Keano sangat panik. Bisa-bisa Kai menggantungnya jika terjadi sesuatu dengan Anna.Keano langsung meraih tubuh Anna, lalu menggendong Anna agar bisa segera dibawa pergi dari pesta dan segera dilarikan ke rumah sakit.âDasar tidak berguna,â umpat Keano kesal pada Alex.Keano segera menggendong Anna keluar dari ruang pesta, sedangkan Alex bergeming sambil memandang Keano pergi.Tepat di saat Keano pergi membawa Anna, Abraham dan asistennya kembali ke ruang pesta. Abraham melihat sekilas wanita yang ditemuinya tadi, digendong keluar dari pesta itu.âBukankah itu wanita yang tadi kita temui di toilet, Tuan?â tanya sang asisten memastikan.Abraham diam sejenak, lalu membalas, âCari tahu, kenapa dia bisa bersama Keano.âAsisten Abraham mengangguk patuh.Keano berjalan cepat keluar dari pesta, saat itu Kai ada di luar mobil dan sangat terkejut melihat Keano berjalan sambil menggendong Anna.Kai berlari menghampiri Keano.âApa yang terjadi padanya?â tanya Kai dengan ekspresi panik. Dia langsu
Di tempat pesta. Alex menyesap wine yang dipegangnya dengan ekspresi cemas. Tanpa sadar, dia memikirkan bagaimana kondisi Anna sekarang, terlebih tanpa sengaja dia mungkin ikut andil dengan kondisi Anna tadi.âApa yang sedang kamu pikirkan?â tanya Abraham karena cucunya itu diam sejak tadi.Alex menoleh ke sang kakek. Dia menggeleng pelan lalu menyesap winenya.Abraham menghela napas kasar.âKita pulang, tidak ada yang membuatku tertarik di sini,â ajak Abraham lalu segera membalikkan badan untuk meninggalkan pesta itu.Alex berjalan mengikuti langkah Abraham. Saat berjalan keluar dari ruang pesta, tangannya tergerak mengeluarkan ponsel lalu mengetik pesan untuk dikirim ke Keano.[Bagaimana kondisinya?]Alex membaca pesan yang baru diketiknya, tapi belum dikirimkan. Dia menghapusnya lalu kembali mengetik.[Dia tidak menuduhku macam-macam, kan?]Alex membaca ulang pesan itu, tapi kembali urung dikirimkan. Dia menghapusnya lagi, lalu kembali mengetik pesan baru.[Beritahu aku jika dia bu
Stefanie akhirnya keluar dari kamar setelah berdiam diri di sana semenjak dibawa ke rumah itu. Dia pergi ke kamar sang ayah, Stefanie mengetuk pintu, lalu masuk untuk menemui Abraham yang baru saja pulang dari pesta.âAkhirnya mau keluar dari kamarmu juga?â Abraham bicara tanpa menoleh seperti sudah tahu kalau Stefanie yang datang ke kamarnya.Stefanie berhenti melangkah. Dia diam menatap sang ayah.Abraham membalikkan badan. Dia menatap pada Stefanie yang hanya diam.âMau apa lagi sekarang?â tanya Abraham dengan tatapan datar.âApa yang sebenarnya Papa mau lagi dariku? Aku sudah bilang, aku akan melepas semua yang kumiliki di sini asal aku bebas. Tapi kenapa? Kenapa Papa masih saja mengurungku seperti anak kecil?â tanya Stefanie. Dia harus berusaha keras agar bisa keluar dari rumah ini.Abraham membuang muka. Dia mengambil cerutunya, lalu mulai menyalakan benda itu.âSeorang ayah harus meluruskan sikap pembangkang anaknya,â ucap Abraham lalu mengisap cerutu dan mengepulkan asap dari
