Share

Cincin di Jari Manis

Penulis: Queen Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-15 13:04:36

“Dhara, ucapkan terima kasih pada Pak Baskara, dia CEO dari Djaka Group, perusahaan utama yang berbasis di Jakarta,” bisik Pak Sarman melihat Dhara linglung dan tidak menanggapi ucapan Baskara.

Dhara tersadar  dan buru-buru mengucapkan terima kasih sambil menunduk.

“Selamat siang Pak Gading, dan Pak Baskara.” Pak Sarman segera menyapa kedua pria dengan hormat setelah menegur Dhara.

Dhara dan Fahron mengikuti Pak Sarman memberi hormat.

“Kerja bagus semuanya. Aku terkesan dengan proyek Taman air dan presentasi Nona Dhara,” puji Gading, Direktur Hotel Alam Garden.

“Proposal ini diusulkan oleh Dhara, Pak,” tanggap Pak Sarman.

“Ternyata begitu. Idemu sangat brilian Nona Dhara, tidak heran presentasimu sangat luar biasa,” puji Gading menatap Dhara dan mengedipkan mata.

“Terima kasih Pak, saya tidak luar biasa seperti yang Bapak katakan. Semua ini karena Pak Sarma yang memberi saya kesempatan,” kata Dhara rendah hati.

“Hahaha, jangan merendahkan diri. Nggak hanya cantik, kamu juga berbakat. Cemerlang sekali. Benarkan, Baskara?” lanjutnya kemudian pada pria di sebelahnya.

“Hm.”  Baskara hanya menanggapi acuh tak acuh. Matanya melirik Dhara sesaat.

Dhara berpura-pura tenang dan sopan.

“Aku harus pergi, masih ada urusan,” kata Baskara menunjukkan jam tangannya lalu sopan pada mereka dan pergi bersama sekretaris mereka.

 “Jangan kecewa Nona Dhara, Baskara memang orang yang dingin seperti itu. Dia nggak pernah memuji orang lain. Idemu sangat brilian hari ini.” kata Gading seolah bisa melihat kekecewaan Dhara.

Dhara langsung menatapnya dan tersenyum malu.

“Ah, terimakasih Pak Gading.”

“Omong-omong Nona Dhara ....”

Gading tiba-tiba mengulurkan tangannya memegang pundak Dhara. “Kami akan mengadakan pesta di bar lantai bawah untuk proyek taman Air Hotel Alam Garden yang diterima dengan sukses. Jadi kamu harus datang bersama kami. Kalian juga harus hadir karena Baskara juga hadir,” ujar Gading terkekeh pada Pak Sarman dan Farhon.

“Ah baik Pak, kami pasti akan datang.” Fahron berkata tergesa-gesa sebelum Dhara sempat menolak.

Dhara mengerut kening merasa tidak nyaman karena tangan Gading di pundaknya. Jari-jari pria itu mengusap kulit pundaknya. Gading menatap Dhara dan mengedipkan mata sebelum pergi meninggalkan mereka.

....

Pada akhirnya, Dhara menghadiri pesta perayaan tersebut. Pesta itu tidak menyenangkan bagi Dhara. Pak Gading ternyata pria hidung belang. Dia berkali-kali merangkul Dhara dan bertanya banyak hal yang cukup intim baginya.

Di sisi sofa lain terlihat Baskara yang menyendiri dengan minumannya dan tidak ikut bersenang-senang.

Dhara muak dengan Pak Gading dan melarikan diri dengan berpura-pura harus mengangkat telepon. Dia sengaja berlama-lama di toilet dan kembali ketika pesta hampir selesai.

“Dhara kamu dari mana saja sih, kamu dari tadi dicari Pak Gading. Pak Sarman juga sudah pulang.” Fahron memelototi Dhara.

“Maaf Pak, aku ke toilet dan memperbaiki riasanku.”

Farhon mencibir lalu menyerahkan sebuah map pada Dhara. “Pak Sarman meminta kamu antarkan map ini pada Pak Gading di kamar hotelnya. Kamarnya nomor 1268.”

“Antar ke Pak Gading? Kenapa harus aku?” Dhara panik.

“Jangan  banyak tanya. Ini perintah Pak Sarman untuk minta tanda tangan Pak Gading. Pak Sarman butuh tanda tangan dokumen ini besok pagi.” Setelah mengatakan itu Fahron pergi meninggalkan Dhara.

Dhara mengepalkan tangannya di map dokumen cemas.

Mau tak mau dia harus pergi karena ini perintah Pak Sarman. Dia dengan enggan dan cemas  pergi ke kamar hotel Pak Gading. Sepanjang perjalanan menuju ke kamar Pak Gading dia sangat cemas hingga Dhara lupa nomor kamar Pak Gading.

