Home / Romansa / Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk / Bab 42 Pertemuan Keluarga yang Dingin

Share

Bab 42 Pertemuan Keluarga yang Dingin

Author: Luna Maji
last update Last Updated: 2025-07-12 11:28:20

Julian menyapa dengan senyum tipis yang nyaris terlalu ramah. “Halo, sepupu.”

Lucien yang sedang duduk langsung menoleh. Alisnya terangkat, refleks berdiri dengan tangan masih memegang laporan. Suasana ruangan mendadak sunyi. Hanya suara jarum jam di dinding yang berdetak pelan, terdengar terlalu jelas.

Adrian memutar tubuhnya perlahan dari jendela, menatap pria yang kini berdiri di ambang pintu dengan jas abu gelap dan rambut disisir rapi ke belakang. Tatapannya datar, tapi sorot matanya tajam.

“Julian?” nada Adrian nyaris datar, tapi ada ujung tak percaya. “Kenapa kamu di sini?”

Julian mengangkat bahu kecil. “Sudah lama kan aku tidak pulang.”

Lucien melihat ke Adrian sejenak, lalu tanggap. “Aku... aku keluar dulu. Laporan lengkapnya nanti kususulkan lewat email.”

Ia buru-buru mengemasi berkas dan melangkah pergi, menutup pintu dengan bunyi klik yang lembut, tapi terasa seperti segel antara dua garis keturunan yang lama tak bersentuhan.

Julian melangkah masuk lebih jauh tanpa diundan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 43 Mengurai Benang-Benang Lama

    Meri duduk di pojok sofa. Di pangkuannya, secangkir teh yang sudah mendingin. Ia belum menyentuhnya.Adrian berdiri tak jauh. Sorot matanya tajam, tapi pikirannya jelas belum selesai mencerna kejadian saat makan malam tadi.“Dia tahu banyak,” kata Meri akhirnya.Adrian menoleh, lalu mengangguk pelan. “Terlalu banyak.”“Waktu dia ke toko, dia membeli ramuan penenang, tapi nggak ngomong apa-apa lagi.”Adrian berjalan mendekat, mengambil cangkir dari tangan Meri dan meletakkannya di meja. “Dia bilang apa soal darah?”Meri menatap matanya. “Katanya... ‘Rasa pedas begini cuma bisa dinikmati oleh orang dengan darah yang sama. Kau tahu, Meri, darah kita serupa.’”Ruangan mendadak terasa lebih dingin.Adrian menarik napas pendek. “Itu bukan basa-basi. Dia sedang uji coba.”Meri menyandarkan punggung. “Apa ada kemungkinan dia tahu tentang perjanjian darah itu?”Adrian menatap kosong ke jendela. “Julian. Entahlah. Dia dulu tinggal di manor juga waktu kecil.”“Kamu akrab?” tanya Meri pelan.“Kam

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 42 Pertemuan Keluarga yang Dingin

    Julian menyapa dengan senyum tipis yang nyaris terlalu ramah. “Halo, sepupu.”Lucien yang sedang duduk langsung menoleh. Alisnya terangkat, refleks berdiri dengan tangan masih memegang laporan. Suasana ruangan mendadak sunyi. Hanya suara jarum jam di dinding yang berdetak pelan, terdengar terlalu jelas.Adrian memutar tubuhnya perlahan dari jendela, menatap pria yang kini berdiri di ambang pintu dengan jas abu gelap dan rambut disisir rapi ke belakang. Tatapannya datar, tapi sorot matanya tajam.“Julian?” nada Adrian nyaris datar, tapi ada ujung tak percaya. “Kenapa kamu di sini?”Julian mengangkat bahu kecil. “Sudah lama kan aku tidak pulang.”Lucien melihat ke Adrian sejenak, lalu tanggap. “Aku... aku keluar dulu. Laporan lengkapnya nanti kususulkan lewat email.”Ia buru-buru mengemasi berkas dan melangkah pergi, menutup pintu dengan bunyi klik yang lembut, tapi terasa seperti segel antara dua garis keturunan yang lama tak bersentuhan.Julian melangkah masuk lebih jauh tanpa diundan

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 41 Garis Darah yang Tersembunyi

