Share

Chapter 7

Author: Irma W
last update Last Updated: 2022-01-19 11:59:02

Mau berniat dirahasiakan seperti apa, pernikahan tersebut pastilah banyak yang tahu. Meski mereka-mereka hanya menebak-nebak dan tidak seratus persen yakin, tapi gunjingan atau omongan orang-orang tetap ada. Ada yang membicarakan sisi baik, ada juga yang memihak sisi buruknya.

Setelah ditinggal pergi oleh Noah ke kantor, Clara diam di rumah bersama suster dan Baby Jou. Awal pernikahan yang buka keinginannya tetaplah harus ia buat seolah tidak menjadi beban.

"Mela," panggil Clara saat suster Jou itu tengah membuatkan susu untuk Jou.

"Iya, kenapa Nona?"

"Apa kau bekerja bersama keluarga Noah baru saat Jou ada?"

"Tidak, Nona. Saya sudah ikut keluarga Tuan Josh sekitar enam tahun yang lalu."

Clara manggut-manggut. "Ternyata sudah cukup lama ya?"

Sambil menyodorkan ujung dot pada Jou, Mela tersenyum dan mengangguk.

"Ngomong-ngomong, apa keluarga Tuan Josh baik? Aku hanya takut karena … em, kau tahulah, pernikahan ini bukan karena kemauan Noah dan aku."

"Saya mengerti, Nona, tapi tenang saja, Nyonya Lily orangnya sangat baik. Hanya saja …."

"Apa?" Clara mengerutkan dahi.

"Nyonya Lily nampak tidak suka dengan Nona Chloe. Dulu, saat Nona Chloe datang, Nyonya Lily enggan untuk menemuinya. Kalau ditanya kenapa, maaf, saya sendiri kurang tahu alasannya."

Kalimat panjang Mela, membuat Clara termenung. Clara merasa ibu mertuanya itu bersikap baik padanya. Jika berbalik pada Chloe yang justru kekasih Noah, itu memang membuat hati merasa penasaran.

Tidak lama setelah mereka berdua ngobrol, Baby Jou terlihat sudah tidur pulas. Mela segera mengangkat Jou dan memindahkan ke dalam kamar.

Tok! Tok! Tok!

Belum sempat Mela melangkah dan Clara berdiri, terdengar suara ketukan pintu dari arah ruang tamu.

"Biar aku saja," kata Clara saat salah satu pelayan berjalan cepat hendak membukakan pintu.

Pelayan tersebut mengangguk dan kembali ke dalam. Sementara Mela pergi menidurkan Jou ke kamar.

"Ibu," celetuk Clara saat pintu ruang tamu sudah terbuka.

"Hai, Sayang," sahut Lily.

Clara yang nampak terkejut segera tersenyum dan mencium punggung telapak tangan ibu mertuanya. "Ibu datang?"

Lily mengangguk. Ia tersenyum ramah karena merasa senang dengan sikap Clara yang sopan padanya.

"Ayo masuk, Bu!" ajak Clara antusias.

Lily pun masuk ke dalam. Terlihat di tangan kirinya ia menenteng sebuah paper bag berwarna hitam.

"Duduk dulu, Bu. Aku akan buatkan minuman," kata Clara sambil mempersilahkan ibu mertuanya untuk duduk.

Clara sudah sampai di dapur. Ia meminta bantuan salah satu pelayan untuk membuatkan minuman dan cemilan yang Lily suka. Clara hanya belum tahu selera ibu mertuanya itu seperti apa.

Lima menit kemudian, Clara pun kembali sambil membawa segelas jus mangga dan kue kering.

"Maaf menunggu lama," kata Clara sambil meletakkan nampan berisi jus dan kue kering di atas meja.

Lily hanya tersenyum. Begitu Clara sudah ikut duduk, pandangan Lily mengarah, memantau ruangan lain.

"Di mana Noah?" tanya Lily.

"Pergi ke kantor, Bu."

"Apa?" Lily membelalak membuat Clara kaget. "Kenapa pergi ke kantor?"

"A-aku tidak tahu, Bu," jawab Clara gugup. "Mungkin sedang banyak pekerjaan."

"Keterlaluan!" hardik Lily sambil mengepalkan tangan. "Kenapa kau ijinkan dia pergi?" Lily menatap Clara lagi.

