Share

Part 7

Penulis: Miftahul Jannah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-23 10:09:21

Humaira tertidur di dalam pelukan Jaka. Diletakkannya Humaira di atas kasur dalam kamar bu Ratna. Di tatapnya gadis kecil itu. Gadis kecil yang tidak berdosa. Air mata Jaka jatuh.

 

"Jaka, apa yang terjadi?" Ibu Ratna mengagetkan Jaka. Buru-buru Jaka mengusap air matanya. "Bagaimana bisa Humaira kamu bawa ke sini?"

 

"Jaka ribut sama Lintang Bu."

 

"Tapi, apa harus kamu memisahkan Humaira dengan ibunya? Walau bagaimana Lintang itu ibunya, yang melahirkannya. Apa kamu tidak kasian pada Lintang dan Humaira?"

 

"Jaka tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Lintang Bu. Jaka lelah Bu." Jaka memeluk erat kaki ibunya. Tangisnya pecah.

 

"Humaira akan kebingungan saat dia terbangun nanti Jaka. Akan ada banyak pertanyaan dipikirannya. Anak sekecil ini tidak seharusnya merasakan kebingungan Jaka."

 

"Jaka minta maaf atas sikap Lintang selama ini ke Ibu dan Bapak. Jaka minta maaf karena tidak bisa mendidik istri Jaka dengan baik."

 

"Jaka, Ibu dan bapak hanya ingin kamu bahagia. Jika kamu bisa bahagia bersama Lintang, kami tidak keberatan harus diabaikan oleh Lintang. Bagi kami kebahagian kamu yang terpenting Jaka."

 

"Kenapa Ibu tidak pernah cerita kalau dapat perlakuan buruk dari Lintang? Ntah apa lagi yang dilakukan Lintang saat Jaka tidak di sana? Maaf kan Jaka Bu. Maafkan Jaka."

 

"Berdirilah!!!" Ibu memegang kedua bahu Jaka, menyuruhnya beranjak. "Tidak perlu kamu meminta maaf. Seorang ibu akan selalu memaafkan anaknya Jaka. Seberat apa pun kesalahan anaknya. Dalam setiap Do'a, ibu selalu meminta agar kamu bahagia hidup bersama Lintang istrimu. Ibu tidak ingin mengacaukan rumah tanggamu dengan keluhan-keluhan Ibu tentang istrimu Jaka." Air mata ibu akhirnya tumpah. Ibu memeluk Jaka erat-erat.

 

*****

 

Wati menyiapkan makan malam. Sementara bu Ratna sedang asik dengan mainan barunya, yaitu si kecil Habibi. Aditya sedang menonton televisi bersama Jaka. Humaira masih terlelap di kamar.

 

"Abang, apa Humaira masih tidur?" Tanya Wati.

 

"Iya sayang."

 

"Sebaiknya Abang temani dia di kamar! Takut kalau terbangun dia akan terkejut Bang." Pinta Wati. Jaka langsung beranjak menuju kamar.

 

Sesampainya Jaka di dalam kamar, Humaira membuka matanya. Jaka mengusap lembut kening gadis kecilnya.

 

"Ayah... Humaira dimana?" Tanyanya bingung, sembari menatap ke sekeliling kamar.

 

"Humaira sudah sampai di rumah kontrakan Ayah. Humaira bangun ya, cuci muka lalu makan bersama Ayah." Jaka menggendong gadisnya menuju ke luar kamar. Humaira terkejut melihat begitu banyak orang di rumah itu.

 

"Ayah, kenapa ada banyak orang?" Humaira kebingungan melihat Wati, Aditya, bu Ratna dan Habibi.

 

"Nanti Ayah ceritakan sayang. Humaira cuci muka dulu ya sayang!"

 

Humaira tiba di meja makan. Ibu Ratna langsung mendekati Humaira. Humaira memeluk erat neneknya.

 

"Nenek kok ngga pulang-pulang?"

 

"Nenek tinggal di sini sayang."

 

"Mereka siapa Nek?" Bisik Humaira sambil menatap Wati dan Aditya.

 

"Nanti biar ayahmu yang jelaskan. Sekarang Humaira makan saja ya sayang. Nenek suapin."

 

*****

 

"Ayah, Humaira rindu bunda." Rengek Humaira kepada Jaka.

 

"Sayang, lusa Humaira pulang sama nenek ya!"

 

"Ayah dan adik Habibi ngga ikut?"

 

"Ayah kan kerja sayang. Adik Habibi akan tetap di sini bersama Ayah dan ibu Wati dan Aditya."

 

"Ayah, kenapa bukan ibu Wati saja yang jadi bunda Humaira?"

 

"Humaira suka sama ibu Wati?"

 

"Iya Ayah. Ibu Wati baik, tidak seperti bunda yang malas ngajak bermain Humaira."

 

"Kalau begitu, Humaira bisa panggil ibu Wati dengan sebutan bunda juga."

