“Ada apa denganmu? Seperti kalah perang saja,” ucap Dimas dengan sebelah alisnya yang naik. Nico berjalan ke arah Winarta dan melihat layar laptop Winarta. “Astaga … untuk apa kau sampai meretas keamanan sistem negara?” Mendengar itu membuat Dimas yang bermain handphone kaget. "Ta, yang bener aja, lo pakek laptop gue buat meretas keamanan negara. Bisa abis gua, Ta." Bhuggg"Diam, sialan," umpat Winarta seraya melempar bantal yang ada di sofanya ke arah Dimas. “Untuk apa kau meretas keamanan negara?” tanya Nico, memperhatikan isi dari laptop Winarta, dan kembali berkata, “apa kau meretas keamanan negara hanya untuk mencari pelaku yang menaruh ular di ruangan Desti?” Mendengar jika masalah keselamatan istrinya yang dianggap sepele oleh Nico membuat Winarta menatap tajam ke arah Nico. Yang mana membuat Nico tidak melanjutkan perkataannya. “Di dunia ini keselamatan istriku yang utama!” ucap Winarta dengan tegas. “Okey … oke, tapi kenapa kau sampai harus meretas keamanan negara? Kej
Waktu terus berlalu, dan kini sudah hari kelima Desti berada di rumah sakit. Sesuai dengan apa yang dikatakan Dimas hari itu, Desti bisa pulang dalam waktu satu minggu jika kondisinya selalu berjalan membaik. Hari itu adalah besok jadi hari ini, hari terakhir Desti di rumah sakit. “Sayang, aku akan ke ruang kerja dulu, apa kau menginginkan sesuatu sebelum aku pergi?” ucap Winarta yang berharap jika Desti bisa sedikit saja bersikap manja kepadanya. “Aku tidak menginginkan apa pun, aku akan tidur,” ucap Desti. Mendengar jawaban Desti membuat wajah Winarta cemberut, dan berkata, “Baiklah ….” “Sayang … aku pinjam Jona dan Nita dulu, ya. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” ucap Winarta. “Iya … tapi nanti saat kau kembali bawakan aku es krim,” ucap Desti dengan memeluk guling. Mendengar itu membuat Winarta tersenyum dan berkata, “Baiklah, Sayang ….”Winarta berjalan ke ruangan kerjanya yang mana ruangan yang berada di samping kamar Desti itu menjadi ruang kerja Winarta selama Desti
"Mi, Mami yakin mau jual Desti?" tanya Burdan, paman Desti. "Emang, Papa mau jual siapa lagi kalau bukan Desti? Papa mau jual putri kita? Tidak, aku tidak akan setuju, jika berani saja Papa menjual putri kita, aku akan mengambil tambang emas yang telah ayah berikan kepadamu!" Ancam Linda. Karena Linda tau jika suaminya itu masih menyimpan semua tambang emas yang diberikan oleh ayahnya kepada Burdan. Selain perusahaan yang seharusnya milik Desti. Tambang emas yang diberikan oleh ayah Linda kepada Burdan adalah satu-satunya penghasilan Burdan. Meski begitu, tidak menghasilkan sebesar penghasilan dari perusahaan almarhum ayah Desti. "Tapi, Mi ... perusahaan itu adalah perusahaan yang seharusnya milik Desti, apa pantas kita jualnya?" ucap Burdan. Burdan masih kurang yakin, dengan ide istrinya yang ingin menjual keponakannya itu. Selama ini Burdan sudah mengambil semua hak yang seharusnya menjadi milik Desti. Uang perusahaan yang seharusnya dapat Desti nikmati, tetapi selama ini tidak
Di sebuah gedung pernikahan yang mana semua tamu sedang ramai-ramainya berdatangan. Namun, di sebuah ruangan seorang pria yang sudah memasuki kepala tiga itu menampilkan wajah yang menakutkan. Pria itu sangat marah saat mendengar jika istrinya yang akan ia nikahi hari ini, kabur. Bahkan seluruh bawahannya, yang bertugas untuk menjaga pernikahan itu. Saat ini sedang terduduk di lantai dengan kepala tertunduk. Saat ini suasana ruangan itu menjadi sangat menyeramkan, bahkan terlihat beberapa pecahan kaca di samping pria itu. “Apa yang kalian lakukan, hah! Hanya menjaga satu wanita buta pun kalian tidak bisa," bentak Winarta kepada para bawahannya yang menunduk di depannya. Winarta tidak mempermasalahkan, wanita itu kabur. Karena ia tinggal memutuskan kerjasama antara perusahaan sesuai dengan janji yang telah disepakati, dan juga mereka harus membayar hutang yang bernilai ratusan juta itu. Namun, yang menjadi masalah adalah nama baik Winarta akan terkesan buruk oleh semua kolega bisni