Tatapan tajam Lily membuat Clara nampak menciut. "A-aku, aku merasa tidak ada hak untuk melarangnya."

Lily membuang napas lalu bergeser duduk di samping Clara. Satu tangan Lily kini menjulur meraih tangan Clara yang ada di atas pangkuan.

"Kau itu istrinya, tidak apa kau melarangnya beberapa hari untuk cuti. Kalian kan pengantin baru, harusnya saat ini menyisakan waktu untuk berdua."

Clara nyengir kaku sambil garuk-garuk tengkuk. Sebenarnya Clara bersyukur kalau Noah tidak ada di sini, jadi ia tidak perlu melihat wajah Noah yang menyebalkan.

"Noah tidak menyakitimu kan?" selidik Lily tiba-tiba.

"Ah, tidak kok, Bu." Clara menggeleng cepat. "Dia hanya sedikit cuek."

Lily kembali membuang napas. Ia sedikit bergeser lalu menatap ke arah lain.

"Ibu tahu kau juga mungkin tidak suka dengan pernikahan ini." Lily menatap Clara lagi. "Ibu hanya berharap kau bisa menerima Noah dan merubah sifat aroganya."

Clara memberanikan diri membalas tatapan ibu mertuanya tang terlihat sendu.

"Kenapa harus aku, Bu?"

Sial!

Kenapa aku harus tanya begitu?

Clara ingin menarik kembali ucapannya tersebut yang tiba-tiba nyelonong begitu saja.

"Em, maaf, aku salah bicara," kata Clara kemudian saat melihat wajah Lily berubah datar.

Lily meraih tangan Clara. "Kau jangan berpikir ibu menikahkan kalian karena kepergian Chloe. Mulanya memang begitu, tapi ibu percaya kau berbeda dengan Chloe."

Aku? Berbeda?

Apa yang dimaksud beliau?

Clara termenung mencoba menebak maksud kalimat Lily.

"Bukankah Chloe baik. Kupikir mereka saling mencintai," kata Clara.

"Kalau Chloe memang sungguh-sungguh mencintai Noah, dia tidak akan meninggalkan Noah."

Clara ingin bertanya ada apa sebenarnya di balik hubungan Noah dan Chloe. Selain karena Chloe harus mengejar cita-citanya, Clara yakin masalah utamanya bukan hanya itu. Terlihat dari ekspresi wajah Lily yang sepertinya begitu membenci Chloe.

"Ibu harap kau mau ya?"

"Mau apa, Bu?"

"Menerima Noah bagaimanapun keadaan dan sikap dia padamu," kata Lily. "Ibu yakin kau bisa membuatnya lupa dengan Chloe."

Maksud hati bukan seperti itu. Bukan soal melupakan Chloe yang Lily inginkan, tapi hati Noah yang ingin diluluhkan. Semenjak Chloe pergi, Noah menjadi dingin dan enggan bersentuhan dengan makhluk bernama wanita.

"Kau tidak keberatan kan?" Lily memastikan.

Clara tentu ragu dan juga bingung. Namun, bagaimana raut wajah ibu mertuanya saat ini, membuat Clara tidak tega.

"Akan aku usahakan," kata Clara kemudian.

Kata singkat itu pun menjadi pancing senyum untuk Lily.

Petang datang, Lily berniat pamitan setelah tadi sempat bermain dengan Baby Jou lebih dulu.

"Ibu pamit pulang," kata Lily.

Clara mengagguk. "Ibu hati-hati di jalan."

"Oh iya." Lily menatap Clara. "Tidurlah di kamar Noah."

"A-apa?" Clara melompong tanpa suara. "Ti-tidur bersama Noah?" suara itu keluar dengan suara terbata-bata.

"Kau pakailah baju yang ada di paper bag. Buat Noah luluh padamu."

Gila! Ini sungguh Gila!

Clara ingin berteriak mendengar permintaan ibu mertuanya.

Ini sama sekali bukan lelucon. Oh, astaga!

Belum sempat Clara menjawab, terlihat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Itu Noah yang baru pulang dari kantor.

"Kau masuklah, ibu mau bicara sebentar dengan Noah."

Clara mengangguk dan menurut saja.

