Share

Chapter 6

Pagi datang, Clara lumayan bisa tidur dengan nyenyak untuk pertama kali di rumah ini. Meski terdengar keterlaluan, karena Lily harus meninggalkan Jou bersama Clara, tapi sebenarnya ada maksud tertentu. Toh Clara sepertinya tidak keberatan dengan keberadaan Jou di sini. Tidur bersama Baby Jou juga terasa nyaman.

"Apa Nona butuh bantuan?" tanya Mela yang baru saja datang ke kamar Clara.

"Bantu siapkan air hangat untuk mandi dan pakaian ganti," sahut Clara.

Di atas ranjang, Clara mulai melucuti pakaian Jou bergantian. Selesai dari itu dan Mela juga sudah mempersiapkan semua yang tadi Clara katakan, Jou ia fendong dan mengarahkan pada Mela.

"Kau mandikan dia. Aku bangunkan tuan rumah dulu," kata Clara setelah Jou ada dalam gendongan Mela.

"Baik, Nona."

Clara berjalan keluar sambil menggulung rambutnya yang tadi masih tergerai. Masih sambil terus melangkah dan memaiki tangga, Clara juga merapikan piamanya yang telihat tersingkap karena tali di pinggang terlalu kencang.

"Aku malas jika harus membangunkannya!" celoteh Clara. "Aku hanya betugas layaknya seorang istri, tidak ada maksud lain tentunya."

Clara terus saja ngedumel sampai tidak terasa sudah sampai di depan pintu kamar Noah. Sebelum memgetuk pintu, Clara menarik napas dalam-dalam. Begitu udara berembus keluar, tangan Clara mulai terangkat dan mengepal.

Tok! Tok! Tok!

Clara hanya mengetuk pintu tanpa memanggil penghuni kamar tersebut. Satu kali tidak ada jawaban, Clara kembali mengetuk pintu.

"Apa dia mati?" celetuk Clara begitu saja.

Di saat tangannya hendak mengetuk kembali, tiba-tiba pintu terbuka membuat Clara membelalak dan spontan mundur.

"Ada apa?" tanya Noah ketus. "Pagi-pagi sudah mengganggu!"

"Ini sudah pukul tuju, sudah tugasku membangunkanmu," jawab Clara tak kalah ketus.

"Memang kau siapa!"

"Kau juga siapa?"

Noah sudah melotot mendengar jawaban Clara. "Kau!"

"Apa!" Clara ikut melotot membuat Noah mendesis dengan rahang mengeras.

"Katakan saja ada apa!" salak Noah kemudian.

"Biar bagaimanapun juga aku istrimu, sudah tugasku melayanimu," jelas Clara. "Mandilah dan makan. Sarapan sudah siap."

Setelah berkata demikian, Clara berlalu pergi.

"Jangan pikir aku sedang peduli denganmu, aku hanya sekedar bersikap sebagai istri." Clara kembali mengoceh sepanjang menuruni tangga. "Aku tentu masih ingat bagaimana pesan Nenek, tentang menghormati suami."

"Hai, Jou!" Wajah merengut Clara berubah sumringah tatkala di lantai dasar disambut Baby Jou yang sudah wangi. "Kau tampan sekali!"

Clara mengulurkan kedua tangan hingga Jou berpindah tangan dari Mela kepadanya dirinya. "Uh, kau begitu lucu."

Masih berubur satu bulan, tapi Clara sudah begitu gemas melihat Jou. Kedua pipi yang tembem dan wajahnya yang putih bersih, belum lagi bulu mata lentik, sungguh bayi yang sempurna.

"Apa dia sudah kau beri susu?" tanya Clara.

"Sudah, Nona," jawab Mela.

Tidak lama setelah itu, Noah muncul sudah memakai setelan jas hitam. Dia sepertinya akan pergi ke kantor, padahal harusnya dia tahu hari ini dia berhak cuti karena baru sehari menikah.

"Apa dia tidak punya otak?" Batin Clara sembari melirik tampilan Noah dari atas hingga bawah. "Pasti dia akan dicibir nanti," imbuhnya.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tegur Noah.

Clara segera bergidik dan buang muka. "Tidak, aku hanya sedang asal lihat."

Noah mendecih lalu berlalu ke ruang makan. Clara bergegas memberikan Jou pada Mela sementara dirinya menyusul Noah ke ruang makan.

"Kita bicara sekarang," kata Noah usai menarik kursi dan duduk.

