Share

Part 6

Penulis: Miftahul Jannah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-22 18:52:13

Tangis si kecil membuat ramai suasana di rumah Wati dan Jaka. Sampai-sampai Jaka enggan pulang ke rumah istri pertamanya, begitu pula ibunya.

 

"Abang ngga boleh begitu! Abang harus pulang! Sudah waktunya Abang bersama istri pertama Abang." Ucap Wati. Jaka memeluk Wati dari belakang. Wati sedang menyusui si kecil. "Abang... Abang harus bersikap adil."

 

"Abang akan sangat merindukan kamu dan anak-anak kita. Abang masih ingin di samping Habibi." Jaka mengecup pipi Habibi, anaknya yang baru berusia dua bulan.

 

"Abang... Abang perginya cuma sepuluh hari."

 

"Abang akan sangat merindukan kalian." Jaka mengecup kening Wati.

 

*****

 

Jaka gelisah, tidak bisa tidur. Jam dinding menunjukkan pukul empat dini hari. Ini hari pertama dia bersama istri pertamanya. Seharian pikirannya disita oleh Habibi anak laki-lakinya.

 

"Ayah belum tidur?" Tanya Lintang istrinya.

 

"Iya Bunda."

 

"Mau bercinta sama Bunda? Bunda kan lama ngga disentuh Ayah." Lintang mendekatkan wajahnya ke wajah Jaka. Dinaikinya tubuh Jaka, sekarang tubuh Lintang menindih tubuh Jaka. "Bunda kangen sama Ayah. Kangeeeeen banget."

 

"Ayah juga kangen Bunda." Jawab Jaka tersenyum mencoba menyenangkan istrinya. Dikecupnya lembut bibir istrinya, kemudian bibir mereka saling bertautan. Sehelai demi sehelai pakaian yang dikenakan jatuh ke lantai. Jaka dan Lintang sembunyi di balik selimut. Memadu kasih menikmati waktu menjelang pagi.

 

Jaka menatap Lintang yang tertidur pulas di sampingnya setelah bercinta. Air mata Jaka meleleh.

 

"Lintang, maafkan aku begitu jahat padamu. Kamu ibu dari Humaira anakku, itu lah yang membuatku tetap mempertahankanmu. Aku tau aku telah gagal membimbingmu menjadi istri shalehah. Maafkan aku menduakanmu. Maafkan aku tidak mencintaimu lagi." Batin Jaka.

 

*****

 

Jaka membawa Humaira jalan-jalan ke taman. Mereka hanya berdua. Jaka ingin memanfaatkan waktunya untuk bisa bersama anak perempuannya.

 

"Ayah, nenek kok ngga pulang-pulang?" Tanya Humaira polos.

 

"Nenek betah di sana sayang." Jawab Jaka sambil tersenyum. Dia teringat betapa bahagianya ibunya bisa menjadi nenek seutuhnya. Bahkan Wati hampir tidak diberi kesempatan memegang Habibi karena ibunya seperti punya mainan baru.

 

"Nenek ngga kangen Humaira ya Ayah? Humaira kangen sama nenek." Raut wajah Humaira menjadi muram.

 

"Sayang, kan ada nek Gita di rumah. Nenek di sana juga kangen kok sama Humaira. Tapi, Humaira kan tau, bunda dan nek Gita ngga suka kalau nek Ratna nelpon Humaira."

 

"Kenapa sih Yah bunda sama nek Gita jahat? Waktu itu nek Ratna mau bawa Humaira ke Rumah Sakit besuk kakek, tapi ngga dibolehin sama nek Gita dan bunda."

 

"Ke Rumah Sakit?" Jaka terperanjat. Jaka ingat waktu it ibunya bilang Humaira sedang tidur jadi tidak bisa di bawa. "Apa lagi ini Lintang?!!!" Geramnya dalam hati. "Humaira ayo kita pulang!!!" Jaka tidak sabar ingin minta penjelasan kepada Lintang.

 

*****

 

Jaka menemui Lintang yang sedang duduk santai di balkon lantai dua di depan kamarnya sambil membaca novel di temani segelas teh hangat. Jaka berusaha menahan emosinya. Matanya memerah dan basah.

 

"Ayah...!" Sambut Lintang hangat.

 

"Bunda, tolong jelaskan, apa ibuku pernah meminta Humaira untuk di bawa ke rumah sakit waktu ayahku dirawat?" Tangan Jaka mencengkram kuat senderan kursi yang ada di hadapan Lintang.

 

"I... Iya..." Jawab Lintang sedikit gugup.

 

"Lalu kenapa tidak diizinkan?" Jaka mulai meninggikan nada suaranya.