âMami sangat senang, jaga Anna baik-baik di sana, Kai.ââAku juga nggak sabar nunggu keponakanku launching. Kalau Kai jahat, bilang saja, biar aku yang menghukumnya.ââKalau butuh sesuatu, segera beritahu papi.âKai dan Anna mengangguk-angguk mendengarkan pesan dari Eve, Kaivan, dan Queen yang melakukan panggilan video dengan mereka.Kai memberi kabar agar orang rumah tahu soal kondisi Anna, dia dan Anna tak menyangka kalau keluarga Kai sangat antusias seperti ini.âAku akan menjaga Anna dengan baik. Kami akan segera pulang setelah semua urusan selesai,â kata Kai.âBaiklah. Hati-hati di sana, kami menanti kepulangan kalian,â ucap Eve lalu melambai pada Anna.Panggilan video itu berakhir. Anna terus tersenyum, masih tak menyangka kalau kabar kehamilannya bisa membuat keluarga Kai sebahagia itu.âAku jadi takut kalau kamu tetap memaksa ingin menemui kakekmu. Mendengar cerita Keano, kakekmu bisa melakukan apa pun termasuk menyakiti jika seseorang menghalanginya,â kata Kai sambil menggeng
âKenapa? Sebenarnya kenapa kamu terus berusaha menghalangiku untuk bertemu dengan Mama? Kamu yang takut kalau aku mengambil Mama, kan? Padahal itu hanya ketakutanmu semata, aku dan kamu, sama-sama anaknya, lalu kenapa kamu harus egois?â Anna tidak terima dengan ucapan Alex.Alex menatap datar.âKamu tidak tahu apa-apa tentang Mama atau Kakek. Aku hanya memperingatkanmu, jika kamu memang menyayangi Mama, berhenti memaksa untuk menemuinya,â ucap Alex lalu membalikkan badan untuk segera meninggalkan ruangan itu.Anna sangat syok, kenapa Alex terus saja mengatakan hal-hal yang memintanya untuk mundur?Kai tak tinggal diam saja. Dia tidak bisa membiarkan Anna sedih karena ucapan Alex.Kai mengejar Alex yang baru saja keluar dari ruang inap itu, dia menarik kasar tangan Alex tepat di saat mereka berada di koridor rumah sakit.âApa maksud ucapanmu? Kamu sadar? Sejak awal kamu terus mengatakan kata-kata ambigu.â Kai tidak bisa tinggal melihat Anna terus diarahkan dalam kebimbangan karena ucap
Kai kembali ke ruang inap setelah Alex pergi. Saat sampai di dalam, Kai melihat Anna yang memasang wajah sendu.âApa Alex tetap memaksaku mundur?â tanya Anna dengan tatapan begitu sedih.Kai tak langsung bicara. Dia memilih mendekat lebih dulu, lalu duduk di tepian ranjang dan menggenggam telapak tangan Anna.âSepertinya aku bisa menebak, kenapa Alex berusaha menjauhkanmu dari mamamu,â ucap Kai setelah mencerna apa yang Alex katakan padanya.âEntah itu benar atau tidak, tapi kurasa masuk akal setelah mencocokkan apa yang Alex katakan dan Keano sampaikan tentang kakekmu,â ucap Kai lagi.Dahi Anna berkerut halus. Dia menunggu penjelasan Kai selanjutnya.âEntah kenapa aku merasa kalau sikap keras kepala Alex karena sedang berusaha melindungimu juga.âDahi Anna semakin berkerut halus.âAku merasa dia tahu sesuatu, mungkin rencana kakekmu jika tahu kamu di sini. Dia masih menjelaskan secara ambigu, tapi dari gestur tubuh dan cara dia bicara, aku yakin dia hanya tak ingin kamu atau mamamu t
âAp-apa?â Alex malah terkejut sendiri mendengar pertanyaan Anna.Anna tersenyum. Dia baru menyadari, ternyata Alex tidak sejahat yang dia kira. Hanya saja, mungkin adiknya itu berusaha bersikap tegas dan berwibawa, tapi dalam pandangan Anna, Alex seperti anak kecil.âKamu mencemaskanku, sejak awal begitu karena itu kamu terus berusaha memperingatkanku,â ucap Anna menjelaskan.Alex mendecih.âKamu besar kepala. Kita tidak saling kenal, untuk apa aku mencemaskanmu,â elak Alex lalu memalingkan muka.Anna dan Kai saling tatap, keduanya menahan senyum lalu memandang pada Alex lagi.âTidak usah malu, akui saja,â ucap Anna memaksa.Alex mendecih lagi seolah tak sudi dibilang peduli.âPadahal, kalau kita bertemu sejak awal, bisa saling memahami dan menerima, kita bisa menjadi saudara baik âkan, Alex? Aku merasa kamu adik manis yang menggemaskan,â ujar Anna untuk merayu Alex.Bukan tanpa sebab, sepertinya akan menguntungkan kalau Anna bisa mengambil hati Alex. Dengan begini Anna bisa meminta b
