Share

Part 5

last update Last Updated: 2021-06-22 18:51:32

"Abang... Wati keluar air terus Bang." Beritahu Wati ke Jaka yang baru pulang dari Masjid untuk shalat subuh.

 

"Maksudnya?" Jaka terkejut.

 

"Mau lahiran Bang."

 

"Ya sudah, ayo berangkat." Jaka langsung menggandeng Wati menuju mobil.

 

"Abang, tunggu dulu!"

 

"Ada apa lagi sayang?" Jaka terlihat panik.

 

"Ibu dan Adit. Tas juga Bang."

 

"Iya... Iya... Kamu masuk mobil aja dulu!" Wati pun menuruti perintah Jaka. Jaka kebingungan apa yang mau dia lakukan. Dia mondar-mandir di depan mobil.

 

"Abang!!! Abang kok malah mondar-mandir?" Jaka tidak menoleh sedikit pun. Wati akhirnya keluar dari mobil. Dia berdiri tepat di hadapan Jaka. "Abang...!!!"

 

"Ma'af... Ma'af... Abang bingung Wati."

 

"Ya sudah, Abang tunggu di sini! Wati masih kuat kok jalan." Wati pergi ke kamar ibunya dan ibu Jaka. "Tok!!! Tok!!! Tok!!!" Wati mengetuk pintu kamar. "Bu!!!" Panggil Wati dari luar. Ibu Ratna membuka pintu. "Ibu, kayanya Wati sudah mau lahiran."

 

"Jaka mana?" Tanya ibu Ratna.

 

"Di depan."

 

"Pasti panik dia."

 

"Iya Bu."

 

"Biar Ibu yang nyiapin ya. Kamu tunggu di mobil saja. Jangan banyak gerak!"

 

"Iya Bu."

 

Ibu Ratna mengambil alih kemudi. Beliau tidak percaya kepada anaknya yang lagi panik untuk menyetir. Wati dan Jaka duduk di jok bagian belakang. Sementara ibu Lastri ibunya Wati duduk di depan sambil memangku Adit.

 

"Sakit ya Sayang?" Tanya Jaka sambil mengelus-ngelus perut Wati.

 

"Iya sakit." Wati meringis.

 

*****

 

Wati terbaring di meja bersalin. Wati menggenggam erat tangan Jaka. Jaka memeluk kepala istrinya dan terus mengecup kening Wati. Baru pembukaan satu setibanya mereka di sana. Ketuban sudah pecah, Wati terpaksa diinduksi setelah satu jam tidak ada kemajuan, karena air ketuban sudah merembes.

 

"La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazzhalimin" Ucap Wati berulang-ulang di setiap tarikan nafasnya.

 

Do'a Nabi Yunus ketika di dalam perut ikan nun atau ikan paus, yang artinya : "Tidak ada Tuhan yang sebenarnya disembah melainkan Engkau, ya Allah. 

Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah dari orang yang membuat zalim."

 

"Sayang yang kuat ya!!! Yang kuat!!!" Bisik Jaka di telinga Wati. Sesekali di lapnya keringat yang mengalir dari kening istrinya.

 

Wati berusaha semaksimal mungkin. Berulang kali dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya. "Eeeuuuh..." Teriak Wati.

 

"Terus Bu!!! Terus!!! Sedikit lagi!" Bidan memberi semangat.

 

Badan Wati mulai lemas karena seharian dia tidak makan. Jam dinding di ruang bersalin menunjukkan pukul tiga sore. Sudah enam jam Wati ada di meja bersalin ini.

 

"Sayang... Sedikit lagi sayang. Semangat sayang! Semangat!!!" Bisik Jaka membuat Wati kembali bersemangat.

 

"Oweeee... Oweeee... Oweeee... " Tangis pertama anak Jaka dan Wati. Bayi mungil berkulit bersih itu langsung di letakkan bidan di atas dada Wati untuk melakukan inisiasi menyusui dini. Jaka dan Wati tersenyum lega. Wati yang tadi lemas menjadi lupa akan segala sakit yang baru iya rasakan. Air mata haru mengalir dari sudut mata Wati dan Jaka.

 

"Alhamdulillah... " Ucap mereka berbarengan.

 

"Kulitnya bagus seperti kamu sayang." Jaka mengecup pipi bayinya yang sedang menyusui.

 

Kemudian bidan mengambil bayi mereka untuk dibersihkan. Usai dibersihkan Jaka mengumandangkan Adzan di telinga bayinya. Air mata haru tak kuasa Jaka tahan. Dia begitu bahagia dengan kelahiran anak keduanya ini. Dikecupnya kening dan bibir anaknya. Di peluknya penuh kasih sayang.

