Share

Ide gila

Author: Maesaro Ardi
last update Last Updated: 2024-07-12 14:17:41

"Saya tidak tahu kenapa Anda bisa sekejam itu menuduh saya ini dan itu. Saya memang miskin, saya butuh uang untuk operasi adik saya. Anda tidak akan mengerti karena tidak berada di posisi saya.

"Kenapa Anda melampiaskan kekesalan Anda pada saya? Harusnya Anda bisa mengambil hati orang tua Anda, hingga mereka tidak mengancam Nyonya Diana."

Anderson hampir saja kembali naik pitam, jika saja Diana menghentikannya. Diana tidak ingin situasinya makin tidak kondusif. Bisa gagal rencananya nanti. Bukan ini yang Diana inginkan.

"Melody, jangan bilang begitu. Aku yakin ini hanya salah paham, kok. Kamu jangan diambil hati ya apa yang suamiku bilang. Dia sedang emosi, jadi ngomongnya ngelantur."

Diana mendelik tajam pada suaminya, sudah susah payah dia menemukan orang yang cocok sebagai alat untuk mendapatkan keturunan. Jangan sampai Melody merubah pikirannya.

Melody tidak menyahut, dia diam dan hanya memperhatikan pasangan suami istri itu saling adu mulut. Keduanya saling menyalahkan satu sama lain. Mereka bahkan tidak peduli bagaimana perasaan Melody, jika sebelumnya Anderson menyepelekan dirinya karena miskin. Maka hal yang sama pun bisa Melody lakukan, apakah semua orang kaya akan bersikap seegois itu?

Melody sibuk melayan isi pikirannya sendiri, dia tidak mau menambah beban pikiran yang sudah menumpuk dengan masalahnya sendiri. Jadi Melody tidak ingin memikirkan urusan Anderson dan Diana yang sedang perang mulut itu.

Melody jadi ingat apa yang dikatakan Anderson tentang apakah dia memiliki kekasih. Sampai akhirnya Melody teringat dia belum membalas pesan Leo Waldy, kekasihnya.

Segera dia mengecek ponselnya. Benar saja, ada lima belas pesan belum dia buka dan ada tiga puluh panggilan tidak terjawab.

Dalam posisinya saat ini, Melody tentu tidak bisa menelpon balik. Jadi dia membalas pesan Leo.

Melody : [Maaf, Leo. Aku baru lihat chat-mu. Adikku masuk rumah sakit lagi, sekarang dia harus dioperasi.]

Tidak butuh waktu lama sampai Melody menerima balasan Leo.

Leo : [Hah? Kok kamu baru ngasih tahu sekarang? Rumah sakit mana? Biar aku jenguk sekalian. Sudah lama juga aku tidak bertemu dengan Mike.]

Melody : [T-tidak usah sekarang, Leo. Aku akan menghubungimu lagi. Sekarang aku sedang keluar sebentar, bertemu dengan saudaraku.]

Leo : [Hm ... begitukah? Baiklah, segera kabari aku ya, Sayang. I'll always on your side. I love you, Babe.]

Melody :[Thank you, Leo. Aku pergi dulu ya.]

Melody merasa bersalah atas kebohongan demi kebohongan yang dia buat, sampai dia tidak sanggup untuk membalas rasa cinta Leo. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal yang sama, sementara dia kemungkinan besar akan menjadi istri orang.

Membayangkannya saja sudah membuat Melody merasa bersalah yang teramat dalam, dia tidak sanggup melihat bagaimana terlukanya hati Leo. Kekasihnya itu laki-laki baik dan penuh pengertian.

"Maaf, Leo. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita, aku telah mengkhianati cintamu," batin Melody.

Bulir air mata sudah hampir menyeruak, tapi berhasil Melody tahan. Jangan sampai dia menangis di depan Anderson, entah berapa banyak caci maki yang bosnya itu tujukan padanya.

Melody menarik napasnya dalam-dalam dan hembuskannya. Mengatur suasana hati yang kian hari kian membuatnya sesak ternyata sesulit ini. Gadis itu terkadang berpikir, apa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga dia harus menerima semua ujian hidup yang teramat berat.

