Share

Bab 6. Hancur

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2024-05-10 09:09:23

Di sisi lain, Salsa tidak menyadari itu semua.

Gadis itu terbiasa minum sebelum tidur. Jadi, dia tengah ke luar dari kamar untuk mengambil mineral di dapur saat menemukan Raka tiba-tiba di depan pintunya.

Seharusnya seorang istri tersenyum bahagia menyambut kedatangan suaminya, tapi tidak untuk Salsa.

Wajah Salsa justru memucat.

Langkah kaki yang seharusnya maju kini justru bergerak mundur.

Rasa haus berubah menjadi rasa takut melihat wajah dingin Raka.

Dalam hatinya, bertanya-tanya: apakah pria ini yang menikah dengan dirinya?

Kenapa wajahnya begitu dingin?

"Tuan, sedang apa di sini?" tanya Salsa dengan suara bergetar menahan rasa takut.

Pertanyaan bodoh.

Saking paniknya, Salsa tidak menyadari pertanyaannya barusan terdengar begitu konyol.

Sayangnya, Raka tidak menjawab pertanyaan tersebut.

Tanpa kata, pria tampan itu terus melangkah mendekati Salsa.

Hanya satu yang di pikiran Raka saat ini.

Memenuhi keinginan Indri agar bisa segera mengakhiri pernikahan dengan istri keduanya secepatnya.

Brak!

Beberapa detik kemudian pintu pun ditutup rapat.

Membuat Salsa semakin menegang.

Gadis itu semakin melangkah mundur saat Raka semakin berjalan maju.

Hingga tanpa sengaja kakinya menabrak ranjang, seketika terjatuh dengan posisi berbaring.

Bugh!

Cepat-cepat Salsa pun kembali bangkit karena takut.

"Tuan, saya–"

"--Saya tidak pernah menyentuh wanita manapun selain istri saya, saya harap ini yang pertama dan terakhir," kata Raka.

Deg!

Salsa pun mematung mendengar ucapan suaminya itu.

Jika pria ini mengatakan tidak pernah menyentuh wanita selain istrinya, maka Salsa lah yang harusnya lebih merasa terktekan.

Raka adalah orang pertama yang akan menyentuhnya!!!

Sayangnya, ucapan itu tidak bisa terucap dari bibirnya.

Terlebih karena Salsa seketika sadar bahwa Raka mulai menghilangkan jarak di antara mereka berdua.

Napas hangat Raka terasa berhembus di telinga Salsa.

Membuatnya meremas kedua tangannya dengan begitu kuat, menahan rasa tegang yang begitu luar biasa.

Keadaan ini sangat menyulitkan.

Ada sedikit rasa sesal yang melintas di benaknya saat dirinya harus kehilangan kesuciannya dengan cara seperti ini.

Namun, bagaimana pun juga saat ini keadaan menuntutnya berada di posisi seperti ini?

Tanpa kata, tanpa bicara sama sekali.

Bahkan tanpa pemanasan, penyatuan antara Salsa dan Raka akhirnya terjadi.

Rasanya sangat menyakitkan hingga membuatnya meneteskan air mata.

Sekaligus tersenyum getir pada nasib malangnya.

Sekilas, Salsa melihat Raka tampak mengernyitkan kening.

Namun, itu tak lama.

Sentuhan dan gerakan pria itu membuat erangan dan desahan yang tak pernah Salsa kira akan keluar dari mulutnya--memenuhi kamar itu.

Meski demikian, sepasang suami istri baru itu tidak menikmati suasana malam pengantin dengan penuh gairah.

Justru, menimbulkan rasa trauma di diri Salsa.

Gadis itu berharap dia melewati malam seperti ini untuk pertama dan terakhir kalinya....

Bugh!

Raka telah selesai melakukan tugasnya sebagai penanam benih pada rahimnya.

Pria itu tampak beristirahat sejenak sebelum akhirnya merapikan pakaiannya.

Lagi-lagi, tanpa kata, pria itu meninggalkan Salsa dan menutup rapat pintu kamarnya.

Demi adiknya.

Demi terbebas dari masalahnya.

Kata-kata itu terus digaungkan di kepala Salsa yang kini menangis.

Hingga tak terasa, Salsa pun terlelap dalam keadaan menangis karena rasa lelahnya.

