Humaira tertidur di dalam pelukan Jaka. Diletakkannya Humaira di atas kasur dalam kamar bu Ratna. Di tatapnya gadis kecil itu. Gadis kecil yang tidak berdosa. Air mata Jaka jatuh."Jaka, apa yang terjadi?" Ibu Ratna mengagetkan Jaka. Buru-buru Jaka mengusap air matanya. "Bagaimana bisa Humaira kamu bawa ke sini?""Jaka ribut sama Lintang Bu.""Tapi, apa harus kamu memisahkan Humaira dengan ibunya? Walau bagaimana Lintang itu ibunya, yang melahirkannya. Apa kamu tidak kasian pada Lintang dan Humaira?""Jaka tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Lintang Bu. Jaka lelah Bu." Jaka memeluk erat kaki ibunya. Tangisnya pecah."Humaira akan kebingungan saat dia terbangun nanti Jaka. Akan ada banyak pertanyaan dipikirannya. Anak sekecil ini tidak seharusnya merasakan kebingungan Jaka.""Jaka minta maaf atas sikap Li
"Ibu, Siapa perempuan yang tinggal dengan Mas Jaka di sana?" Tanya Lintang ke ibu Ratna."Tentu saja istri sahnya." Jawab bu Ratna sedikit emosi."Apa maksud Ibu? Jadi selama ini mas Jaka membohongi aku? Selama ini dia punya istri selain aku? Sejak kapan Bu? Sejak kapan?" Lintang sangat marah."Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada Jaka?""Aku tidak mau ribut di telepon dengan mas Jaka. Tolong jawab aku Bu!!!""Jaka menikah lagi dua tahun yang lalu.""Jadi Ibu merestui anak Ibu selingkuh dari aku?""Seandainya aku bisa menyuruh Jaka menceraikanmu, aku akan menyuruhnya menceraikanmu Lintang." Jawab bu Ratna kesal."Aku tau, dari awal Jaka mengenalkanku pada Ibu dan Bapak, Kalian tidak suka padaku. Aku tau rumah yang aku tempati itu Jaka bangun untuk Wa
Lintang gelisah menunggu Dito di Cafe yang tidak jauh dari rumahnya. Bolak-balik dilihatnya layar di Handphone IPhone 11 Pro berwarna putih miliknya, menunggu pesan dari Dito, karena tidak biasanya Dito terlambat."Kemana mas Dito? Tidak biasanya dia membuat aku menunggu selama ini." Batin Lintang."Sayang, maaf aku datang terlambat." Suara Dito mengagetkan Lintang. Laki-laki berkulit kuning langsat, berwajah tampan, dengan tinggi 175 cm dan berat 75 kg. Dito mengenakan kemeja lengan pendek berwarna biru tua dan celana berbahan jeans berwarna biru muda."Kenapa lama sekali?" Rengek Lintang."Macet sayang. Kan ini malam Minggu.""Iya... Iya..." Jawab Lintang merajuk."Kamu juga ngga kaya biasanya pake ngga mau dijemput segala.""Kan Lintang sudah jelaskan ke mas alasannya."