 

"E.. Itu... Itu... E Humaira tertidur."

 

"Jangan bohong!!!" Teriak Jaka. Kali ini kedua lengan atas Lintang dicengkram keras oleh Jaka.

 

"Sakit Ayah...!!! Sakit...!!!" Lintang meringis.

 

"Tega sekali kamu. Aku sebagai suamimu sudah sangat mengalah dengan semua sikapmu Lintang. Bahkan ketika ayahku keritis tak sekali pun kamu membesuk beliau, aku tetap diam Lintang, aku tetap diam. Karena apa? Karena kamu ibu dari anakku Lintang. Bahkan ketika ayahku masuk ke liang kubur, kamu tidak juga menemui beliau. Mau kamu apa Lintang?!!!" Teriak Jaka. Jaka sangat-sangat marah. Belum pernah Jaka semarah ini terhadap istrinya.

 

"Kamu tau? Ayah dan ibumu dari awal tidak suka denganku? Kamu pikir aku tidak tau? Rumah ini. Ya rumah yang kau bangun ini. Kamu pikir aku tidak tau kamu membangun rumah ini untuk perempuan yang bernama Wati. Perempuan yang menjadi cinta pertamamu." Lintang meledak-ledak.

 

"Iya, kamu benar Lintang, kamu benar. Rumah ini aku bangun sendiri dengan tetesan keringatku, dengan cinta yang dalam untuk cinta pertamaku. Tapi akhirmya aku menikah dengamu, perempuan yang tidak pernah mau menuruti apa kata-kataku. Perempuan yang selalu membantah kata-kata suaminya." Jaka semakin emosi.

 

"Lalu mau Ayah sekarang apa? Ayah mau kita pisah?" Tanya Lintang dengan nada menantang.

 

"Aku akan mengemasi barangku. Aku akan kembali ke lokasi sekarang juga. Humaira akan aku bawa!" Jaka sangat kesal. Dia masuk ke kamar dan mengambil tas ranselnya, mengemasi barang-barangnya.

 

"Kamu mau bawa Humaira ke sana? Siapa yang akan urus Humaira? Aku ibunya, aku yang paling tau dia." Teriak Lintang di hadapan Jaka.

 

"Kamu lupa ibuku masih ada di sana? Ibuku yang akan menjaga Humaira"

 

"Oke, bagus lah... Bawa Humaira anakmu itu. Aku tidak perlu repot-repot lagi mengurus anakmu yang manja itu." Ketus Lintang kemudian berlalu masuk kamar Humaira. Mengemasi barang-barang Humaira.

 

"Bunda, kita mau pergi kemana?"

 

"Kamu ikut sama Ayahmu!" Jawab Lintang dengan nada tinggi.

 

"Perginya sama Bunda kan?"

 

"Tidak."

 

"Kenapa?"

 

"Cukup Humaira! Tidak usah banyak tanya! Nanti nek Ratna yang rawat kamu di sana. Cepat ganti bajumu!" Lintang melemparkan baju ke arah Humaira. Humaira berlari ke luar kamar menuju kamar Jaka.

 

"Ayah... " Humaira memeluk kaki ayahnya. Dia sesenggukan." Bunda kenapa marah-marah?" Jaka menghela nafas panjang. Diambilnya posisi jongkok menghadap wajah gadis kecilnya, di usapnya air mata Humaira. Dipeluknya erat tubuh mungilnya. "Ayah... Humaira salah apa?"

 

"Humaira ngga salah apa-apa sayang. Ayah yang salah. Humaira mau kan ikut Ayah?"

 

"Bunda juga harus ikut!"

 

"Tidak bisa sayang. Ayah cuma bisa bawa kamu. Di sana nanti ada nenek yang jagain kamu. Di sana Humaira pasti senang karena banyak temannya. Mau kan ikut Ayah?" Jaka menatap lekat mata bulat gadis kecilnya. Humaira mengangguk pelan.

 

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kedua   Part 50 (End)

    Tiga bulan berlalu setelah kepergian Rendra. Wati sekarang sudah resmi menjadi istri Jaka secara hukum negara. Jaka sudah mendaftarkan pernikahannya melalui sidang isbat nikah di pengadilan agama. Jaka memutuskan untuk berhenti bekerja di Berau dan fokus kembali ke usaha toko phone cellnya bersama ibunya. Di samping itu Jaka juga membuka jasa service electronic , dia mempekerjakan dua karyawan. Sementara Wati, memulai kembali usaha cateringnya. Jaka mengajak Wati dan anak-anak tinggal di rumah yang pernah didiami Jaka bersama Lintang. Lintang bekerja di sebuah cafe di mall sebagai waitress. Humaira dititip dengan bu Gita yang membuka kios kecil-kecilan di depan kontrakannya. Beliau mendapat modal usaha dari Wati. Wati ingin Humaira tumbuh seperti anak-anaknya yang lain. "Bunda..." Teriak Humaira berlari ke arah Wati yang sore ini datang bersama Habibi dan Ad