"Ibu?" kata Noah. "Ibu ada di sini?"

Lily mengangguk. "Ibu rindu dengan Jou."

"Sudah mau pulang?"

"Iya. Ayahmu pasti sudah menunggu di rumah."

Percakapan ibu dan anak itu terdengar kaku. Mungkin keduanya masih teringat perdebatan kemarin.

"Mau kuantar?"

"Tidak usah. Ibu hanya mau berpesan padamu." Lily mengacungkan jari telunjuk ke arah Noah.

"Apa?"

"Tidurlah sekamar dengan Clara. Kalau tidak, jangan harap ibu akan menganggapmu anak lagi."

"A-apa?"

Ingin meminta penjelasan, tapi Lily sudah masuk ke dalam mobilnya bersama sang sopir yang sedari tadi menunggu di pos penjaga bersama penjaga rumah yang lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kesayangan Tuan Noah   Chapter 98 (Tamat)

    Noah sudah mengeraskan rahang dan mencengkeram kuat bundaran setir saat melihat rekaman yang dikirim dari para pengawalnya yang ia tugaskan untuk mencari Clara. Seberapa kencang laju mobilnya, Noah tidak peduli asal bisa cepat sampai di tujuan."Kamu harusnya sadar diri, Clara." Chloe membungkuk dan kembali mencengkeram pipi Clara. "Selamanya, Noah akan menjadi milikku. Paham!"Chloe tertawa lebar, membuat suaranya bergema di gedung kosong ini. Cara tertawanya, seperti seorang yang sudah dirasuki sesuatu yang lain. Suaranya yang menggelegar bahkan membuat Clara merinding ketakutan. Meski mustahil, Clara bahkan sampai coba berontak melepas kedua tangannya yang terikat.Jelas itu bukan Chloe. Pikir Clara begitu. Rasa cintanya pada Noah membuat Chloe mati rasa dan memilih apapun akan ia lakukan asalkan yang ia inginkan bisa didapatkan.Tidak jauh dari mereka, para pengawal suruhan Noah sedang memantau lebih detail keadaan di sana. Sebelum menyergap, tentu mereka akan lebih dulu memastika

  • Istri Kesayangan Tuan Noah   Chapter 97

    Lily sudah kembali pulang. Sampai di rumah dia langsung menghubungi Noah karena sudah saking khawatirnya dengan keadaan Clara."Kenapa kau tidak bilang pada ibu!" Lily langsung menyalak.Noah sedang duduk di ruang kerjanya sambil menunggu kabar dari para pengawalnya. "Aku harus fokus dulu, Bu. Aku tidak mau buat semuanya panik."Lily berdecak. Di sampingnya ada sang suami yang juga sudah tidak sabar menunggu kabar."Kabari ibu secepatnya!" tegas Lily sebelum panggilan tetutup.Setelah itu, Noah menghela napas panjang lalu bersandar pada sofa. Ia memijat panggal hidungnya masih sambil berdoa supaya lekas dapat kabar dan Clara dalam keadaan baik-baik saja."Sebaiknya aku memastikan di rumah saja." Noah bangkit. Dia menjambret kontak mobil dan jasnya lalu pergi meninggalkan ruangannya.Tidak lama kemudian, Noah sampai di tempat tujuan. Dia sudah berada di halaman rumah di mana istri tercintanya dilahirkan. Sebelum turun, Noah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Terpampang j

  • Istri Kesayangan Tuan Noah   Chapter 96

    Noah berangkat ke kantor tentunya dengan perasaan gelisah. Yang ada di kepalanya saat ini tentu sang istri tercinta. Noah jadi berpikir mungkin Clara marah karena dirinya sempat membentak semalam. Noah sungguh tidak bermaksud, ia hanya sedang kelelahan.Noah coba menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tahu keberadaan Clara. Karena ponsel Clara berada di tangan Chloe, tentu akan sedikit butuh waktu mencarinya.Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Clara."Segera temukan dia!" tekan Noah sebelum panggilan terputus.Noah melempar ponsel ke dasbor lalu memukul bundaran setir diikuti erangan kuat."Aku bahkan hampir melakukannya dengan wanita itu. Gila!" seru Noah lagi. "Untung aku segera menyadarinya."Hari ini Noah berangkat ke kantor tanpa diantar sopirnya. Pak Rey mengantar Tuan Muda Jou ke tempat kakek dan neneknya.Sekitar pukul sebelas, sepulangnya dari sekolah Jou sudah sampai di rumah Josh dan Lily."Bu, aku menitipkan Jou untuk sementara waktu," kata Noah di telpon."M

