!" ancam Abraham.Kemudian dia menghempaskan tangan Jihan dengan kasar, membuat wanita muda itu kesal."Kenapa Anda sangat kasar? Padahal, sebelum kita menikah Tuan sangat baik. Bahkan membentak saya tidak pernah, berbeda dengan sekarang?!" tanya Jihan sambil menatap wajah Abraham.Pria itu hanya diam, kemudian bergegas pergi dari sana. Sebab, ia ingin menenangkan pikiran entah mengapa sikapnya berubah sejak ia harus menuruti semua keinginan Mikhaela.Padahal, dulu Abraham tidak pernah marah-marah pada Jihan. Walaupun wanita muda itu membuat kesalahan.Sedangkan Jihan, langsung bergegas mandi dalam keadaan kesal
Setelah sampai di rumah, Abraham langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya. Namun, tidak ada Mikhaela di sana. Kemudian, ia mencari sang istri di halaman belakang.Namun, wanita itu juga tidak ada di sana. Bahkan setiap sudut rumah tidak ada keberadaan Mikhaela. Hal itu membuat Abraham marah."Kenapa kalian tidak tau istriku pergi!" bentak Abraham kesal.Sebab, semua satpam tidak tau kapan Mikhaela pergi dari rumah. Karena tengah mengerjakan tugas masing-masing."Maaf Tuan, kami tidak tau kalau nyonya pergi," jelas satpam tersebut dengan pelan.Abraham mengecek CCTV, dan melihat istrinya pergi dari rumah. Namun, tak kunjung kembali. Kemudian ia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari Mikhaela.Sedangkan Jihan, hanya diam melihat. Sebab, ia tidak tau harus berbuat apa, karena biasanya Mikhaela tidak pernah pergi tanpa seizin Abraham.Wanita muda itu bergegas pergi untuk mengajarkan tugas seperti biasanya. Kemudian dia membuatkan kopi hitam kesukaan Abraham. Setelah selesai, ia me
Abraham membawa Jihan ke ranjang, kemudian dia membuka baju. Hal itu membuat Jihan semakin takut dan terbayang malam pertama mereka."Tuan, saya mohon jangan lakukan lagi!" mohon Jihan.Abraham langsung menatap wanita itu, kemudian memeriksa salep yang diberikan Dokter tadi pagi padanya. Sebab, dibangian pinggangnya ada memar sedikit akibat ia terjatuh dari motor saat pergi ke kantor dengan terburu-buru."Tadi saya minta bantuan Mikhaela. Tapi dia tidak bisa. Jadi, minta bantuan kamu, yang sudah menjadi istri saya," terang Abraham.Jihan bernafas lega, kemudian mulai mengolesi luka lebam Abraham dengan perlahan. Setelah selesai, dia melihat sang suami sudah tidur dengan pulas. Sehingga ia tidak tega membangunkan pria itu.Walaupun dia masih marah dengan Abraham. Namun, saat melihat pria itu tidur hatinya tersentuh. Sebab, sang suami terlihat lebih tenang seperti itu."Jihan, apa sih yang kamu pikirkan?" gumam Jihan.Wanita itu bergega
Abraham dan Jihan langsung menoleh, kemudian pria itu turun dari atas tubuh istri keduanya. Setelah itu, menghampiri Mikhaela yang masih berada di depan pintu."Ada apa sayang?" tanya Abraham dengan lembut sambil mengecup keningnya.Mikhaela menggelengkan kepalanya, karena hatinya sakit melihat sang suami bersama wanita lain. Namun, semua itu memang keinginannya.Sedangkan Jihan, masih di ranjang. Sebab kepalanya masih sedikit pusing. Kemudian Mikhaela menghampiri madunya."Jihan, aku dengar kamu sakit," ujar Mikhaela lembut."Tidak sakit Kak, hanya pusing dan kelelahan. Mungkin karena perubahan cuaca di Turki dan di sini," sahut Jihan pelan.Mikhaela memegang tangan Jihan dengan lembut. Kemudian memeluk sang madu, karena dia berharap wanita muda itu cepat memberikan anak untuknya dan tidak berdekatan lagi dengan sang suami."Aku yakin kalau kamu tidak akan mencintai suamiku," bisik Mikhaela pelan di telinga Jihan.Jihan mengan