Stefanie langsung menatap pada Alex. Apa putranya itu baru saja menyebut nama Anna?âKamu bilang apa?â tanya Stefanie memastikan karena takut salah mendengar.Alex menghela napas pelan.âKalau Mama mau dengar kabar terbaru tentang Anna, makanlah lalu setelahnya kuceritakan,â jawab Alex.Stefanie menatap lekat wajah Alex, tapi dia tak langsung percaya begitu saja setelah apa yang Alex lakukan.âKamu hanya membujuk mama saja, Alex. Mama bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi.âLagi-lagi Alex menghela napas kasar. âMama tahu aku, bukan? Aku tidak mungkin berbohong.âStefanie menatap jauh ke dalam mata Alex, apa benar putranya itu tahu kabar Anna.âMakanlah,â kata Alex sambil memberikan sendok ke tangan Stefanie, âsemalam aku bertemu dengan Anna di pesta.âStefanie sangat terkejut.âHari ini dia dirawat di rumah sakit karena sedang hamil muda dan kondisinya kurang baik,â ujar Alex lagi agar sang mama percaya, âMama sudah mendengar kabar darinya, jadi makanlah agar lekas sehat dan bisa ke
Alex menipiskan senyum.âApa kamu sedang besar kepala?âRania mengerutkan alis. Dia melihat Alex mengulurkan tangan, Rania pikir Alex hendak menyentuhnya, tapi ternyata pria itu mencolek meja, lalu mengusap telunjuk dengan jempol.âBelum bersih,â kata Alex lalu melirik tajam pada Rania, âbersihkan ulang,â perintahnya kemudian.Setelahnya, Alex sedikit mundur dari Rania tapi tatapannya terus tertuju pada wanita itu. Dia lagi-lagi tersenyum miring, lalu pergi ke sofa.Rania menghela napas lega. Dia melirik pada Alex yang sekarang berjalan santai menuju sofa. Pria ini, benar-benar ingin mengerjainya setiap hari.**Saat jam istirahat, Rania pergi ke rooftop lagi untuk melepas beban yang dipikulnya. Dia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan kasar berulang kali.âKamu di sini lagi.âRania terkejut. Dia menoleh dan melihat Arion datang menghampirinya.âTidak makan siang lagi?â tanya Arion sambil menatap pada Rania.Rania tidak menjawab, lalu melihat Arion mengulurkan roti.âMakanlah,
Setelah selesai memilah jagung dan memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal. Rania mendorong tempat makan ke hadapan Alex lagi.âItu sudah semua saya pisah, apa ada lagi yang Anda perlukan?â tanya Rania dengan nada malas.Rania melirik pada Alex, pria itu membuat gerakan mengusir menggunakan tangan. Ekspresi wajah Rania begitu masam, pria di depannya ini benar-benar sombong.Rania segera bangun, lalu dia pergi dari ruangan itu sebelum semakin kesal melihat sikap Alex.Alex tersenyum tipis melihat Rania kesal. Dia memandang salad yang ada di meja, lalu mengambil alat makan dan mulai menyantap salad miliknya.Dia juga mengambil jagung yang tadi dipisah oleh Rania. Bukannya Alex tak suka, dia hanya ingin mengerjai wanita itu.âDasar terlalu lugu,â gumam Alex lalu kembali memasukkan suapan ke mulut.**Saat sore hari. Rania membuat patahan leher dan memijat pundaknya. Akhirnya sehari ini bisa dia lalui dengan baik meskipun harus ada drama mengurus atasannya yang memberi perintah tak