Gadis itu baru terbangun kala terusik dengan ponselnya yang terus berdering.

"Halo?"

"Kak, kok nggak pulang?" tanya Dara dari seberang sana.

Salsa tersentak.

Suara adiknya menyadarkan Salsa atas apa yang dia lakukan tadi malam.

Jika Dara mengetahui bahwa Salsa bekerja menjual diri, pasti akan sangat marah.

"Kak Salsa?" panggil Dara karena tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Nanti, Kakak pulang, tunggu ya."

Tut!

Salsa langsung mengakhiri panggilan.

Ada rasa sesal yang tidak bisa dia katakan setelah kehilangan kesuciannya.

Tapi, dia sudah sampai di titik ini.

Salsa tidak mungkin lagi untuk mundur.

Hanya saja, dia sepertinya harus pulang ke rumah segera.

Setidaknya, Dara tak akan curiga padanya… kan?

Dengan cepat, dia meminta izin Indri dan Bik Iyem untuk gegas ke rumah.

Sayangnya, Salsa tidak mengira bahwa baru tiba di pintu, dia sudah disuguhkan dengan pertanyaan yang menurutnya sangat sulit untuk dijawab.

"Kak Salsa dari mana? Kok semalaman nggak pulang?"

Dan mata adiknya itu menatapnya begitu penasaran....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 122

    Salsa merasa sedih karena Indri telah memutuskan untuk pergi. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya, meskipun telah berusaha untuk meyakinkan Indri tapi hasilnya tetap sia-sia. *** Kini Salsa telah menjadi istri satu-satunya, pernikahannya pun tak lagi menjadi rahasia, semua orang juga telah mengetahui bahwa Salsa lah istri Raka yang sah. Hingga beberapa bulan kemudian Salsa pun melahirkan seorang anak perempuan, keluarga besar Januartha sangat berbahagia menyambutnya. Salsa juga tidak lagi merasa takut, jelas terlihat semua anggota keluarga suaminya menerima anaknya penuh kehangatan. Salsa melahirkan anaknya secara normal, tapi Raka merasa kasihan terhadap istrinya tersebut karena menyaksikan sendiri bagaimana sebelumnya Salsa menahan sakit sendirian. Andai saja rasa sakit itu bisa dibagi dia mau mengurangi rasa sakitnya. "Terima kasih," ucap Raka sambil menggenggam tangan Salsa dengan sangat erat. Salsa pun tersenyum sebagai jawaban, dia merasa sempurna

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 121

    "Kak Indri," ucap Salsa sambil berjalan masuk ke kamar Indri. Krang! Piring di tangannya seketika terjatuh dari tangganya, tak menyangka melihat Indri telah berdiri tegak. Dirinya seperti sedang dikejutkan dengan apa yang kini dia lihat. "Salsa," panggil Indri. Saat itu Salsa pun mulai tersadar dari keterkejutannya. Dia tak menyangka jika kini Indri bisa berdiri sendiri. "Salsa, ada apa?" tanya Sinta yang menyusul masuk setelah mendengar suara pecahan. Sinta takut jika saja Salsa yang terpeleset, bagaimana dengan keadaan janinnya? Bahkan Sinta juga sangat mengkhawatirkan keadaan Salsa. Semua pikiran buruknya benar-benar membuatnya panik bukan main. Tapi dia pun dibuat terkejut melihat Indri sudah bisa berdiri. Rasanya tak percaya dengan apa yang telah dia lihat saat ini. Ini seperti tidak mungkin, tapi itulah yang terjadi. "Indri?" Sinta menatap tidak percaya tapi inilah kenyataannya. Matanya membulat sempurna tanpa bisa berkedip sama sekali, sekarang dia men

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 120

    Salsa pun tersenyum bahagia karena hari ini dirinya telah menjadi seorang sarjana, tidak ada yang menyangka bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan pendidikan. Bahkan dirinya sendiri sekalipun merasa ini adalah sebuah hal yang mengejutkan, siapa sangka ternyata disaat dirinya merasa terjatuh-sejatuh-jatuhnya ternyata ada setitik cahaya yang membawanya sampai di hari ini. Hari dirinya menjadi salah satu dari mereka yang menyelesaikan pendidikan seperti yang diinginkan oleh sang Nenek. Ya, air mata Salsa juga menetes haru seiring mengenang kembali wajah mending sang Nenek yang telah menghadap sang illahi. Semua ini juga tak lepas dari peran penting dalam proses pencapaian pendidikannya. Mendukungnya dalam segala hal, sayang kini Neneknya tak bisa mengucapkan selamat padanya. Padahal Salsa juga ingin mengucapkan selamat juga pada sang Nenek karena perjuangan Neneknya tidak sia-sia. Kini hasilnya dirinya telah seperti ini, bahagia rasanya tak dapat terucap oleh kata-kata.