"Pokoknya aku ingin kalian menikah. Jika kamu tidak mau menuruti keinginanku lebih baik aku mati dari pada aku bercerai denganmu!"

Suara lantang Diana membuat Melody kembali dari lamunan panjangnya. Dia masih tidak percaya dua orang di depannya itu masih belum selesai dengan pertengkaran mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, yang artinya Melody sudah sejam meninggalkan adiknya sendirian.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Ide gila ini jadi dilakukan atau tidak. Tolong ambil keputusan, saya tidak bisa meninggalkan adik saya terlalu lama di weekend ini," ujar Melody yang mulai bosan akan pengulangan debat yang sama.

Anderson tampak kesal saat percakapannya dengan sang istri di sela Melody.

"Kamu sangat ingin menikah denganku bukan? Baiklah kita akan menikah, sebaiknya kamu ingat satu hal Melody Gray. Jangan berharap aku akan mencintaimu!"

"Aku juga tidak sedikitpun berpikir ke arah sana, Tuan," sahut Melody dengan percaya diri.

"Baguslah! Ingat, tugasmu hanya melahirkan anak-anakku! Tidak lebih dari itu, paham!"

Setelah mengatakan hal tersebut, Anderson beranjak dari ruang tamu dan berjalan menuju lantai dua di mana kamar utama di rumah itu berada.

Senyum puas terukir di wajah Diana, setelah sejam lamanya dia berseteru dengan sang suami. Akhirnya suaminyf tersebut setuju juga dengan rencana yang dia buat.

Diana langsung mendekati Melody dan memeluknya penuh kehangatan, " Melody, mulai besok kita harus mempersiapkan pernikahan kalian. Jangan pedulikan Anderson. Dia akan menuruti semua yang aku katakan. Tinggal kamu yang ikuti alur kami saja."

"Baik. Kalau boleh tahu kapan pernikahan di lakukan? Tiga hari lagi adik saya akan dioperasi dan saya tidak akan bisa ke mana-mana pada hari itu."

"Oh, jangan khawatir, Melody. Serahkan saja semuanya padaku, kamu cukup beritahu aku berapa ukuran tubuhmu. Biar aku yang handle," ucap Diana dengan hati yang pastinya sedang berbunga-bunga.

"Kapan pelaksanaan pernikahannya?"

"Dua minggu lagi, aku tahu ini pernikahan yang tidak kamu inginkan. Namun, aku akan pastikan kamu akan mendapat upacara pernikahan yang layak."

Melody ternganga, dua minggu lagi itu artinya dia tidak punya banyak waktu untuk menata hatinya. Mahu tidak mahu, Melody harus menyortir rasa cintanya pada Leo. Dia tidak ingin saat sudah menyandang istri seorang Anderson, tapi dia malah menyimpan nama laki-laki lain di hatinya.

Walau Melody tidak yakin apakah dia bisa memenuhi semua tanggung jawab sebagai seorang istri, tapi dia setidaknya akan berusaha untuk menjadi istri yang setia.

"Maaf ya, Mel. Jika kamu pikir waktunya terlalu cepat. Akan tetapi, aku rasa lebih cepat maka lebih baik. Selama persiapan pernikahan ini, kamu izin cuti saja dari perusahaan. Fokuskan dirimu pada acara pernikahan dan adikmu saja," tutur Diana.

Melody hanya bisa mengangguk, ya dia bisa apa lagi. Toh hidupnya sekarang sudah dibeli Diana.

"Aku tidak sabar untuk menggendong anak Anderson. Aku harap anak itu akan mirip dengan Anderson," ucap Diana tanpa memedulikan perasaan Melody.

Melody yang tidak ingin terlalu lama di rumah yang membuatnya tidak nyaman itu memutuskan untuk pulang.

"Terima kasih banyak, Melody. Mulai sekarang kita akan menjadi madu, aku akan menyiapkan rumah baru untukmu dan Mike. Tinggallah di rumah itu. Akan kuminta Anderson untuk mendatangimu untuk melakukan penyatuan."

"Baik, Nyonya."