 

"Jaka, Ibu mau gendong cucu Ibu." Bu Ratna mendekati Jaka. Sementara bu Lastri membantu Wati mengganti pakaian.

 

"Iya Bu. Awas ya anak Jaka lecet sama lipstik Ibu!" Goda Jaka. Ibu meraih bayi mungil itu. Air mata ibu langsung mengalir. Dikecup-kecup ibu wajah bayi mungil itu.

 

"Andai bapakmu masih ada Jaka. Pasti dia bahagia sekali."

 

"Maaf ya Bu, ketika Humaira lahir, Ibu dan bapak tidak bisa menggendong Humaira." Jaka merasa bersalah.

 

*****

 

Ketika Humaira lahir, Humaira tidak lepas dari ibu mertua Jaka. Ibu Ratna dan suaminya hanya boleh melihatnya tanpa menyentuhnya. Bahkan hingga Humaira besar pun mereka tidak bisa leluasa bersama cucu pertama mereka.

 

Ibu Ratna masih ingat di waktu-waktu terakhir suaminya, suaminya masih belum bisa sehari pun bersama cucunya.

 

"Ibu, apa Humaira tidak bisa dibawa ke sini? Bapak rindu pada Humaira." Ucap bapak saat terbaring di RS karena terkena serangan jantung. Ibu hanya diam tidak berucap apa-apa.  "Ibu, suruh Jaka bawa Humaira ke sini! Bapak rindu pada Humaira." Pinta bapak.

 

"Iya Pak." Kemudian ibu menelepon Jaka. "Nak, bisa bawa Humaira ke sini?"

 

"Baik Bu." Jawab Jaka singkat.

 

Ibu Ratna tau pasti Jaka tidak akan bisa membawa Humaira ke sini. Ibu mertuanya pasti melarang Humaira dibawa ke RS. Beberapa hari yang lalu ibu Ratna sampai memohon-mohon agar ibu mertua Jaka mengizinkannya membawa Humaira ke RS, karena suaminya terus-terusan menanyakan cucu pertamanya. Namun, hasilnya nihil.

 

"Ibu Ratna, Rumah Sakit itu banyak virus dan bakteri. Saya tidak mau Humaira terjangkit penyakit aneh-aneh di sana." Tolak bu Gita ibu dari Lintang.

 

"Ibu, suami Saya di rawat di ruang VIP bukan di bangsal. Saya juga tidak akan lama membawa Humaira. Saya mohon Bu!"

 

"Tidak bisa! Kalau Humaira sakit nanti Saya yang repot. Jangan berkhayal Ibu bisa membawa keluar Humaira dari rumah ini!" Ketus bu Gita.

 

"Saya mohon Bu! Saya takut usia suami saya tidak akan lama lagi. Saya mohon!" Bu Ratna sampai berlutut di hadapan bu Gita. Tapi bu Gita malah meninggalkannya ke kamar kemudian mengunci rapat pintu kamar. Bu Ratna menangis terisak. "Ya Allah, kenapa besanku jahat sekali?" Bu Ratna teringat suaminya yang terus-terusan menyebut nama Humaira ketika sedang tidak sadar. "Bapak, bertahanlah!" Gumam bu Ratna. Bu Ratna keluar dari rumah itu dengan rasa sangat kecewa. Humaira dan Lintang sedang sembunyi di dalam kamar, tidak diizinkan bu Gita menemui bu Ratna.

 

Bu Ratna diam di depan ruang VIP perawatan pak Santoso ayahnya Jaka. Bu Ratna mengingat kata-kata dokter yang mengatakan hidup suaminya mungkin tidak akan bertahan lama. Air mata bu Ratna kembali mengalir. Ada sesak di dada beliau. Setelah lima belas menit, bu Ratna mencoba menata hatinya, menyeka sisa-sisa air matanya seblum masuk ke ruangan.

 

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
yg salah anak mu si jaka yg lemah seperti kerupuk dan g bisa mendidik istri.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kedua   Part 50 (End)

    Tiga bulan berlalu setelah kepergian Rendra. Wati sekarang sudah resmi menjadi istri Jaka secara hukum negara. Jaka sudah mendaftarkan pernikahannya melalui sidang isbat nikah di pengadilan agama. Jaka memutuskan untuk berhenti bekerja di Berau dan fokus kembali ke usaha toko phone cellnya bersama ibunya. Di samping itu Jaka juga membuka jasa service electronic , dia mempekerjakan dua karyawan. Sementara Wati, memulai kembali usaha cateringnya. Jaka mengajak Wati dan anak-anak tinggal di rumah yang pernah didiami Jaka bersama Lintang. Lintang bekerja di sebuah cafe di mall sebagai waitress. Humaira dititip dengan bu Gita yang membuka kios kecil-kecilan di depan kontrakannya. Beliau mendapat modal usaha dari Wati. Wati ingin Humaira tumbuh seperti anak-anaknya yang lain. "Bunda..." Teriak Humaira berlari ke arah Wati yang sore ini datang bersama Habibi dan Ad

