Share

Istri Kedua yang Dirahasiakan
Istri Kedua yang Dirahasiakan
Penulis: Queen Moon

Pertemuan Rapat

“Ugh … pelan-pelan ….” Dhara mengerang saat pria di atas terus mencumbu leher dan bibirnya dengan ganas. Pria itu terus bergerak di atasnya menimbulkan kesenangan luar biasa di tubuhnya.

Pikiran Dhara tidak jernih dan kosong. Yang dia pikirkan adalah kesenangan yang dibawa oleh pria di atasnya.

Saat pangkal pahanya serasa dibelah dua membuat Dhara menangis dan mengeluh.

“Sssttt … jangan menangis ….” desis suara serak dan berat di atasnya diikuti cumbuan di bibirnya sementara dia bergerak naik turun menggantikan rasa sakitnya dengan kesenangan luar biasa.

Dhara kembali mendesah. Matanya yang kabur dan buram berusaha melihat wajah pria di atasnya.

Sepasang mata gelap menatapnya dari kegelapan dengan tatapan lapar seperti serigala.

 Dhara tersentak bangun mendengar suara dering ponselnya di samping telinga.

Dia mengulurkan tangannya untuk mematikan dering ponselnya dan melirik jam. Matanya langsung melebar melihat jam menunjukkan pukul setengah sembilan.

Dhara bangun dengan panik dan langsung merasakan rasa sakit luar biasa di pangkal pahanya. Dhara menunduk menatap kondisi tubuhnya dan langsung memucat melihat telanjang di bawah selimut.

Dhara buru-buru menarik selimut ke tubuhnya dan menatap ke samping panik. Seperti yang dia duga, seorang pria asing berbaring di sampingnya. Pria itu memiliki sosok tubuh yang kekar dan kulit sewarna gandum sehat. Wajahnya terbenam di bantal dan membelakangi Dhara hingga dia tidak bisa melihat wajah pria itu.

Dhara mengusap wajahnya yang pucat berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Semalam dia mengikuti ajakan teman-temannya untuk pertama kalinya melepaskan penat dengan clubing.

Tapi Dhara memiliki toleransi alkohol yang rendah. Setelah meneguk dua gelas, Dhara langsung mabuk dan tidak mengingat apa yang terjadi setelahnya.

“Dasar bodoh Dhara,” desis Dhara sangat ingin memukul kepalanya.  Lalu tiba-tiba dia tersentak.

“Gawat!” 

Dia ada rapat jam 10. Dia seharusnya bersiap-siap dua jam sebelum rapat. Dia sudah terlambat berangkat ke kantor dan masih harus mempersiapkan presentasi proposal yang sudah dia siapkan selama dua bulan.

Dhara panik mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan mengenakan pakaian dengan tergesa-gesa.

Tanpa melihat wajah pria yang menghabiskan satu malam bersamanya, Dhara tergesa-gesa keluar dari kamar penginapan club.

***

“Maaf, apa rapatnya sudah dimulai?” serunya dengan napas terengah-engah.

Dhara  berlari tergesa-gesa di lorong Hotel Alam Garden, tempat kerjanya. Dia memeluk tumpukkan dokumen  dan mengecek jam tangannya panik sebelum berhenti di depan sebuah ruangan dan mendapati pria berkacamata sedang menunggunya.

“Lama banget sih!” pria itu merebut dokumen di tangan di Dhara dengan kasar.

 “Di mana flashdisk-nya?” ketus pria itu mengulurkan tangannya di depan Dhara.

Dhara menyerahkan flashdisk di sakunya pada pria itu.

Pria itu mengambil dengan kasar dan masuk ke dalam ruang rapat tanpa mengucapkan terima kasih.

Setelah mengatur nafasnya, Dhara masuk ke dalam ruangan itu. Semua orang sudah berada di dalam ruangan dan di sekitar meja pertemuan. Ruangan itu cukup remang-remang hingga Dhara tidak bisa melihat wajah sebagian orang di dalam ruangan itu.

