Setelah mengetahui kondisi kesehatannya yang semakin memburuk, Merry terlihat enggan untuk pulang. Rasanya, dia ingin pergi saja meninggalkan suaminya. Sebagai wanita, dia merasa hancur sehancur-hancurnya. Karena hal yang paling berharga untuk seorang istri adalah bisa memuaskan suami di atas ranjang, memberikan servis terbaik untuk suaminya dan tentunya memberikan keturunan. Jika seorang istri tidak bisa memasak, banyak Resto yang menawarkan makanan serba enak. Jika seorang istri tidak bisa merapikan rumah, banyak yayasan yang menawarkan jasa asisten rumah tangga. Lalu, bagaimana dengan istri yang tidak mampu memenuhi kebutuhan suaminya di atas ranjang? Bagaimana dengan seorang istri yang tidak mampu memberikan suaminya seorang keturunan? Sudah pasti, istri tersebut bisa dikategorikan sebagai wanita tidak berguna, pikir Merry. Wanita yang diciptakan hanya untuk menjadi beban berat bagi suaminya.Pada kenyataannya, Merry memang tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai seorang istr
POV Indira Aku tidak tahu dengan apa yang ada di dalam pikiranku saat ini, kenapa dengan mudahnya aku menyanggupi untuk menjadi istri kedua dari seorang Edbert Law. Pria kaya, dingin, arogan dan terkenal suka bergonta-ganti wanita.Bahkan aku rela berbohong kepada sahabatku sendiri, sahabat yang selalu mendukung aku di kala senang mau pun susah. Sahabat terbaikku, sahabat yang selalu memberikan aku dukungan.Oh, Melly. Maafkan aku, aku bahkan berkata pada Melly jika aku di tugaskan kembali di kantor cabang yang berada di kota kami, sungguh aku tidak bermaksud jahat terhadap sahabat aku itu.Melly pun dengan mudahnya memercayai aku, karena memang selama ini aku tidak pernah berbohong sekali pun kepadanya. Saat pertama aku pergi ke luar negeri, aku sangat takut. Aku takut sesuatu hal yang buruk akan terjadi padaku, tapi ternyata itu hanya ketakutanku yang tidak nyata tetapi beralasan. Kak Merry sangat baik kepadaku, bahkan dengan mudahnya dia memperbolehkan suaminya untuk menikah deng
Edbert benar-benar menghabiskan waktu bersama dengan istri keduanya, dia menghabiskan waktu dengan Indira sampai sore hari menjelang. Dia benar-benar merasa sangat puas dengan servis yang Indira berikan, Indira sampai merasakan lemas pada tubuhnya. Bahkan, lututnya terasa kopong. Menurut Indira, Edbert benar-benar selalu ingin dipuaskan. Dia begitu perkasa, begitu kuat dalam memainkan batang kenikmatan miliknya. Terkadang Indira sampai bertanya-tanya di dalam hatinya, apa yang dia makan sehingga suaminya bisa sekuat itu dalam bercinta? Sebenarnya, dengan melakukan permainan selama dua kali saja, Indira sudah merasa lemas. Akan tetapi, saat Edbert memancingnya dan memberikan sentuhan-sentuhan lembutnya, hal itu membuat Indira tidak berdaya dan ingin melakukannya lagi. Edbert bahkan sudah seperti psikotropika yang bisa membuat Indira candu, dia benar-benar bisa membuat Indira merasa ketergantungan padanya. Indira menjadi khawatir jika Edbert sering meminta hak'nya dan sering bersam
"Ngga bisa sekarang aja?" tanya Edbert penuh harap."Aku---""Jangan tolak aku, aku karena aku sangat menginginkan kamu," ucap Edbert penuh harap.Kembali malam ini menjadi malam yang panjang untuk keduanya, tentunya setelah Indira melaksanakan makan malam terlebih dahulu.Karena Edbert tidak mau membuat istrinya pingsan saat dia sedang menggauli istrinya tersebut, Indira hanya bisa pasrah. Selain suka dia merasa jika dirinya sudah dibayar untuk itu.Keesokan harinya.Pagi-pagi sekali Edbert sudah mengantarkan Merry ke rumah sakit, karena Merry harus mendapatkan perawatan terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi. Saat tiba di Rumah Sakit, Merry langsung diajak ke dalam ruangan yang sudah disiapkan khusus untuknya. Bahkan, Edbert meminta ruangan yang sangat nyaman untuk istrinya.Tentu saja pihak rumah sakit pun menyanggupinya, karena Edbert membayarnya dengan sangat mahal. Dia ingin memberikan hal yang terbaik untuk istrinya."Semangat, Sayang. Aku yakin operasinya akan berjalan deng