“Nomor 1288 atau 1298, ya? Aduh gimana nih?” Dhara ingin memukul kepalanya. Kok bisa dia lupa sih, padahal dia disebut memiliki otak cemerlang.

Dhara mencoba menelepon Fahron tapi pria itu tidak mengangkat panggilannya.

“Coba kamar nomor 1298,” ujar Dhara pasrah.

Dhara berhenti di depan pintu kamar 1298 dan menarik napas dalam-dalam. Dia hendak menekan bel pintu tapi menyadari pintu itu setengah terbuka atau mungkin tidak tertutup rapat.

Dhara bingung. Dia mencoba menekan bel pintu dan menunggu. Tapi setelah beberapa saat tidak ada tanggapan.

“Pak Gading, ini saya Dhara ingin mengantar dokumen,” seru Dhara dari celah pintu.

Namun tetap tidak ada tanggapan.

“Pak Gading, aku  masuk ya ....”

Dhara menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu kamar hotel.

Dia disambut ruangan yang remang-remang tanpa pencahayaan lampu kecuali lampu kuning yang redup di sudut.

Dhara berdiri cemas di ambang pintu antara mau masuk dan tidak  melihat ruangan yang sedikit gelap.

“Pak Gading ... saya datang mengantar dokumen—“ Sebelum Dhara melanjutkan kalimatnya tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan sebuah tangan menarik lengannya.

Dhara menjerit ditarik ke pelukan orang di depannya dan meronta.

“Pak Gading tolong lepaskan saya!”

“Sssttt, diamlah....” Suara berat dan serak mendesis di samping telinga Dhara.

Dhara menegang dan berhenti meronta.

“Pa ... Pak Baskara?!”

“Hmmm ....”

Dhara membatu sesaat. Meski dia tidak melihat wajah Baskara, dia mengenali suara pria itu. Dia tersadar menyadari Baskara sedang memeluknya dengan erat dan hidung pria itu mengendus lehernya dengan intim.

Wajah Dhara memerah malu dan panik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Diseret Pergi

    Dhara memandang barang-barang yang sudah dikemas. Setelah pertemuannya dengan Baskara tadi malam, dia jadi ragu-ragu harus pergi atau tidak. Baskara bersedia melepaskannya dan tidak mengambil anaknya serta mendukung finansialnya sampai anak mereka lahir.Jika Dhara pergi begitu saja tanpa memberitahu Baskara, dia pasti marah dan berubah pikiran mengambil anaknya.Tapi jika Dhara tetap di Jakarta, dia akan menghadapi kecemburuan Veera serta ancamannya. Hidupnya tidak akan tenang.“Apa aku bicara saja dulu dengan Baskara biar dia tahu aku pergi dari Jakarta?” “Dhara! Cepat keluar kamu anak nggak tau untung!”Saat Dhara sedang berpikir dia dikagetkan dengan suara pintu yang digedor-gedor. Dia menegang mendengar suara Mayang, mama tirinya di luar pintu.Kenapa Mayang ada di sini? pikirnya bingung.Setelah Joni memblokir nomornya dan memutuskan hubungan mereka, Dhara juga memblokir semua nomor keluarganya.“Dhara! Keluar sekarang!”Selain Mayang, Joni ikut-ikutan memanggilnya dan memukul-

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Dukungan Finansial

    “Kamu ngapain sih.” Wajah Dhara memerah dan buru-buru mendorong dada Baskara. Dia tidak terbiasa dipeluk oleh pria selama ini. Tapi sejak bertemu dengan Baskara sudah beberapa kali pria itu berbuat intim padanya.Jantung Dhara berdegup kencang. Dia takut Baskara akan merasakan detak jantung yang berdebar.“Baskara lepasin, nanti ada yang liat ....” Dhara mendorong cemas karena Baskara tidak melepaskan pelukannya.Baskara mengeratkan pelukannya enggan melepaskan Dhara. Tubuh Dhara sangat mungil dan lembut di pelukannya.“Baskara ....”“Hanya sebentar saja,” bisik Baskara menyandarkan kepalanya di pundak Dhara.Dhara mengepalkan tangannya dan menyerah membiarkan Baskara memeluknya. Dia merasa geli di lehernya karena napas pria itu. Tubuh Baskara keras dan berbau maskulin yang menyegarkan. “Dhara ....” Baskara menarik napas dalam-dalam berbicara di pundak Dhara tanpa melepaskan pelukannya.“Aku akan menuruti keinginanmu. Kamu nggak perlu menikah denganku jika kamu nggak mau. Aku hanya