  • Istri Kedua   Part 49

    Lintang datang ke rumah bu Lastri untuk menjemput Humaira. "Lintang, Aku harap Kamu bisa jaga baik-baik perasaan Humaira! Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang tuanya." Pinta Wati. "Iya. Apa mas Jaka sudah kembali ke Berau?" "Dia masih di sini, di rumah ibunya. Dia masih larut dalam emosi. Dia masih belum bisa terima kenyataan." Jawab Wati sedih. "Tolong sampaikan ma'afku pada mas Jaka." "Tentu, nanti akan Aku sampaikan." "Aku juga minta ma'af Wati, karena sudah menyakitimu." Ucap Lintang sambil menunduk. Wati mendekati Lintang. Kemudian memeluknya. "Lintang, Aku sudah lama mema'afkanmu. Sedikit pun Aku tidak membencimu. Sekarang, mulai lah hidupmu dengan baik! Hargai dirimu baik-baik! Jaga Humaira baik-baik! Sebenarnya Aku sangat ingin dia bersamaku. Dia pelengkap di keluarga kecil kami." Ucap Wati sambil tersenyum.

  • Istri Kedua   Part 48

    Seorang laki-laki terkulai lemas di atas tempat tidur pasien Rumah Sakit. Keadaan tubuhnya hanya tulang yang berbalut kulit putih pucat. Bu Lastri masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika mata beliau basah melihat keadaan laki-laki di hadapan beliau. Laki-laki yang beliau kenal dengan sosok tampan berbadan tinggi dan tegap. Bu Lastri hampir tidak mengenali mantan suami dari anaknya. Beliau tak bisa berkata-kata, hanya diam di hadapan Rendra. "Wati dan Aditya mana Bu?" Tanya Rendra dengan suara yang parau. "Aditya ada di luar. Wati... " Bu Lastri menghentikan ucapannya. Air mata beliau menetes. "Ma'af, Wati tidak bisa datang Rendra." "Rendra mengerti Bu kalau Wati tidak bisa mema'afkan Rendra." Ucap Rendra kecewa. "Bukan Rendra. Wati sudah mema'afkanmu. Wati bahkan sangat ingin membesukmu. Tapi... " Bu Lastri menghela nafas. "Suaminya tidak mengizinkan." "Apa Wati hi

  • Istri Kedua   Part 47

    Wati datang ke rumah bu Ratna. Bu Ratna bilang suaminya tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar. Wati masuk ke dalam kamar tanpa mengetok terlebih dahulu. Dilihatnya suaminya sedang melamun menatap ke luar jendela. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati. Jaka hanya diam. Dia sedang asyik dengan lamunannya.Wati mendekat. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati lagi, sambil meraih tangan suaminya kemudian menciumnya. "Wa'alaikumsalam." Jaka langsung memeluk Wati. "Kenapa Abang harus mengalami ini Wati?" "Bang, berhentilah larut dalam kesedihan! Berhenti dikuasai oleh amarah! Anak-anak perlu Abang." "Abang belum siap bertemu anak-anak dalam keadaan begini Wati. Abang tidak mau mereka melihat Abang sedang rapuh." "Sampai kapan Abang mau seperti ini? Sebentar lagi cuti Abang habis." "Sakit sekali rasanya. Memang Abang tidak punya perasaan cinta terhadap Lintang, tapi sejak d

  • Istri Kedua   Part 46

    Lintang dan bu Gita selesai mengemasi barangnya. Lintang mendekati Jaka untuk meminta ma'af dan berpamitan. "Jangan mendekat Lintang!!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bentak Jaka yang masih berada dalam dekapan Wati. Wati memberi isyarat pada Lintang supaya menuruti kata-kata Jaka. Bu Gita mengurungkan niatnya ingin berpamitan dengan Jaka. Bu Gita dan Lintang mendekati bu Ratna. Mereka bersimpuh di hadapan bu Ratna sambil menangis. "Ma'af kan kami Bu." Ucap Lintang sambil menangis. "Berdirilah!!!" Ibu menyuruh mereka bangkit. "Saya sudah mema'afkan kalian." "Terima kasih atas segala kebaikan Bu Ratna." Ucap bu Gita. Bu Ratna memeluk bu Gita. "Sekarang Ibu mau tinggal di mana?" Tanya bu Ratna. "Sementara di tempat tantenya Lintang saja Bu. Adik Lintang kan Saya titip di sana." "Syukurlah kalau Ibu punya tujuan. Ma'afkan atas