  • Istri Kedua   Part 49

    Lintang datang ke rumah bu Lastri untuk menjemput Humaira. "Lintang, Aku harap Kamu bisa jaga baik-baik perasaan Humaira! Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang tuanya." Pinta Wati. "Iya. Apa mas Jaka sudah kembali ke Berau?" "Dia masih di sini, di rumah ibunya. Dia masih larut dalam emosi. Dia masih belum bisa terima kenyataan." Jawab Wati sedih. "Tolong sampaikan ma'afku pada mas Jaka." "Tentu, nanti akan Aku sampaikan." "Aku juga minta ma'af Wati, karena sudah menyakitimu." Ucap Lintang sambil menunduk. Wati mendekati Lintang. Kemudian memeluknya. "Lintang, Aku sudah lama mema'afkanmu. Sedikit pun Aku tidak membencimu. Sekarang, mulai lah hidupmu dengan baik! Hargai dirimu baik-baik! Jaga Humaira baik-baik! Sebenarnya Aku sangat ingin dia bersamaku. Dia pelengkap di keluarga kecil kami." Ucap Wati sambil tersenyum.

  • Istri Kedua   Part 48

    Seorang laki-laki terkulai lemas di atas tempat tidur pasien Rumah Sakit. Keadaan tubuhnya hanya tulang yang berbalut kulit putih pucat. Bu Lastri masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika mata beliau basah melihat keadaan laki-laki di hadapan beliau. Laki-laki yang beliau kenal dengan sosok tampan berbadan tinggi dan tegap. Bu Lastri hampir tidak mengenali mantan suami dari anaknya. Beliau tak bisa berkata-kata, hanya diam di hadapan Rendra. "Wati dan Aditya mana Bu?" Tanya Rendra dengan suara yang parau. "Aditya ada di luar. Wati... " Bu Lastri menghentikan ucapannya. Air mata beliau menetes. "Ma'af, Wati tidak bisa datang Rendra." "Rendra mengerti Bu kalau Wati tidak bisa mema'afkan Rendra." Ucap Rendra kecewa. "Bukan Rendra. Wati sudah mema'afkanmu. Wati bahkan sangat ingin membesukmu. Tapi... " Bu Lastri menghela nafas. "Suaminya tidak mengizinkan." "Apa Wati hi

  • Istri Kedua   Part 47

    Wati datang ke rumah bu Ratna. Bu Ratna bilang suaminya tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar. Wati masuk ke dalam kamar tanpa mengetok terlebih dahulu. Dilihatnya suaminya sedang melamun menatap ke luar jendela. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati. Jaka hanya diam. Dia sedang asyik dengan lamunannya.Wati mendekat. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati lagi, sambil meraih tangan suaminya kemudian menciumnya. "Wa'alaikumsalam." Jaka langsung memeluk Wati. "Kenapa Abang harus mengalami ini Wati?" "Bang, berhentilah larut dalam kesedihan! Berhenti dikuasai oleh amarah! Anak-anak perlu Abang." "Abang belum siap bertemu anak-anak dalam keadaan begini Wati. Abang tidak mau mereka melihat Abang sedang rapuh." "Sampai kapan Abang mau seperti ini? Sebentar lagi cuti Abang habis." "Sakit sekali rasanya. Memang Abang tidak punya perasaan cinta terhadap Lintang, tapi sejak d

  • Istri Kedua   Part 46

    Lintang dan bu Gita selesai mengemasi barangnya. Lintang mendekati Jaka untuk meminta ma'af dan berpamitan. "Jangan mendekat Lintang!!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bentak Jaka yang masih berada dalam dekapan Wati. Wati memberi isyarat pada Lintang supaya menuruti kata-kata Jaka. Bu Gita mengurungkan niatnya ingin berpamitan dengan Jaka. Bu Gita dan Lintang mendekati bu Ratna. Mereka bersimpuh di hadapan bu Ratna sambil menangis. "Ma'af kan kami Bu." Ucap Lintang sambil menangis. "Berdirilah!!!" Ibu menyuruh mereka bangkit. "Saya sudah mema'afkan kalian." "Terima kasih atas segala kebaikan Bu Ratna." Ucap bu Gita. Bu Ratna memeluk bu Gita. "Sekarang Ibu mau tinggal di mana?" Tanya bu Ratna. "Sementara di tempat tantenya Lintang saja Bu. Adik Lintang kan Saya titip di sana." "Syukurlah kalau Ibu punya tujuan. Ma'afkan atas