"Panggil aku Diana saja, kita akan jadi madu. Jadi harus mengakrabkan diri. Oh iya, aku ingin punya 3 anak. Jadi kalian nanti harus lakukan promil setelah kalian menikah. Jadi tidak sering melakukan hubungan intim pun bisa."

Ketika mengatakan hal itu, ada sedikit emosi yang ditangkap pendengaran Melody.

"Sudah kuduga, dia juga tidak ikhlas dengan ide gila tersebut," batin Melody.

Melody akhirnya pulang diantar oleh supir pribadi Anderson, sepanjang jalan itu Melody terus termenung. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.

"Kenapa sih hidup itu sulit, aku lelah," gumam Melody.

Sungguh tidak pernah Melody sangka nasibnya terus menerus menurun. Dia terkadang berangan memiliki keluarga utuh, adik yang sehat, ayah yang selalu terlihat hebat di matanya.

"Sadarlah, Melody. Hidup itu tidak seindah yang kamu bayangkan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Semua telah usai

    Kediaman Anderson dipenuhi awak media saat ini, bagaimana tidak, isu rumah tangga Anderson yang pewaris tunggal Gretchen Company sudah terendus oleh mereka. Dari ketidak harmonisan Anderson dan Diana, pernikahan keduanya dengan Melody yang diam-diam dilakukan, pesta seks yang dilakukan oleh Diana, dan yang tidak kalah hebohnya lagi gugatan cerai yang Anderson layangkan pada Diana. Anderson dan orang tuanya dan juga orang tua Diana tengah berada di ruang tamu, tujuan mereka berkumpul tentunya untuk membahas mengenai perceraian tersebut. "Kamu yakin mau menceraikan Diana? Dia sudah lama menemanimu," ucap ayah Anderson. "Buat apa aku bertahan? Papa tidak juga sadar dengan semua tingkah Diana?" Anderson mendengus kesal ketika dia mendengar pertanyaan ayahnya, diliriknya sang ibu mertua yang tidak berani menatapnya langsung. "Kenapa Nyonya Ane yang terhormat ini diam saja? Ke mana sikap sombong dan angkuh itu? Anda bahkan bersekongkol dengan Diana dan mengirim Melody ke Korea Selatan!

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Akhir Diana

    Anderson bangun lebih dulu dari Melody, dia berencana untuk pulang ke rumahnya. Urusan dengan Diana harus dia selesaikan secepatnya. Dia tidak ingin menunda masalah tersebut lebih lama lagi. "Kamu mau ke mana?" tanya Melody ketika dia mendengar suara Anderson yang tengah menelepon seseorang. Anderson berjalan ke arah ranjang, di belainya rambut Melody dan kecupan manis mendarat di kening istrinya itu. Suasana romantis yang biasa bagi pasangan suami istri pada umumnya, tetapi tidak dengan Anderson dan Melody. Mereka harus melalui jalan berliku terlebih dahulu."Aku akan ke rumah dulu, Aidan sudah menyiapkan semuanya. Aku ingin segera menyelesaikan semuanya dengan Diana. Agar kita bisa bersama tanpa perlu khawatir dia bisa berbuat onar lagi," jawab Anderson."Kamu yakin Diana akan setuju? Bagaimana kalau dia menolak?" Melody tertunduk lesu, dia bahkan tidak mau membayangkan kemungkinan buruk dari ide suaminya. Melihat gelagat Melody, Anderson pun tahu apa yang ada di dalam hati dan p

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Gundah

    "Aku janji akan melindungi kamu dan anak kita, mungkin kamu masih belum bisa percaya. Namun, aku sungguh menyesal, Mel. Aku tidak akan membiarkan hal ini terulang untuk kedua kalinya," ucap Anderson. Entah sudah berapa kali Anderson membusuk sang istri agar mau memaafkan dirinya, tetapi Melody seperti enggan untuk memberikannya kesempatan kedua. Ego laki-lakinya tertantang ketika menghadapi situasi saat ini, hanya saja dia tidak ingin Melody makin membencinya. Dia membiarkan Melody memikirkan tentang niat dan kesungguhannya. Anderson sadar, yang banyak menderita Melody bukan dirinya. Jadi, dia tidak punya hak lain untuk memaksakan kehendaknya. Bahkan seandainya Melody ingin berpisah dengannya, mungkin dia akan setuju walau tentu teramat sulit. Asalkan Melody selamat dan hidup tenang seperti yang Melody inginkan. Di saat keheningan itu, Hyun Bin masuk ke ruangan Melody. Dia dari tadi menguping pembicaraan Anderson dan Melody, karena kasihan dengan keadaan Anderson maka dia pun terp