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Jatuh di Pelukan

    Dia bahagia memikirkan kemungkinan itu. Gading ingin balas dendam pada Baskara yang selalu meremehkan dan merendahkannya. Dia puas balas dendam dengan berselingkuh dengan istri Baskara, dan jika Veera mengandung anaknya ... Baskara pasti merasa sangat terhina jika mengetahui kebenaran itu. Gading bahagia membayangkan hal itu.Veera mendengus jijik tapi pura-pura mengeluh dengan manja. “Aku juga mau itu, tapi kamu terlalu sering bermain-main dengan wanita dan para PSK. Bagaimana jika salah dari mereka menularkan penyakit padamu? Aku juga kena dong.” “ Jika aku sampai kena penyakit manular, Baskara bakal curiga dan menyelidiki hubungan kita. Semua rencanakan kita selama ini akan hancur. Kamu dan aku nggak akan dapat apa-apa dari Djaka Group.”Gading juga gagal membuatnya hamil. Veera juga takut Gading memiliki penyakit kelamin karena terlalu sering bermain-main dengan wanita.“Apa maksudmu aku mengidap penyakit begitu?!” Gading marah mendengar kata-kata Veera.“Kamu sudah sering berm

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Apa yang terjadi di Masa Lalu

    “Bukan itu maksud aku Gading. Teman-temanku mulai curiga kita ada hubungan karena Lina pernah melihat kita bersama. Aku nggak mau kita sampe ketahuan lagi,” Veera mencoba bersabar meladeni Gading.Dia muak dan jengkel pada Gading. Gading dulu adalah pacarnya sebelum menikah dengan Baskara. Veera bahkan berselingkuh dengannya bukan karena Gading lebih tampan dari Baskara. Tapi karena Gading memegang kelemahan Veera yang membuat hubungannya dengan Baskara bakal terancam.Gading semakin keterlaluan menuntutnya untuk memenuhi semua keinginannya dan mengancam Veera membeberkan hubungan mereka.Veera sangat ingin menyingkirkan Gading agar dia tidak terus mengganggunya. Membunuhnya lebih baik. Dengan begitu kebenaran di ‘masa lalu’ terkubur dan Veera akan terus hidup sebagai istri Baskara.Memikirkan Dhara sedang mengandung anak dari suaminya membuat amarah Veera mendidih. Setelah menyingkirkan Gading, dia juga akan menyingkir cewek murahan itu! Tidak ada yang boleh menganggangu hubungannya

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Dasar Orang-Orang kaya

    Sudut bibir Veera melengkung dengan ekspresi mencibir melihat ekspresi tenang Dhara. “Sudah berapa lama kamu hamil? Bagaimana kamu bisa dekat dengan suami aku?” Veera langsung menanyainya tanpa basa-basi. “Kami nggak dekat tapi suamimu yang mengambil kesempatan saat aku nggak sadar hingga aku hamil,” balas Dhara tenang. Veera tertawa dingin. “Maksudmu suamiku memperkosamu saat kamu nggak sadar? Kamu pikir Baskara orang macam apa? Bercermin dong! Wajahmu itu udah murahan banget, kamu jelas-jelas dekatin suami aku karena dia kaya dan membiusnya agar kamu bisa tidur dengannya kan? Orang macam kamu tuh banyak di sekitar. Murahan dan menjijikkan!” desisnya. Untungnya kafe itu cukup sepi dan mereka berada di lantai dua yang dikhususkan untuk VIP hingga tidak ada mendengar percakapan mereka. “Pada kenyataannya seperti itu. Kenapa nggak tanya sendiri ke suamimu,” balas Dhara datar, tidak mau bertengkar dengan Veera. Veera menggertak gigi. Dia tidak berani menanyakan hal itu pada Baskara

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Hampir di Tabrak

    Baskara dibuat terdiam melihat tatapan Dhara padanya seolah dia adalah pelaku pelecehan seksual. Dia batuh kecil dan berdeham.“Dhara, jangan membuatku habis kesabaran. Aku hanya ingin anakku dilahirkan dengan sehat dan selamat. Kamu nggak bisa menggugurkan kandungan di negara ini secara ilegal. Dan kamu juga nggak mau kan anak kita dilahirkan tanpa status? Jika begitu berat bagimu menjadi istri kedua, kamu bisa meminta cerai setelah melahirkan anak itu dan anak kita pun tetap mendapat status. Pikirkan tawaran aku baik-baik,” ujar Baskara dan menyerahkan kembali surat pengunduran Dhara ke wanita itu.Wajah Dhara cemberut sedih. Dia menghentak kaki kesal. “Kamu nggak bisa memaksaku menuruti semua yang kamu mau. Selama kamu menceraikan istrimu, aku akan melahirkan anak ini. Jika tidak, aku akan menggugurkan anak ini!” ancam Dhara berani.Salah Baskara karena mencampakkannya demi Veera dan tidak percaya bahwa istrinya berselingkuh. Salah Baskara juga karena membuatnya hamil dan mengambil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status