Lintang uring-uringan di dalam kamarnya. Dia kesal karena Dito tidak membalas pesannya, bahkan telepon darinya pun tidak diangkat."Apa sih maunya mas Dito? Apa dia benar-benar mau melepasku? Mau hidup pakai apa dia kalau tidak dapat uang dari aku?" Kesal Lintang."Bunda... " Teriak Humaira mendekati Lintang yang sedang kesal."Mau apa ke sini?" Tanya Lintang kesal."Bunda kenapa marah?" Wajah Humaira yang tadinya ceria berubah jadi sedih."Keluar sana, jangan ganggu Bunda!!!" Teriak Lintang. Humaira langsung berlari keluar, dia sesenggukan."Ada apa sayang?" Tanya bu Gita neneknya."Bunda... Marahin Humaira nek... padahal Humaira... Humaira... Humaira ngga tau salah apa." Jawabnya terputus-putus sembari terus menangis sesenggukan."Jangan nangis lagi y
Jaka duduk di tepi ranjang, dia nampak gelisah ingin mengungkapkan maksud kedatangannya kepada Lintang. Lintang sedang berada di kamar mandi membersihkan diri.Lintang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan Lingerie berwarna ungu tua, dengan belahan dada sampai ke perutnya. Warna lingerie itu kontras dengan warna kulitnya. Jaka tertegun melihat keseksian Lintang. Lintang langsung menyambar bibir Jaka. Jaka beku dibuatnya."Ayah... Ayah kok diam?" Tanya Lintang lembut. Wangi parfum yang dipakai Lintang sangat menggoda Jaka. Wangi parfum favoritnya. Jaka masih beku. "Ayah... Bunda kangen bercinta sama Ayah. Ayah tidak kangen sama Bunda?""Bunda... Maaf. Ayah ingin bicara serius." Jaka berusaha tersadar. Walau pun celananya sudah penuh sesak."Bicaranya nanti saja ya Yah." Lintang melepaskan satu persatu kancing kemeja yang dipakai Jaka. Lintang duduk di pangkuan Jaka
Wati dan karyawatinya menyiapkan warung makan yang ada di depan rumahnya. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Semua meja dan kursi sudah tertata rapi. Makanan untuk prasmanan sudah siap di atas meja."Wati!" Panggil seorang laki-laki yang memasuki warungnya. Laki-laki berbadan tinggi 168cm berat 60kg, berkulit putih, berwajah tampan. Dua orang karyawati Wati terpana melihat ketampanan laki-laki yang baru saja memanggil Wati. Sedangkan Wati terdiam membisu. Jantungnya serasa terhenti berdetak. "Boleh aku bicara berdua sama kamu?""Mau apa ke sini?" Tanya Wati gugup."Aku pindah kerja di sini Wati. Suatu kebetulan sekali. Aku sangat merindukan anak kita. Orang tuaku apa lagi. Kenapa kamu tinggal jauh dari kampung halamanmu?"Dua karyawati Wati saling pandang, dan kemudian mereka menjauh dari Wati. Mereka tetap memperhatikan Wati takut sesuatu terjadi, karena Jaka belum p
"Baik, Mas Jaka akan segera pulang." Terlihat kepanikan diwajah Jaka saat menerima telepon dari Rama adiknya."Ada apa Bang?" Tanya Wati cemas."Ibu opname, kata Rama jatuh dari tangga rumah Abang.""Kok bisa Bang?""Ntah lah. Abang mau hubungi Lintang dulu, mau tau apa yang terjadi." Jaka mencoba menghubungi Lintang, tapi tidak ada respon. Jaka semakin gelisah."Sebaiknya abang siap-siap pulang. Yang penting sekarang Abang cepat jagain Ibu. Tolong nanti Abang kasih kabar ke Wati ya Bang! Sebentar Wati siapkan bawaan Abang." Wati bergegas masuk kamar. Jaka mengikuti Wati."Wati, apa kamu tidak ingin ikut?" Tanya Jaka hati-hati."Apa Wati dan anak-anak boleh ikut Bang?" Jaka mengangguk. Wati pun menyiapkan keperluannya dan anaknya.***** 
Tahun 2005Jaka mengikuti acara reuni SMP di Rumah Makan Subur Group di dekat Bandara Syamsuddin Noor. Kebetulan dia sedang cuti bekerja. Jaka bekerja di perusahaan tambang ternama di Tanjung Kalimantan Selatan. Dia datang lebih awal, karena ingin melihat Wati."Kamu dari tadi matanya ke pintu masuk terus Jaka. Kamu lagi nunggu siapa?" Tanya Sony teman SMPnya mengagetkannya."Bukan begitu Son. Kamu kan tau, ini pertama kalinya aku ikut reuni sekolah, jadi ya pengen liat teman-teman kita setelah lama ngga ketemu.""Jangan-jangan kamu mau cari istri!" Goda Sony."Hah?!" Jaka kaget mendengar pernyataan Sony."Banyak kok yang belum nikah, suka pilih kamu. Apa lagi kamu kan sekarang lumayan mapan, aku yakin cewek-cewek pada mau sama kamu.""Rini ikut ngga Son?"