  • Istri Kesayangan Tuan Noah   Chaptet 95

    "Kau dari mana?" tanya Noah saat tiba-tiba Clara muncul dari balik pintu kamar.Sudah berkali-kali Noah coba menghubungi, tapi tidak kunjung tersambung. Dan tiba-tiba ternyata Clara sudah sampai di rumah."Maaf, tadi aku keluar sebentar," sahut Clara.Noah mengerutkan dahi. Wanita di hadapannya saat ini terlihat aneh."Untuk apa? Apa kau marah padaku karena hal tadi?" tanya Noah lagi.Clara menggeleng. "Tidak, aku hanya cari udara segar."Noah terdiam beberapa saat seperti tengah memikirkan sesuatu. Diam-diam, Noah mengamati wanita cantik di hadapannya saat ini. Tidak ada yang salah sepertinya, tapi entah kenapa Noah merasa aneh saja."Ada apa?" tanya Clara. "Apa kau marah padaku?"Noah bergidik seraya berkedip. "Ah, tidak. Aku tidak marah. Aku yang minta maaf karena tadi membentakmu."Clara lantas tersenyum lalu merangkul pinggang Noah. "Aku ngantuk. Ayo kita tidur!"Noah masih terlihat seperti orang bingung. Karena tidaka mau berpikiran macam-macam, Noah balas merangkul pundak Clara

  • Istri Kesayangan Tuan Noah   Chapter 94

    Hari-hari mulai Noah lalui dengan sekumpulan celotehan Clara yang terasa tidak masuk akal. Clara menjadi sensitif dan begitu manja pada Noah. Sudah satu minggu ini, Noah menghadapi Clara hingga beberapa kali mengeluh pada ibunya. Bukan mengeluh untuk menyerah, melainkan hanya melapor karena tidak percaya wanita hamil bisa bertingkah di luar kendali."Wanita hamil memang begitu." Itulah yang selalu ibu katakan akhir-akhir ini.Jika sebelumnya Noah jarang bertemu atau menelpon ibunya, kini hampir tiap sore Noah melapor bagaimana keadaan di rumah. Terkadang Noah menggeram, menjerit dan menghentak-hentak merengek seperti anak kecil.Lily terkadang tidak tega, tapi mau menolong pun tidak bisa. Pada akhirnya Lily coba menenangkan. Dan hanya begitu terus yang Lily bisa lakukan."Kau sedang apa, Sayang!" Seru Noah saat melihat Clara tengah menaiki tangga besi.Clara terlihat berjinjit, sementara bagian leher ke atas tidak nampak karena masuk ke balkon langit-langit. Noah yang was-was segera m

  • Istri Kesayangan Tuan Noah   Chapter 93

    Hari berikutnya Clara mendapat panggilan dari hunian rumah orang tuanya. Clara ragu untuk ke sana karena Noah pasti tidak akan memberi ijin. Akan tetapi, kalau tidak datang, tentu Clara tidak enak hati. Karena masih belum yakin, Clara akhirnya mengatakan akan minta ijin pada sang suami dan kemungkinan baru bisa datang esok hari.Selesai panggilan, Clara mendengar suara pintu ruang tamu diketuk. Saat Clara hendak berdiri, dengan sigap Mela berlari lebih dulu menuju ruang tamu. Melihat tingkah Mela, Clara mengulum senyum dan kembali duduk menatap layar tv yang sedari tadi terabaikan."Sore, Sayang," sapa Lily dari arah belakang Clara.Mendengar suara tak asing itu, Clara menoleh dan seketika senyumnya melebar. "Ayah, ibu?" ceplosnya. "Kalian datang? Dan ayah, em … kapan pulang?"Clara lantas berdiri menyambut kedua mertuanya dengan antusias. Barang bawaan mereka begitu banyak, Mela bahkan sampai meminta pelayan lain untuk membantu membawa ke belakang."Silakan duduk!" Clara mempersilahk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status