Entah kenapa Dhara merasa seseorang sedang memperhatikannya. Dia menoleh dan menatap sekeliling ruangan. Namun karena cahaya ruangan yang remang-remang dan selain wajah Pak Sarman, Dhara hampir tidak bisa melihat wajah semua orang di ruangan rapat.

“Di mana dokumen dan data presentasi?” Pak Sarman mendekati Dhara.

“Ini Pak Sarman,” kata Fahron menunjukkan dokumen dan flashdisk di tangannya.

Pak Sarman memandang lalu mengalihkan pandangannya pada Dhara.

 “Dhara, kamu yang harus melakukan presentasi. Karena lamaran ini karyamu.” 

Dhara terkejut. “Saya?”

“Ya, kamu yang membuat proposal ini dan kamu lebih tahu daripada aku. Jadi lakukan presentasi ini, cepat, jangan membuat atasan menunggu. Dan Fahron, bagikan dokumen-dokumen itu ke semua orang di meja.”

 Pak Sarman menyerahkan peta berisi pidato kemudian mendorong Dhara maju ke mimbar diikuti diikuti dengki dari Fahron.

Dhara didorong ke depan mimbar hampir mati lemas, tapi kemudian menenangkan dirinya dengan cepat.

Dhara tersenyum menghadap para atasan yang menghadiri pertemuan ini. Dia menunduk melihat lembaran kertas berisi pidato dan nama-nama atasan yang hadir dalam pertemuan rapat ini.

“Selamat siang, tuan-tuan sekalian. Perkenalkan, saya Dhara Widi Naraya, di sini saya akan berdiskusi mengenai Proyek Taman Air Hotel Alam Garden.”

“Yang terhormat bapak Baskara Djakaharto, CEO Djaka Group….” Dhara langsung membeku ketika membacakan nama itu dan memandang ke depan.

Matanya melebar menampilkan sosok pria yang duduk di kursi utama di hadapannya seolah-olah dialah bos di sini. Jantung Dhara membunyikan dua kali lipat saat mata mereka bertemu.

Wajah yang familier.

Baskara Djakaharto.

Pria itu ... kenapa dia ada di sini?

Wajah pria itu terlihat dalam cahaya layar presentasi menatap Dhara tanpa ekspresi.

“Dhara, sssttt….Dhara….”

Dhara tersentak dan mengalihkan ke samping.

Pak Sarman menatap cemas.

“Apa yang kamu lakukan? Cepat mulai presentasinya!” bisik Pak Sarman menegurnya.

“Ah… baik Pak, maafkan saya.” Dhara meringis dan meminta maaf. Dia dengan cepat menenangkan diri dan memulai presentasi. Dia berusaha mati-mati mengabaikan pria di depannya yang terang-terangan memperhatikannya.

Dhara melakukan presentasi dengan perasaan gusar, sebab, pria yang selama ini tidak pernah dijumpainya dan bahkan tidak terdengar kabarnya pun ada di hadapannya, menjadi pemimpin rapat pada pagi hari ini.

Tanpa terasa, Dhara menyelesaikan presentasinya dengan diiringi tepuk tangan bangga dari para hadirin yang datang ke rapat tersebut.

“Luar biasa Dhara, presentasimu sangat mengagumkan.”

Setelah rapat presentasi Pak Sarman memuji Dhara.

Dhara tersenyum sopan. “Terima kasih Pak Sarman. Semua berkat Bapak yang memberi saya kesempatan untuk mendiskusikan proposal saya.”

Nona Dhara….” Seseorang memanggil Dhara dari belakang.

Dhara berbalik dan melihat pria muda yang merupakan Direktur dari Hotel Alam Garden berdiri di belakangnya. Dhara saat menegangkan melihat Baskara di sebelah pria itu. 

“Nona Dhara … presentasimu luar biasa,” ujar Baskara menatap Dhara dengan tenang.

Dhara muncul mendengar Baskara menyebutkan namanya. Apa pria itu mengingatnya?

Apa yang dia ingat bagaimana dia dulu menghancurkan hatinya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status