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Keputusan Anderson

    Anderson dapat merasakan pergerakan dari jari jemari Melody yang ada di genggamannya. Dia pun langsung melihat ke wajah sang istri, ternyata benar perlahan Melody membuka matanya. "Sayang, kami sudah bangun? Jangan bangun dulu, kamu harus istirahat dulu."Anderson mencegah Melody yang ingin bangun dari baringnya, dia juga merapikan helaian rambut yang menutupi wajah sang istri. "Maafkan aku, kalau saja aku lebih cepat datang menjemputmu, kamu tidak akan mengalami hal seperti ini." Tidak ada jawaban dari Melody, wanita itu hanya menatap Anderson dengan pandangan kosong. "Kamu pasti marah, tidak apa-apa. Wajar kalau kamu marah padaku, aku memang suami yang tidak berguna ...." Ada sendu dari kalimat yang Anderson ucapkan barusan, laki-laki itu bahkan menunduk. Beberapa menit lamanya keduanya masih dalam suasana hening, Melody tidak membalas genggaman tangan suaminya. Ada rasa nyeri di hatinya melihat Anderson seperti sekarang, bagaimanapun Melody yang mendampingi Anderson sewaktu

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Jangan tinggalkan aku

    "Sekarang, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa wanita yang kamu minta aku cari itu berubah jadi istrimu? Kupikir dia selingkuhanmu."Hyun Bin melabuhkan punggungnya di kursi samping Anderson, dia siap mendengar dan menerima semua fakta yang akan dikatakan oleh laki-laki berdarah Korea-Inggris itu. "Dia istri keduaku. Kamu tahu 'kan aku dan Diana belum punya anak. Aku sebenarnya tidak masalah, kamu juga tahu sendiri aku laki-laki yang seperti apa," ucap Anderson mulai bercerita. Hyun Bin mengangguk, dia tahu betul orang seperti apa Anderson itu. Rasa penasaran Hyun Bin kian besar, tapi dia menahan diri untuk menyela cerita Anderson. "Suatu hari, Diana menawarkan ide gila. Dia yang mendapat tekanan dan ancaman dari ayahku, agar bisa memberikan keturunan. Diana pun meminta Melody untuk menjadi istriku, hanya sampai Melody mengandung anakku saja. Setelah itu, aku harus menceraikan Melody." "Kondisi saat itu, Melody sedang terlilit hutang dan adiknya yang sakit parah, membut

  • Istri Kedua Tuan Anderson   Bersatu kembali

    Suara Melody berhasil menghentikan, Anderson yang terus menghajar orang yang menolongnya. Pelukan hangat yang telah lama dirindu, meluluhkan hati Anderson saat itu juga. Dia yang selama beberapa hari ini hidup tidak tentu arah, emosi yang meluap-luap, seketika langsung semuanya seperti kembali seperti dulu. Anderson berbalik dan membalas pelukan sang istri, tidak terasa air mata Anderson mengalir kala itu. Hal yang belum pernah terjadi pada diri seorang Anderson Gretchen, laki-laki angkuh, arogan, dan berhati dingin itu bisa meneteskan air mata. "Wah! Ini luar biasa, gimana bisa Anderson berubah sedrastis itu? Padahal dulu dia tidak begini, bahkan dengan Diana sekalipun?" gumam Hyun Bin. Hyun Bin membantu anak buahnya berdiri, untung saja usaha Melody berhasil. Jadi dia tidak perlu membuat acara pemakaman untuk anak buahnya itu. Mengingat bagaimana beringasnya Anderson menghajar anak buahnya tadi. "Bos! Kok baru datang, sih. Hampir saja aku mati, loh!" gerutunya pada Hyun Bin."Ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status