Tubuh Marigold masih terasa dingin. Dingin yang bukan sekadar kedinginan, tapi seperti energi sihirnya baru saja ditarik paksa dari sumur yang terlalu dalam dan terlalu gelap.Ia berdiri di ruang tamu penthouse, mencoba mengatur napas, tapi jantungnya masih berdebar keras, bukan karena lelah, tapi karena sebuah kesadaran menyelinap masuk tanpa permisi: keberadaannya justru mempercepat kutukan Adrian.Kalau hidup punya tombol refund, dia pasti sudah antre paling depan.Di sofa, Adrian duduk dengan punggung bersandar, napasnya belum sepenuhnya stabil. Wajahnya pucat. Tapi gaya dingin khas Adrian Montclair tetap tak ke mana-mana—bahkan saat nyaris mati, pria itu masih kelihatan seperti CEO dingin. Keringat dingin menempel di kerah kemeja, tapi ekspresinya tetap datar. Tegang, tapi tidak panik. Sakit, tapi tidak rapuh.Marigold meliriknya sekali, lalu berbalik perlahan menuju kamarnya. Ia butuh sendiri, atau setidaknya jarak. Tapi belum sempat tangannya menyentuh gagang pintu, suara lift b
Last Updated : 2025-05-16 Read more