Angga terkejut karena Abraham dapat menebak dengan benar kalau dia pergi karena Jihan sudah menikah. Namun, ia tidak mau mengakui hal itu."Pak, aku pergi karena ingin melanjutkan bisnis di sana. Lagipula di sini ada orang kepercayaan yang mengurus perusahaan ini," terang Angga.Abraham terdiam karena mendengar ucapan Angga yang mengatakan kepergiannya tidak ada hubungannya dengan Jihan.Kemudian, Abraham pun bergegas pergi dari kantor Angga karena dia masih banyak pekerjaan di kantornya, pria itu lega jika kepergian Angga memang tidak ada hubungannya dengan Jihan.Sebab, Jika itu terjadi dia sangat terpukul karena sudah menikahi Jihan wanita yang dicintai oleh sahabatnya.Di tempat lain, Jihan sudah terbangun dan dia pun menenangkan dirinya yang sudah lumayan segar di taman belakang. Wanita itu melihat bunga-bunga yang bermekaran indah di sana.Pada saat itu Mikhaela datang dan duduk di samping Jihan. Kemudian Jihan melihat istri pertama sa
Abraham langsung menolah, terlihat Mikhaela berdiri di belakangnya sambil terus menatap dirinya yang tengah menyantap makanannya."Sini sayang, kita makan bersama!" Abraham menarik tangan sang istri duduk di sampingnya.Kemudian, dia menyuapi sang istri dengan sangat mesra. Hal itu membuat Mikhaela sangat bahagia diperlakukan seperti ini oleh Abraham."Mas, besok ada undangan pernikahan dari rekan bisnismu. Tadi dia yang mengantarkan langsung ke sini. Tap ..." Mikhaela tidak meneruskan ucapannya.Hal itu membuat Abraham cemas, kenapa sang istri tidak meneruskan ucapannya. Sudah pasti ada sesuatu."Tapi apa?" tanya Abraham penasaran."Tapi, aku tidak bisa menemanimu. Jadi biarkan Jihan ikut, karena dia juga istrimu," jawab Mikhaela.Abraham mengelengkan kepala, karena tidak ada yang tahu pernikahannya dan Jihan. Lagipula ia tidak ingin sampai ada yang tahu hal ini.Jadi, mana mungkin dia membawa Jihan menghadiri acara pernikahan
Abraham sangat terkejut mendengar ucapan para wanita itu. Kemudian, di mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, mereka semua tidak percaya padanya."Halah, mana ada maling ngaku!" teriak mereka semua."Sumpah Mbak, saya di sini hanya menemani adik. Karena dia tidak berani pergi sendirian," terang Abraham.Namun, mereka semua sama sekali tidak percaya, sehingga para wanita itu memukuli Abraham mengunakan tas samping masing-masing."Jihan, cepat ke luar!" teriak Abraham.Sontak saja membuat Jihan terkejut, kemudian dia bergegas ke luar dan melihat suaminya dipukuli oleh para wanita.Jihan langsung berlari menghampiri sang suami, kemudian melerai kesalahpahaman yang terjadi di sini."Maaf ya Bu, dia Kakaksaya," maaf Jihan dengan pelan."Ternyata benar dia Kakak kamu?" tanya wanita tersebut dan Jihan menganggukkan kepalanya.Sontak saja membuat mereka semua malu dan bergegas pergi dari sana. Sedangkan
Jihan langsung terbangun dan melihat di dalam kamar mereka tidak ada Mikhaela. Itu artinya dia bermimpi tadi kalau istri pertama sang suami ada di sini melihat mereka. "Ternyata hanya bermimpi. Tapi, seperti sangat nyata, karena saya terbangun saat tuan Abraham berteriak," gumam Jihan pelan. Wanita muda itu tidak melihat adanya sang suami di sampingnya. Kemudian melihat ada sepucuk surat dan ia langsung membacanya. Abraham: Jihan, saya sudah pulang pagi-pagi sekali. Sebab, ingin ke kantor. Maaf tidak membangunkanmu. Pulanglah bersama supir dan katakan pada Mikhaela seperti yang saya ucapakan semalam. Jihan bergegas bangun dan langsung mandi. Namun, ia tidak merasa sakit lagi dibangian sensitifnya. Tidak seperti saat pertama kali melakukan hal itu. Setelah selesai mandi, dia melihat ada gaun miliknya semalam dan langsung mengenakan. Kemudian berjalan ke luar hotel menghampiri supir yang sejak semalam menunggu. "Pak, tuan Abr