Share

6. Permintaan Ibu

Mobil mewah berwarna hitam itu perlahan menurunkan kecepatan dan kemudian berhenti di sebuah rumah bergaya Neo klasik.

Sambil bersandar di kursi penumpang, Luke membuka mata yang semula terpejam.

Namun, dia tidak terburu-buru keluar.

Suasana hatinya sedang buruk saat ini.

Dia baru saja selesai memeriksa sebuah proyek ketika ibunya menelepon dengan marah.

Tidak perlu menebak, Luke tahu apa yang terjadi. Dia sangat kesal dan semakin ingin menyingkirkan pernikahan merepotkan ini secepat mungkin!

"Bos, kita sudah sampai." Melihat atasannya tetap diam, Adrian—asisten Luke—yang berada di balik kemudi mau tidak mau mengingatkan.

"Hm." Luke hanya menjawab singkat. Ekspresinya tidak terlalu jelas.

Setelah beberapa saat, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

"Batalkan rencananya."

*****

"Aku pikir kau tidak berani datang!"

Helen menatap putranya yang baru saja memasuki ruang kerja dengan ekspresi marah. Tatapan tajamnya yang mirip dengan sang putra–menusuk langsung ke arah Luke.

"Mamaku sangat cantik dan lembut, apa yang harus ditakutkan?"

Sayangnya, Luke yang sudah terbiasa dengan trik sang ibu tidak terpengaruh sedikit pun.

Pria itu menjawab dengan tenang, kemudian duduk.

Setiap gerakannya santai dan elegan.

Helen memeloti putranya dengan kesal. Karena tindakan intimidasinya tidak berhasil, dia tidak berbasa-basi lagi dan berkata langsung, "Aku tidak setuju kalian bercerai!"

"Tidak bisakah Mama memberiku minum dulu sebelum mulai mengomel? Aku datang terburu-buru dari lokasi konstruksi dan bahkan tidak minum segelas air." Alih-alih menanggapi sang ibu, Luke justru mengeluh dengan nada malas.

Helen hanya memutar mata terhadap omong-kosong putranya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan," ucapnya datar.

"Jika Sienna ingin menceraikanmu, aku tidak akan keberatan. Tapi, kau tidak boleh menceraikannya duluan."

"Apa aku masih putra kandungmu?" Luke bertanya dengan ekspresi terkejut yang dilebih-lebihkan.

"Luke Alexander Verlice, bicaralah dengan benar!" Melihat Luke tidak merespons dengan serius, Helen menjadi marah lagi.

Luke mengerutkan kening.

Pria itu menyingkirkan ekspresi santainya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Jangan khawatir, aku akan menebusnya dengan cara lain."

Ada alasan dibalik sikap Helen yang sangat melindungi Sienna.

Luke mengetahuinya dengan jelas. Juga karena alasan itulah dia masih dapat berkompromi hingga saat ini.

Jika tidak, dengan semua perbuatan buruk yang dilakukan oleh “Sienna”, Luke mungkin sudah mengirim orang itu ke hutan belantara sejak lama.

"Bagaimana bisa kau menganggapnya begitu enteng? Apa kau pikir pernikahan sama seperti perjanjian bisnis yang bisa kau putuskan dan berikan kompensasi lalu selesai begitu saja?"

"Bukankah itu benar?" Luke bergumam samar.

Lagi pula, pernikahan mereka hanya didasarkan pada kontrak sejak awal. Di mata Luke, itu benar-benar tidak berbeda dengan perjanjian bisnis.

"Apa yang kau katakan?" Helen tidak dapat mendengar apa yang digumamkan sang putra.

Jadi, dia memelototinya dengan curiga.

"Oh, aku berkata ...." Luke menoleh ke arah Helen, tersenyum tak tulus. Kemudian melanjutkan, "Aku tidak lagi ingin bercerai sekarang."

‘Tunggu saja beberapa hari atau minggu lagi.’ Luke menambahkan dalam hati.

Tentu saja tidak mungkin bagi Luke mengatakan kalimat terakhir di depan sang ibu.

Bukannya, dia takut pada sang ibu. Dia hanya malas mendengar omelan tak berujung ibunya.

"Sungguh?" tanya Helen skeptis.

"Sungguh!" Luke menangguk dengan ekspresi tegas, seakan-akan telah mendapat pencerahan dari nasihat sang ibu.

Helen lantas menyipitkan mata. "Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Jika kau berbohong padaku ...."

"Aku tidak berani, Bu." Luke segera memotong ucapan sang ibu dan memberikan jaminan.

Jika tidak, telinganya mungkin akan berdengung sampai malam.

Helen mendengus. "Sebaiknya, begitu. Aku tidak ingin lagi mendengar bahwa kau akan menceraikan Sienna!"

"Ya," jawab Luke sambil mengangguk.

Dia memang harus memastikan agar beritanya tidak bocor lain kali. Ibunya hanya perlu mendengar ketika dia dan Sienna 'sudah bercerai'.

"Oke, lupakan saja kali ini."

Meski Helen tahu bahwa kata-kata Luke sebagian besar tidak terlalu tulus, tetapi dia tahu terus memaksa sang putra hanya akan membawa lebih banyak kerugian daripada keuntungan.

Jadi, dia pun berhenti membahas masalah perceraian dan mulai beralih ke topik lain.

Ibu dan anak itu mengobrol tentang bisnis sebentar dan makan siang bersama.

****

"Langsung ke perusahaan, Bos?" Setelah masuk ke mobil, Adrian segera mengonfirmasi tujuan berikutnya pada Luke.

Luke meliriknya melalui kaca bagian depan mobil, menjawab datar, "Tidak. Kembali ke rumah!"

Adrian agak terkejut.

Sebagai asisten pribadi Luke, dia sedikit banyak tahu tentang hubungan bos dan istrinya. Tidak seperti berita baik yang beredar di luar, nyatanya pasangan itu tidak terlalu harmonis.

Sejauh yang Adrian tahu, Luke lebih sering tinggal di apartemen di dekat perusahaan. Selama dua tahun terakhir, dia dapat menghitung jari berapa kali dia mengantar Luke pulang ke rumah itu.

Paling banyak dua kali dalam sebulan. Itu pun Luke hanya akan tinggal selama satu malam.

Dan sekarang, Luke kembali ke rumah selama tiga hari berturut-turut?

Pasangan muda itu lebih sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama, yang seharusnya merupakan kabar baik.

Akan tetapi, masalahnya adalah ekspresi Luke sama sekali tidak menggambarkan seorang suami yang ingin menemui istrinya, melainkan lebih seperti akan bertemu dengan musuh.

Adrian menggelengkan kepalanya. ‘Sebaiknya aku tidak ikut campur.’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status