    Suara burung samar terdengar dari taman belakang. Cahaya matahari menyusup masuk lewat tirai krem, menyinari dinding batu Montclair Manor yang dingin tapi anggun.Di tempat tidur berlapis linen putih dan selimut wol tebal, Meri duduk bersandar pada kepala ranjang, rambutnya masih sedikit kusut. Ia membaca ulang halaman-halaman dari arsip lain yang ditemukan kemarin—lembaran tua dengan simbol darah yang kini jauh lebih berarti dari yang ia kira.Di sampingnya, Adrian baru saja terbangun. Ia mengerjapkan mata, lalu mengusap wajah pelan sebelum duduk. “Udah pagi?”“Sudah. Dan dunia belum runtuh,” jawab Meri tanpa menoleh. Nada suaranya ringan, tapi di matanya ada kesibukan yang tak biasa.Adrian menyandarkan kepala ke bahunya. “Kamu nggak tidur?”“Aku tidur. Terus kebangun, dan otakku mutusin sekarang saatnya overthinking.” Meri melipat satu halaman dan meletakkannya di pangkuannya. “Adrian… kamu yakin kamu nggak tahu apa-apa soal ini?”“Kalau aku tahu, kamu pikir aku bakal diem?” Suaran

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 40 Menggali Akar Terlarang

    Matahari belum tinggi ketika aroma kopi memenuhi penthouse. Meri duduk di meja makan dengan hoodie kebesaran dan rambut yang masih agak berantakan. Adrian muncul dari dapur, membawa dua mug. Ia menyerahkan salah satunya ke Meri tanpa banyak kata."Terima kasih," ucap Meri pelan.Hening sejenak. Tak canggung, tapi jelas ada sesuatu yang menggantung di antara mereka—sesuatu yang perlu dibicarakan.Adrian akhirnya duduk di seberangnya. "Aku janji kita akan bicara."Meri mengangguk. "Aku ingat."Adrian menatap isi cangkirnya. "Kutukannya... kadang rasanya seperti belati yang dipelintir dari dalam. Tapi yang paling menyiksa bukan sakitnya."Meri menunggu."Yang paling menyiksa, Meri, itu kebohongannya. Hidup dengan banyak versi cerita untuk setiap orang. Bahkan ke orang yang—" Ia menghela napas. "—yang kupikir paling peduli.""Kamu maksud Cassie?"Ada jeda kecil. Adrian tak mengelak. Tapi ekspresinya berubah—bukan nostalgia, tapi lelah."Dia tahu aku terkutuk, tapi tidak pernah tahu sebera

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 39 Roti Panggang Dingin

    Pagi datang. Langit di luar jendela penthouse mendung, seolah ikut menyerap ketegangan yang menggantung di udara sejak semalam. Tidak ada suara cangkir beradu, tidak ada bau kopi pagi yang biasanya memenuhi dapur, dan tidak ada sapaan pelan dari Adrian saat melewati meja makan. Yang ada hanya diam. Dingin. Sunyi yang menggigit.Meri duduk di meja makan sendirian, menatap roti panggang yang tak disentuh. Ia sudah terbiasa sendirian dulu. Tapi kesendirian ini berbeda. Bukan karena dia tak punya siapa-siapa—melainkan karena seseorang yang seharusnya ada… memilih menjauh.Adrian tak muncul. Ia bangun lebih awal, keluar kamar tanpa suara, dan entah sejak kapan sudah menghilang ke ruang kerjanya. Bahkan saat Meri mengetuk pintu tadi pagi, hanya ada jawaban singkat, "Nanti."Nanti yang tidak pernah datang.Ponselnya diam di meja, tidak ada pesan, tidak ada penjelasan.Di dalam kamar kerja, Adrian duduk di kursinya, memelototi laporan yang tak ia baca. Layar laptop menyala, penuh grafik dan d

  • Istri Kontrak Sang Miliarder Terkutuk   Bab 38 Ujian Kepercayaan

    Udara pagi masih dingin ketika bel pintu Vale's Enchantments berdenting ringan. Aroma kayu manis dan akar licorice memenuhi udara, bercampur harapan baru yang diam-diam tumbuh di sudut hati Meri.Dia sedang menyusun botol minyak esensial ke rak kaca saat suara langkah masuk terdengar di belakangnya.“Morning’s calm,” ujar Dr. Zhu pelan, berdiri di ambang pintu dengan coat panjang dan map lusuh di tangannya. “Sama seperti sebelum badai.”Meri tersenyum setengah, menggulung lengan bajunya. “Kau datang untuk teh atau kutukan?”“Keduanya.” Ia masuk, menutup pintu, dan menurunkan nada suaranya. “Aku menemukan sesuatu.”Dr. Zhu membuka map dan mengeluarkan selembar halaman tua dengan simbol darah berwarna pudar. “Ini dari arsip keluarga Vale yang dikunci di akademi. Aku baru dapat aksesnya kemarin.”Meri mendekat, keningnya berkerut. “Apa itu lambang... penyatuan darah?”Zhu mengangguk. “Keluarga Montclair dan Vale pernah membuat perjanjian darah bersifat mengikat. Ini bisa menjelaskan kena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status