 

"Memangnya boleh Yah?"

 

"Iya boleh sayang. Ibu Wati pasti akan senang dipanggil bunda."

 

Humaira berlari ke dapur mendekati Wati yang sedang memasak. "Ibu, apa boleh Humaira panggil ibu, Bunda?" Wati tersenyum ke arah Humaira. Diambilnya posisi sejajar dengan Humaira. Dipeluknya erat Humaira. Butir-butir bening jatuh dari sudut mata Wati dan tangis Wati pun akhirnya pecah. "Ibu kenapa menangis? Ibu tidak suka ya Humaira panggil Bunda?" Tanya Humaira.

 

"Bunda menangis karena bahagia sayang. Mulai sekarang Humaira boleh panggil Bunda."

 

"Besok Humaira pulang sama nenek. Humaira pasti rindu bunda, dedek Habibi dan Aditya."

 

"Bunda juga pasti rindu Humaira." Dikecupnya kening Humaira.

 

*****

 

"Abang, apa abang siap menerima resikonya kalau istri Abang tau?"

 

"Sayang ngga usah pikirkan itu. Sebelum Abang menikah denganmu Abang sudah siap sayang." Jaka mengecup kening Wati.

 

"Wati takut." Jaka memeluk erat tubuh mungil istrinya. "Bagaimana kalau istri Abang minta Abang memilih?"

 

"Abang akan pilih kamu Wati." Jawab Jaka tegas.

 

"Abang... Abang harus pikirkan perasaan Humaira!"

 

"Abang sudah tidak sanggup mendidik istri Abang yang satu itu Wati." Jaka melepaskan pelukannya.

 

"Tapi dia tetap ibu dari anak Abang."

 

"Kamu pun ibu dari anak Abang Wati."

 

"Kalau Lintang Abang cerai, apa dia bisa mandiri? Sedangkan selama ini dia dan keluarganya sangat mengandalkan Abang."

 

"Ntah lah Wati. Abang tidak memikirkan itu.  Tapi jangan suruh Abang meninggalkan kamu Wati! Abang tidak akan mau."

 

"Mungkin memang tak seharusnya Wati menerima pinangan Abang." Wati menangis.

 

"Apa kamu menyesal?" Mata Jaka basah. "Kalau ada yang harus disalahkan, Abang lah orangnya Wati, bukan Kamu. Percayakanlah semuanya pada Abang. Abang akan urus permasalahan Abang dengan Lintang tanpa harus melibatkan Kamu apa lagi anak-anak. Anak-anak perlu ibu yang bahagia. Abang tidak mau Kamu bersedih. Abang mencintai Kamu Wati." Jaka kembali memeluk Wati. Wati menangis terisak.

 

"Ya, Allah... Hamba percaya Engkau selalu berikan yang terbaik buat hamba." Batin Wati.

 

*****

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Kedua   Part 50 (End)

    Tiga bulan berlalu setelah kepergian Rendra. Wati sekarang sudah resmi menjadi istri Jaka secara hukum negara. Jaka sudah mendaftarkan pernikahannya melalui sidang isbat nikah di pengadilan agama. Jaka memutuskan untuk berhenti bekerja di Berau dan fokus kembali ke usaha toko phone cellnya bersama ibunya. Di samping itu Jaka juga membuka jasa service electronic , dia mempekerjakan dua karyawan. Sementara Wati, memulai kembali usaha cateringnya. Jaka mengajak Wati dan anak-anak tinggal di rumah yang pernah didiami Jaka bersama Lintang. Lintang bekerja di sebuah cafe di mall sebagai waitress. Humaira dititip dengan bu Gita yang membuka kios kecil-kecilan di depan kontrakannya. Beliau mendapat modal usaha dari Wati. Wati ingin Humaira tumbuh seperti anak-anaknya yang lain. "Bunda..." Teriak Humaira berlari ke arah Wati yang sore ini datang bersama Habibi dan Ad

  • Istri Kedua   Part 49

    Lintang datang ke rumah bu Lastri untuk menjemput Humaira. "Lintang, Aku harap Kamu bisa jaga baik-baik perasaan Humaira! Dia masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang tuanya." Pinta Wati. "Iya. Apa mas Jaka sudah kembali ke Berau?" "Dia masih di sini, di rumah ibunya. Dia masih larut dalam emosi. Dia masih belum bisa terima kenyataan." Jawab Wati sedih. "Tolong sampaikan ma'afku pada mas Jaka." "Tentu, nanti akan Aku sampaikan." "Aku juga minta ma'af Wati, karena sudah menyakitimu." Ucap Lintang sambil menunduk. Wati mendekati Lintang. Kemudian memeluknya. "Lintang, Aku sudah lama mema'afkanmu. Sedikit pun Aku tidak membencimu. Sekarang, mulai lah hidupmu dengan baik! Hargai dirimu baik-baik! Jaga Humaira baik-baik! Sebenarnya Aku sangat ingin dia bersamaku. Dia pelengkap di keluarga kecil kami." Ucap Wati sambil tersenyum.