Setelah jam istirahat usai. Rania kembali ke divisi untuk mulai bekerja lagi. Saat baru saja sampai di pantry, Rania terkejut melihat lampu merah menyala.âSepertinya hari ini Pak Alex berulang kali memanggil,â gumam Herman.Rania menatap lampu itu terus berkedip. Mau tidak mau dia harus pergi ke ruangan Alex untuk melihat, apalagi yang pria itu inginkan.Rania mengetuk pintu ruangan Alex, lalu dia masuk dan melihat Alex duduk di sofa sambil menyapukan jari di atas tablet pintar.âAnda butuh sesuatu, Pak?â tanya Rania tetap sopan meski jiwanya ingin memberontak.âBersihkan mejaku!â perintah Alex.Rania menoleh ke meja Alex, alangkah terkejutnya dia melihat meja Alex yang sangat berantakan.Berkas-berkas dibiarkan tergeletak begitu saja tak tertatap rapi, lalu ada tumpangan kopi yang dibiarkan sampai agak mengering.Rania benar-benar harus bersabar. Dia berjalan ke arah meja untuk mulai membersihkan, tetapi Alex kembali berkata.âBersihkan sampai benar-benar bersih. Jika tidak, kamu ti
Rania memandang pada Alex, lalu tatapannya tertuju pada kertas dan pulpen yang berserakan di lantai.âPungut semua!â perintah Alex.Rania tidak bisa mengelak karena sekarang bekerja untuk Alex. Dia berjalan mendekat lalu berjongkok di sisi kertas-kertas berserakan dan meletakkan nampan di lantai, setelahnya dia memunguti satu persatu kertas itu.Tanpa diduga, Alex ikut berjongkok, tapi bukan untuk membantu Rania memunguti kertas itu, melainkan untuk memberikan senyum ejekan pada wanita yang sudah menolaknya.âTidak disangka, kamu menolak kerja di rumahku tapi malah bekerja di perusahaanku,â cibir Alex.Rania terdiam sesaat. Dia tak membalas atau menatap pada Alex. Rania fokus memunguti kertas-kertas itu, setelah selesai dia segera berdiri lalu meletakkan semua kertas itu di meja.âApa kamu pikir harimu akan tenang dengan bekerja di sini?â Alex sudah berdiri dan kini menatap tajam pada Rania.Rania masih menurunkan pandangan, lalu berkata, âJika sudah tidak ada yang perlu saya lakukan,
Rania benar-benar panik luar biasa melihat pria yang kini menatapnya dengan ekspresi wajah dingin. Dia masih mematung di tempatnya, sampai salah satu teman OB-nya menarik lengan Rania agar menyingkir dari jalan.âSelamat pagi, Pak.â Dua OB lain langsung membungkuk pada Alex dan Arion yang baru saja keluar dari lift.Alex berjalan dengan ekspresi wajah dingin tanpa menoleh Rania sama sekali, sedangkan Arion melirik pada Rania. Jadi, ini OB baru yang kemarin dipermasalahkan oleh atasannya itu.Rania masih bergeming dengan perasaan campur aduk. Di hari pertamanya bekerja, kenapa dia bertemu dengan pria yang membuat hidupnya kacau.âSiapa dia?â tanya Rania menoleh pada teman kerjanya.âItu tuh, Pak Alex. Dia cucu pemilik perusahaan ini dan direktur di sini. Ya, meski dia masih direktur, tapi katanya sebentar lagi akan diangkat jadi presdir karena kemampuannya memimpin perusahaan,â jawab HermanâOB teman Rania.Rania merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Jadi, dia bekerja untuk pria b
Rania pergi ke rumah sakit dengan perasaan lega. Dengan bekerja di perusahaan itu, Rania bisa mendapatkan uang lebih banyak di siang hari dan bisa menjaga Abi saat malam hari.Rania berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang inap Abi. Saat hampir sampai di kamar sang putra, Rania melihat dokter dan perawat masuk ke ruangan sang putra dengan sangat terburu-buru.Tentu saja hal itu membuat Rania sangat panik. Dia segera berlari ke kamar Abi, saat masuk sudah melihat dokter sedang menangani putranya.âApa yang terjadi pada anakku?â tanya Rania sangat panik.âKondisi Abi baru saja drop, Bu. Dokter sedang mengecek dan memberikan penanganan yang tepat,â jawab perawat.Rania menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Dia benar-benar ketakutan dan panik jika terjadi sesuatu dengan Abi.âKumohon, Abi. Mama akan mengusahakan kesembuhanmu, tolong jangan terjadi apa-apa padamu, Sayang.âRania terus memandang dokter yang sedang mengecek kondisi Abi. Bola matanya sudah berkaca-kaca, ketakutan memb