Desti bingung membuatnya, dia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh pria di depannya ini. Pasalnya dia sedang tidak membuat drama, dan pria di depannya malah membentaknya. Winarta yang melihat Desti hanya diam saja, dan tidak menjawabnya malah semakin emosi. “Apa kau akan menerima kesepakatan yang akan aku buat apa tidak!” bentak Jefri yang sudah kehabisan kesabarannya. Karena Desti yang tidak menjawabnya ataupun bertanya lebih lanjut.Desti yang mendapatkan bentakan itu pun gemetar dan berkata, “A-apa itu, Tuan?” Suara Desti terdengar lemah. Ia takut jika pria di depannya akan lebih marah lagi. mendengar pertanyaan Desti, Winarta menyunggingkan senyumnya.“Kau akan menjadi pengantin penggantiku. Tenang saja aku akan memberikanmu uang selama kau menjadi istriku, selain itu kau bisa meminta apa pun kecuali cinta,” ucap Winarta memberikan penawaran yang sangat menarik. Winarta sangat yakin, jika wanita di depannya ini tidak akan menolak tawaran yang menggiurkan. “Wanita s
Pernikahan pun berjalan dengan lancar. Tanpa ada satu pun orang yang curiga dengan Pengantin Wanita. Selama berjalannya acara pernikahan, Desti hanya diam tanpa ada yang menyapa atau pun menegurnya. Keberadaan Desti di sana seperti hantu, ia ada tapi tak terlihat orang.Setelah acara pernikahan selesai. Desti saat ini berada di hotel yang sudah disiapkan oleh Winarta. Dengan bantuan dari MUA Desti menghapus semua riasannya. Tak lama kemudian pintu kamar hotel pun terbuka, dan memperlihatkan Winarta yang masuk ke dalam dengan membawa kertas di tangannya. Beberapa orang MUA yang melihat kedatangan Winarta pun pergi meninggalkan ruangan. Winarta menaruh kertas yang ia pegang di atas meja depan Desti dengan sedikit keras. “Tanda tangani ini!” perintah Winarta dengan kedua tangannya yang terlipat di dada. Desti pun meraba-raba meja di depannya, untuk mencari pulpen. Winarta yang melihatnya pun memutar bola matanya dan membantu Desti mengambil pulpen yang ada di samping kertas. Winarta j
“Bawa, Nyonya kalian ke kamarnya!” perintah Winarta, dengan ekspresi wajahnya yang terlihat datar. “Baik, Tuan,” jawab para maid yang ada di samping Desti, di kanan dan di kiri. Siska yang melihat hal itu pun, mengepalkan tangannya. Bagi Winarta mungkin itu bukan sebuah perhatian untuknya. Namun, bagi Siska itu adalah perhatian yang sangat besar karena Siska sendiri belum pernah mendapatkan perhatian walau itu sedikit.Setelah melihat Desti dan para maidnya menghilang di balik pintu masuk mansion. Winarta pun melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya. Yap, Walaupun Winarta saat ini sudah memiliki dua orang istri, tetapi Winarta tidak akan tidur dengan salah satu istrinya. Karena ia takut jika nanti akan tergoda oleh salah satu dari istrinya itu dan situasi itu akan dimanfaatkan oleh para istri.Siska yang melihat Winarta akan melangkah menuju kamar pribadinya pun, menggenggam tangan Winarta dan dengan nada manja ia pun berkata, “Sayang … kenapa kau tiak tidur di kamarku sekali in
Saat Siska membawakan makanan ke meja makan, Siska dengan pura-pura berkata, "Ohh … ada Desti juga toh …." Siska tidak berniat untuk mengambilkan makanan untuk Desti. Dia berniat untuk menyuruh kepala pelayan, untuk membawakan sisa makanan yang ada di dapur untuk Desti. Namun, baru saja Siska akan mendudukkan bokongnya itu di kursi depan Winarta, Siska kembali mendengar suara Winarta yang dingin itu kepada dirinya. "Siska, bawakan juga untuk Desti." Siska yang mendengar itu hanya bisa menuruti perkataan Winarta, ia tidak berani membantah karena takut jika akan membuat Winarta marah dan semakin menjauhinya. Siska pun melangkah menuju dapur dengan membawa makanan yang sudah ia siapkan di dalam mangkuk. Siska menaruh mangkuk itu sedikit kasar di depan Desti karena tidak terima jika ia harus melayani Desti. Winarta yang melihat perlakuan Siska hanya melirik saja, ia masih tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh kedua istrinya. Namun, Winarta menghentikan suapannya yang akan masuk ke