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 199

    Salsa langsung mengambil ponselnya dia tidak lagi menggunakan ponsel lamanya, karena kata Raka sudah butut. Lagi pula ponsel seharga 1 m nya juga harus digunakan, sebab dia sudah membayarnya mahal tadi malam. Tentu saja mahal karena dirinya harus bergoyang seperti orang gila, ah sudahlah. Salsa pun tidak lagi bisa berkata-kata. Dan ketika panggilan telepon tersambung dia langsung saja berbicara. "Abang, Salsa mau kasih tahu hal yang penting," ucap Salsa dengan cepat. "Kamu sakit? Mau melahirkan?" tanya Raka panik. Dia takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut. "Kok melahirkan? Hamil juga masih 6 bulan," gerutunya. "Jadi berapa bulan baru bisa melahirkan?" tanya Raka dengan bodohnya. Inilah Raka jika sudah berbicara dengan Salsa otaknya tak akan bisa bekerja dengan baik lagi. "Sembilan bulan, Abang!" kesal Salsa. "Oh iya, lupa," ucap Raka sambil menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa bisa bodoh seperti ini, tapi sudahlah saat ini dia ingin berbicar

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 198

    Salsa pun tersenyum sambil melangkahkan kakinya, dia tak dapat menahan kebahagiaan yang tengah dia rasakan. Bahkan tidak menyangka jika hari ini keluarga suaminya begitu menyayangi dirinya. Hingga akhirnya langkah kakinya pun terhenti saat melihat Indri tengah berjemur di halaman. Segera Salsa pun melangkah mendekati Indri.Dia ingin melihat bagaimana keadaan Indri, semoga saja ada kemajuan. "Nyonya Indri, apa kabar?" tanya Salsa. Sebab, kemarin tidak bertemu dengan Indri sama sekali. Rasanya ada banyak hal yang harus dia tanyakan, terutama apakah sudah ada kemajuan.Meskipun sadar Indri tidak bisa menjawab pertanyaannya, tidak apa yang terpenting adalah kesehatan Indri baik. "Sa, aku ke toilet bentar ya," kata Mayang yang bertugas membantu Indri untuk melakukan segala sesuatunya. Termasuk berjemur juga. "Iya, nggak papa aku juga pengen berjemur dulu. Kamu istirahat dulu aja sekalian, nanti kalau ada sesuatu aku panggil kamu ya," jawab Salsa. "Siap, makasih Nyonya

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 197

    Pagi ini rasanya sangat melelahkan karena malam panjang yang terlalu panas. Namun, meskipun sedemikian Salsa juga harus bangun pagi-pagi karena perutnya terasa lapar. Tentunya setelah dia mandi pagi. "Lho, kamu sudah sarapan pagi?" tanya Sinta ketika melihat Salsa sudah selesai sarapan. Padahal dirinya baru saja bangun dan sarapan pun tengah disiapkan oleh para Art. Sepertinya Salsa membuat sarapannya sendiri dan untuk dirinya sendiri saja agar lebih cepat prosesnya. "Iya, Ma. Maaf ya, Salsa sarapan duluan. Soalnya laper banget," ucap Salsa dengan perasaan tidak enak karena biasanya sarapan pagi bersama. "Tidak masalah, bahkan itu sangat bagus karena cucu Mama butuh nutrisi juga," balas Sinta. Kemudian dia pun segera duduk di samping Salsa Tentu saja karena ingin memegang perut buncit Salsa. "Cucu, Oma," katanya dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Ma," panggil Salsa dengan ragu, dia ingin tahu apakah benar Sinta sudah tahu jenis kelamin calon anaknya seperti yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status