  • Istri Kedua   Part 48

    Seorang laki-laki terkulai lemas di atas tempat tidur pasien Rumah Sakit. Keadaan tubuhnya hanya tulang yang berbalut kulit putih pucat. Bu Lastri masuk ke dalam ruangan tersebut. Seketika mata beliau basah melihat keadaan laki-laki di hadapan beliau. Laki-laki yang beliau kenal dengan sosok tampan berbadan tinggi dan tegap. Bu Lastri hampir tidak mengenali mantan suami dari anaknya. Beliau tak bisa berkata-kata, hanya diam di hadapan Rendra. "Wati dan Aditya mana Bu?" Tanya Rendra dengan suara yang parau. "Aditya ada di luar. Wati... " Bu Lastri menghentikan ucapannya. Air mata beliau menetes. "Ma'af, Wati tidak bisa datang Rendra." "Rendra mengerti Bu kalau Wati tidak bisa mema'afkan Rendra." Ucap Rendra kecewa. "Bukan Rendra. Wati sudah mema'afkanmu. Wati bahkan sangat ingin membesukmu. Tapi... " Bu Lastri menghela nafas. "Suaminya tidak mengizinkan." "Apa Wati hi

  • Istri Kedua   Part 47

    Wati datang ke rumah bu Ratna. Bu Ratna bilang suaminya tidak mau makan dan hanya mengurung diri di kamar. Wati masuk ke dalam kamar tanpa mengetok terlebih dahulu. Dilihatnya suaminya sedang melamun menatap ke luar jendela. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati. Jaka hanya diam. Dia sedang asyik dengan lamunannya.Wati mendekat. "Assalamu'alaikum." Ucap Wati lagi, sambil meraih tangan suaminya kemudian menciumnya. "Wa'alaikumsalam." Jaka langsung memeluk Wati. "Kenapa Abang harus mengalami ini Wati?" "Bang, berhentilah larut dalam kesedihan! Berhenti dikuasai oleh amarah! Anak-anak perlu Abang." "Abang belum siap bertemu anak-anak dalam keadaan begini Wati. Abang tidak mau mereka melihat Abang sedang rapuh." "Sampai kapan Abang mau seperti ini? Sebentar lagi cuti Abang habis." "Sakit sekali rasanya. Memang Abang tidak punya perasaan cinta terhadap Lintang, tapi sejak d

  • Istri Kedua   Part 46

    Lintang dan bu Gita selesai mengemasi barangnya. Lintang mendekati Jaka untuk meminta ma'af dan berpamitan. "Jangan mendekat Lintang!!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!" Bentak Jaka yang masih berada dalam dekapan Wati. Wati memberi isyarat pada Lintang supaya menuruti kata-kata Jaka. Bu Gita mengurungkan niatnya ingin berpamitan dengan Jaka. Bu Gita dan Lintang mendekati bu Ratna. Mereka bersimpuh di hadapan bu Ratna sambil menangis. "Ma'af kan kami Bu." Ucap Lintang sambil menangis. "Berdirilah!!!" Ibu menyuruh mereka bangkit. "Saya sudah mema'afkan kalian." "Terima kasih atas segala kebaikan Bu Ratna." Ucap bu Gita. Bu Ratna memeluk bu Gita. "Sekarang Ibu mau tinggal di mana?" Tanya bu Ratna. "Sementara di tempat tantenya Lintang saja Bu. Adik Lintang kan Saya titip di sana." "Syukurlah kalau Ibu punya tujuan. Ma'afkan atas

  • Istri Kedua   Part 45

    Jaka mengantar Wati dan anak-anak ke rumah ibu Wati. Jaka juga menitip Humaira. Bu Lastri nampak bingung karena mereka tidak jadi berangkat. Jaka lagi-lagi tidak banyak bicara, membuat Wati cemas. "Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri bingung. "Wati tidak tau Bu. Sepertinya tadi bang Jaka dapat pesan WA dari seseorang Bu. Tiba-tiba dia membatalkan penerbangan kami. Bahkan bang Jaka sampai membentak Wati." "Ibu jadi khawatir Wati." "Wati juga Bu." "Cepat kamu hubungi mertuamu! Kalau Jaka tidak kesana bisa dipastikan dia ketempat Lintang." "Apa mungkin Bu pesan itu dari orang yang sama yang mengirimi bu Ratna? Dari Dito. Wati jadi takut Bu." "Cepatlah!!! Biar bu Ratna bisa ambil tindakan." Wati menghubungi bu Ratna dan menceritakan semuanya. Bu Ratna sangat terkejut. Dia berusaha menutupi semuanya, tapi secepat ini akhirnya Jaka mengetahui semuanya. "Ibu akan minta temani Desi ke tempat Lintang. Sebaik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status