Saat sedang asyik menatap wajah suaminya, Indira melihat Merry yang mulai menggeliatkan tubuhnya. Dengan cepat Indira mengambil bantal sofa dan membenarkan letak tidur suaminya. Indira tidak mau jika Merry melihat Edbert yang sedang tertidur dengan sangat nyaman di pelukan Indira, dia takut hal itu akan menyinggung Merry.Karena Indira sangat tahu, jika hal itu bahkan bisa membuat hati Merry sakit. Indira sadar jika dia hanya istri kedua, istri yang dinikahi hanya untuk mengandung dan melahirkan keturunan untuk keluarga Law. Dia benar-benar harus merasa sadar diri, dia tidak boleh merasa memiliki suaminya. Walau kenyataannya, sikap Edbert terasa sangat manis kepadanya. Untuk sesaat dia tatap wajah suaminya, Edbert terlihat sangat tampan saat tertidur, sampai tanpa sadar Indira mengecup kening Edbert lalu setelahnya barulah menghampiri Merry. 'Aku harus bersikap biasa saja, tidak boleh ada cinta untuk suami kak Merry. Ingat Indira, kamu hanya wanita bayaran. Wanita yang dibayar untu
Edbert mengajak Indira ke sebuah Restoran yang berada di sebrang rumah sakit, karena dia tidak bisa terlalu lama meninggalkan Merry. Saat tiba di Resto, Edbert memperlakukan Indira dengan penuh perhatian."Mau pesan apa, hem?" tanya Edbert. "Apa saja, Tuan. Saya pemakan segala," jawab Indira dengan senyum manisnya. Edbert sangat suka dengan senyuman Indira, Indira terlihat lebih manis dengan senyumannya. Bahkan, Edbert ingin sekali untuk bisa terus melihat senyum Indira yang terlihat sangat manis itu. "Tuan," panggil Indira sambil mengibaskan tangannya. "Ah, iya," jawab Edbert sambil menatap Indira. Indira menjadi salah tingkah dibuatnya, karena pria itu menatap dirinya dengan tatapan memuja. Pria itu terlihat begitu mengagumi dirinya."Jadinya mau pesan apa?" tanya Indira yang merasa tidak tahan ketika Edbert sudah menatap dirinya seperti itu. Tatapan mata itu seakan menembus sampai ke dasar hatinya. "Pesan kamar aja, boleh?" goda Edbert. Wajah Indira langsung memerah mendengar
Selepas kepergian Edbert, Indira langsung pergi ke kamar mandi. Dia berwudhu kembali, setelahnya Indira langsung melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik. Tidak lupa setelah itu dia berdoa dan berdzikir. Dia berharap jika semuanya akan baik-baik saja. Dia berharap jika semuanya akan berjalan sesuai dengan harapannya, dia juga bersyukur. Karena Merry memperlakukan dirinya dengan baik. Walaupun Merry yang menginginkan pernikahannya dengan Edbert, setidaknya Indira tahu jika Merry pasti merasa cemburu. Akan tetapi, Merry selalu bisa bersikap baik dan menyembunyikan rasa cemburunya. Indira bukannya tidak tahu, Indira juga seorang perempuan. Dia sangat tahu dengan apa yang Merry rasakan, tetapi Indira sudah bertekad jika ia melahirkan nanti, Indira tak akan menganggu keluarga Edbert dan Merry lagi. Dia akan pergi sejauh mungkin. "Semoga aku cepat hamil ya Allah, semoga aku bisa cepat melahirkan agar bisa segera pergi dengan jauh." Indira mengelus perutnya yang masih rata. Indira
Setelah 3 hari mendapatkan perawatan, Merry meminta untuk pulang ke rumah. Dia ingin dirawat di rumah saja, karena kalau di rawat di Rumah Sakit, dia merasa sangat bosan. Dia memang mendapatkan perawatan yang lebih baik jika dia dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, dia rindu suasana rumah. Dia rindu menghirup udara khas pantai. Bukan mencium berbagai macam wangi obat yang terkadang membuat kepalanya terasa pusing. Merry juga merasa kasihan kepada suaminya yang setiap malam selalu datang untuk menemaninya. Edbert sudah sangat cape bekerja seharian, apa lagi harus menjaganya di Rumah Sakit. Rasanya Merry semakin merasa bersalah dibuatnya. Sudah tidak bisa menjadi istri yang sempurna, harus merepotkan suaminya terus. Membuat hati Merry merasa sakit, sakit yang tidak berdarah. Merry juga merasa kasihan pada Indira, karena saat siang hari Indira-lah yang akan menemaninya. Hal itu membuat Merry merasa tidak enak hati. Beruntung dokter pun mengizinkan, akhirnya Merry dirawat di rumah den