"Baik. Aku juga perlu bicara denganmu." Clara ikut duduk.

Makanan yang tersaji di atas meja memang menggiurkan, tapi mereka berdua memilih bicara dengan tatapan begitu tajam, mengabaikan sarapan yang ada.

"Katakan!" kata Clara.

Noah berdehem lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas kerjanya lalu menjulurkannya ke arah Clara.

"Ini aturan selama kau ada di sini." Begitu kata Noah.

Dengan dahi berkerut, Clara menerima selembar kertas putih itu. "Apa ini?"

"Kau baca saja."

Clara mulai menggerakkan bola mata menyusuri hurup-hurup di kertas itu, sementara Noah sudah mulai menikmati sarapannya.

"Apa-apaan ini!" gumam Clara saat satu baris sudah ia baca.

Lembar perjanjian yang harus dipatuhi!

Jangan masuk kamar tanpa ijin

Dilarang menyentuh apapun milik Noah.

Dilarang menyentuh Noah.

Dilarang membantah.

Bersikaplah sopan.

Apabila dilanggar, sanki akan berlaku!

"Apa maksudmu!" kata Clara ketus. "Kau sedang mempermainkanku ya!"

Noah mendongak dan meletakkan kedua sendok di atas piring. "Apa kau keberatan?"

"Tentu saja aku keberatan!" sahut Clara.

"Oh, jadi kau maunya kita saling bersentuhan? Iya begitu?"

"Najis!" cerca Clara saat itu juga. "Memamg siapa yang mau? Dasar Gila!

"Lalu kenapa kau tidak setuju?"

Clara lantas berdiri kemudian mengibaskan sekali kertas itu lalu menghadapkan ke arah Noah. Berikutnya, Clara menunjuk tulisan di nomor 4.

"Kau pikir ini maksudnya apa?" salak Clara. "Kau mau membudakku?"

Noah menelan ludah lalu diikuti decakan. "Karena disini aku Tuannya. Apapun harus dipatuhi. Bukan hanya para pelayan, tapi kau juga."

Clara spontan mendecih dan terduduk kembali. Lembaran kertas itu sudah terlempar melayang dan berakhir jatuh di atas meja.

"Gila! Kau memang gila!" Clara geleng-geleng kepala.

"Sopanlah sedikit padaku!" hardik Noah.

"Memang kau pikir, kau sopan padaku? Cih!"

Noah berdiri. "Aku tidak mau berdebat. Yang jelas, apa yang ada di kertas itu, kau patuhi saja."

"Hei!" teriak Clara.

Noah tidak menggubris dan terus melangkah keluar meninggalkan rumah sambil menenteng tas kerjanya.

"Aish, sialan!" Clara menggeram lalu menghentak-hentakkan kaki. "Brengsek!"

Dari kejauhan, Mela hanya menelan ludah sambil menimang baby Jou.

"Kasihan Nona Clara," gumam Mela. "Dia harus menderita karena ulah kakak kembarnya sendiri. Semoga di luar sana tidak ada cibiran."

Sampai di kantor, para karyawan mengangguk sopan saat Noah melintas. Beberapa karyawan bahkan ada yang berbisik-bisik dan mungkin sedang menggunjingnya.

"Noah?" pekik Betrand saat berpapasan di belokan masuk lorong utama. "Sedang apa kau di sini?"

Noah melotot. "Apa maksudmu? Kenapa tanya begitu?"

"Em, maksudku kau kan baru sehari menikah. Kau pasti ambil cuti. Kenapa kau malah di sini?"

"Bukan urusanmu. Aku boss di sini, terserah aku mau bagaimana." Noah melengos masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.

"Hei, tunggu!" Betrand melompat ikut masuk ke dalam lift.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya Betrand penasaran.

"Menurutmu?"

"Harusnya kau ambil cuti. Em, bulan madu misalnya."

"Sembarangan!" sembur Noah. "Untuk apa aku bulan madu? Buang-buang waktu."

Pintu lift terbuka dan Noah keluar lebih dulu lalu disusul Betrand lagi.

"Tunggu dulu!" Betran meraih lengan Noah. "Apa benar?"

"Apanya?" Noah mengibaskan tangan.

"Tentang pernikahanmu," kata Betrand. "Wanita yang kau nikahi bukan Chloe?"

"Bukankah kau dengar saat pendeta menyebutkan nama dia?"

Betran nampak terdiam dan mengingat-ingat. Karena pada saat itu Betrand juga ikut menghadiri pernikahan Noah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status