Hari berikutnya. Rania pergi ke perusahaan tempat Silvi bekerja. Dia datang lebih awal dan bertemu dengan Silvi yang ternyata menunggunya di depan perusahaan.âSyukurlah kamu datang awal,â ucap Silvi lalu menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan.âAku tidak mungkin mengecewakanmu. Kamu sudah sejauh ini mau membantuku, jadi aku harus berjuang,â balas Rania.Silvi tersenyum lebar, lalu dia mengajak Anna segera masuk ke perusahaan karena kepala HRD ternyata sudah datang.Mereka masuk ke ruang HRD, lalu Silvi meninggalkan Rania bersama kepala HRD agar bisa diwawancarai.Rania memberikan surat lamarannya. Dia berdiri di depan meja kepala HRD sambil menunggu wanita itu membaca surat lamarannya.âTernyata kamu sudah banyak pengalaman kerja di usiamu sekarang,â kata kepala HRD.Rania tersenyum dan mengangguk. âIya, dan saya ahli menjadi cleaning service.âKepala HRD tersenyum. âTerakhir kali kamu menjadi petugas kebersihan di klub malam, kenapa kamu keluar? Apa gajinya tidak mu
Alex berada di ruangannya menandatangani berkas-berkas yang bertumpuk di meja. Dia tidak fokus dalam bekerja, sampai beberapa kali membaca ulang berkas yang diserahkan padanya.âApa ada masalah, Pak?â tanya Arionâsekretaris Alex.Alex melirik pada Arion, tapi tidak menjawab pertanyaan sekretarisnya itu. Dia segera membubuhkan tanda tangan, lalu menyerahkan berkas yang ditunggu oleh sekretarisnya itu.âMana lagi yang butuh diserahkan hari ini?â tanya Alex sambil menatap satu persatu berkas yang ada di meja.âStopmap merah, Pak,â jawab Arion sambil menunjuk ke stopmap yang dimaksud.Alex segera mengambil lalu membuka stopmap itu dan menandatangani berkas di dalamnya.Arion mengamati atasannya itu, sikap Alex beberapa hari ini memang sangat aneh. Jika mudah emosi itu sudah biasa, yang tak biasa itu karena Alex sering sekali melamun bahkan tidak fokus saat menghadiri rapat.Setelah Arion pergi dari ruangan Alex. Alex meletakkan pulpen yang dipegang lalu sedikit melonggarkan dasi yang tera
Saat sore hari. Anna duduk di teras sedang makan camilan bersama Stefanie. Dia terlihat sangat bahagia, di masa kehamilan bisa bersama orang-orang yang menyayangi dan memberinya banyak perhatian.âSuamimu pulang,â ucap Stefanie saat melihat mobil Kai memasuki halaman rumah.Anna tersenyum lebar, dia kembali memasukkan potongan semangka ke mulut lalu berdiri untuk menghampiri suaminya.Kai turun dari mobil yang baru saja terparkir sempurna di depan garasi mobil. Dia membuka bagasi mobil, lalu mengambil sesuatu dari dalam sana.Anna mengamati apa yang Kai bawa, suaminya membawa satu kantong plastik besar.âItu apa?â tanya Anna penasaran.âPesananmu,â jawab Kai lalu membuka plastik itu agar Anna melihat isinya.Mata Anna berbinar. Dia langsung mengambil kantong plastik berisi banyak mangga muda itu dari tangan Kai.âTerima kasih.â Anna mencium pipi Kai, lalu pergi meninggalkan suaminya tanpa mengajaknya masuk.Kai terkejut, bisa-bisanya dia diabaikan karena mangga muda.âAnna! Hati-hati