  • Istri Kedua   Part 45

    Jaka mengantar Wati dan anak-anak ke rumah ibu Wati. Jaka juga menitip Humaira. Bu Lastri nampak bingung karena mereka tidak jadi berangkat. Jaka lagi-lagi tidak banyak bicara, membuat Wati cemas. "Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri bingung. "Wati tidak tau Bu. Sepertinya tadi bang Jaka dapat pesan WA dari seseorang Bu. Tiba-tiba dia membatalkan penerbangan kami. Bahkan bang Jaka sampai membentak Wati." "Ibu jadi khawatir Wati." "Wati juga Bu." "Cepat kamu hubungi mertuamu! Kalau Jaka tidak kesana bisa dipastikan dia ketempat Lintang." "Apa mungkin Bu pesan itu dari orang yang sama yang mengirimi bu Ratna? Dari Dito. Wati jadi takut Bu." "Cepatlah!!! Biar bu Ratna bisa ambil tindakan." Wati menghubungi bu Ratna dan menceritakan semuanya. Bu Ratna sangat terkejut. Dia berusaha menutupi semuanya, tapi secepat ini akhirnya Jaka mengetahui semuanya. "Ibu akan minta temani Desi ke tempat Lintang. Sebaik

  • Istri Kedua   Part 44

    Bu Ratna menemui Lintang di rumah berlantai dua milik Jaka. Kali ini bu Ratna tidak datang sendiri, tapi ditemani Desi. Bu Ratna tidak ingin hal buruk terjadi lagi padanya. Lintang terkejut melihat kedatangan bu Ratna dengan keadaan segar bugar. Mata Lintang hampir melompat saat bu Ratna berdiri ketika Lintang menemuinya di ruang tamu. "Kenapa Lintang? Kamu terkejut?" Ucap bu Ratna. "Sudah syukur aku tidak membocorkan perselingkuhanmu dengan laki-laki itu. Lalu kenapa kamu mempersulit perceraianmu dengan Jaka? Apa yang kamu inginkan kali ini Lintang?" Tanya ibu penuh emosi. "Aku hanya ingin mas Jaka Bu. Aku sudah lama mengakhiri hubunganku dengan Dito." Jawab Lintang tak tau diri. "Kamu pikir aku percaya Lintang? Di otakmu itu hanya uang dan uang. Kamu mau rumah ini? Ambil!!! Ambil Lintang!!!" Ibu melempar sertifikat rumah ke arah Li

  • Istri Kedua   Part 43

    Jaka dan Lintang duduk di ruang Pengadilan Agama. Jaka sangat berharap Lintang tidak mempersulit proses perceraiannya. Ibu Ratna masih memilih menyembunyikan kesembuhannya dari semuanya. Hanya Desi yang mengetahui. Bagi bu Ratna, Jaka bisa lepas dari Lintang itu sudah cukup. Karena bu Ratna memikirkan perasaan bu Gita dan Himaira kalau sampai Jaka memenjarakan Lintang. Hari ini sidang pertama, adalah sidang mediasi. Di ruang sidang Lintang bersikeras tidak ingin bercerai. "Saya tau suami Saya sudah menikah lagi tanpa seizin Saya. Dia lebih mencintai istri keduanya Pak. Makanya dia ingin menceraikan Saya. Bahkan dia tega memukul Saya." Ucap Lintang sambil berderai air mata untuk mendapatkan simpati dari Hakim. "Apa benar itu Pak Jaka?" Tanya Hakim. "Iya itu benar Pak. Saya memukulnya karena refleks Pak. Dia selalu menghina istri muda

  • Istri Kedua   Part 42

    Jaka tiba di Rumah Sakit. Dilihatnya Wati masih terbaring lemas. Wajahnya lebam. Jaka mengecup Wajah istrinya. "Apa Lintang yang melakukannya?" Tanya Jaka. "Sudah lah Mas, yang penting aku baik-baik saja." "Bagaimana mungkin kamu bisa bilang baik-baik saja? Kamu tau betapa paniknya Abang mendengar kamu pingsan?" Jaka menggenggam erat tangan Wati. "Abang jangan marahi Lintang ya! Anggap saja tidak terjadi apa-apa." "Abang tidak janji Wati. Bagaimana mungkin Abang diam saja wanita yang Abang cintai disakiti." "Sebaiknya Abang cepat pulang ke rumah ibu Abang, lihat keadaan ibu." "Ibu kenapa? Desi tidak bicara apa-apa tentang ibu." Jaka terkejut. "Wati tidak tau karena Wati pingsan. Tapi Wati

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status