  • Istri Kedua   Part 45

    Jaka mengantar Wati dan anak-anak ke rumah ibu Wati. Jaka juga menitip Humaira. Bu Lastri nampak bingung karena mereka tidak jadi berangkat. Jaka lagi-lagi tidak banyak bicara, membuat Wati cemas. "Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri bingung. "Wati tidak tau Bu. Sepertinya tadi bang Jaka dapat pesan WA dari seseorang Bu. Tiba-tiba dia membatalkan penerbangan kami. Bahkan bang Jaka sampai membentak Wati." "Ibu jadi khawatir Wati." "Wati juga Bu." "Cepat kamu hubungi mertuamu! Kalau Jaka tidak kesana bisa dipastikan dia ketempat Lintang." "Apa mungkin Bu pesan itu dari orang yang sama yang mengirimi bu Ratna? Dari Dito. Wati jadi takut Bu." "Cepatlah!!! Biar bu Ratna bisa ambil tindakan." Wati menghubungi bu Ratna dan menceritakan semuanya. Bu Ratna sangat terkejut. Dia berusaha menutupi semuanya, tapi secepat ini akhirnya Jaka mengetahui semuanya. "Ibu akan minta temani Desi ke tempat Lintang. Sebaik

  • Istri Kedua   Part 44

    Bu Ratna menemui Lintang di rumah berlantai dua milik Jaka. Kali ini bu Ratna tidak datang sendiri, tapi ditemani Desi. Bu Ratna tidak ingin hal buruk terjadi lagi padanya. Lintang terkejut melihat kedatangan bu Ratna dengan keadaan segar bugar. Mata Lintang hampir melompat saat bu Ratna berdiri ketika Lintang menemuinya di ruang tamu. "Kenapa Lintang? Kamu terkejut?" Ucap bu Ratna. "Sudah syukur aku tidak membocorkan perselingkuhanmu dengan laki-laki itu. Lalu kenapa kamu mempersulit perceraianmu dengan Jaka? Apa yang kamu inginkan kali ini Lintang?" Tanya ibu penuh emosi. "Aku hanya ingin mas Jaka Bu. Aku sudah lama mengakhiri hubunganku dengan Dito." Jawab Lintang tak tau diri. "Kamu pikir aku percaya Lintang? Di otakmu itu hanya uang dan uang. Kamu mau rumah ini? Ambil!!! Ambil Lintang!!!" Ibu melempar sertifikat rumah ke arah Li

  • Istri Kedua   Part 43

    Jaka dan Lintang duduk di ruang Pengadilan Agama. Jaka sangat berharap Lintang tidak mempersulit proses perceraiannya. Ibu Ratna masih memilih menyembunyikan kesembuhannya dari semuanya. Hanya Desi yang mengetahui. Bagi bu Ratna, Jaka bisa lepas dari Lintang itu sudah cukup. Karena bu Ratna memikirkan perasaan bu Gita dan Himaira kalau sampai Jaka memenjarakan Lintang. Hari ini sidang pertama, adalah sidang mediasi. Di ruang sidang Lintang bersikeras tidak ingin bercerai. "Saya tau suami Saya sudah menikah lagi tanpa seizin Saya. Dia lebih mencintai istri keduanya Pak. Makanya dia ingin menceraikan Saya. Bahkan dia tega memukul Saya." Ucap Lintang sambil berderai air mata untuk mendapatkan simpati dari Hakim. "Apa benar itu Pak Jaka?" Tanya Hakim. "Iya itu benar Pak. Saya memukulnya karena refleks Pak. Dia selalu menghina istri muda

  • Istri Kedua   Part 42

    Jaka tiba di Rumah Sakit. Dilihatnya Wati masih terbaring lemas. Wajahnya lebam. Jaka mengecup Wajah istrinya. "Apa Lintang yang melakukannya?" Tanya Jaka. "Sudah lah Mas, yang penting aku baik-baik saja." "Bagaimana mungkin kamu bisa bilang baik-baik saja? Kamu tau betapa paniknya Abang mendengar kamu pingsan?" Jaka menggenggam erat tangan Wati. "Abang jangan marahi Lintang ya! Anggap saja tidak terjadi apa-apa." "Abang tidak janji Wati. Bagaimana mungkin Abang diam saja wanita yang Abang cintai disakiti." "Sebaiknya Abang cepat pulang ke rumah ibu Abang, lihat keadaan ibu." "Ibu kenapa? Desi tidak bicara apa-apa tentang ibu." Jaka terkejut. "Wati tidak tau karena Wati pingsan. Tapi Wati

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status