Anna keluar dari lift dan berjalan di koridor menuju ruangan Alex. Kedatangan Anna di sana menarik perhatian para staff yang ada di lantai itu.Anna berjalan dengan gaya anggun meski sebenarnya gugup. Dia tidak terlalu suka menjadi pusat perhatian seperti ini.âSilakan, ini ruang kerja Pak Alex,â kata office boy yang mengantar.Anna mengangguk. Dia ingin meraih gagang pintu, tapi lebih dulu ada staff yang mencegah.âMaaf, apa Anda sudah membuat janji dengan Pak Alex?â tanya staff itu yang ternyata sekretaris Alex.Anna ingin menjawab tapi office boy yang bersamanya sudah lebih dulu menjawab.âPak Alex sudah mengizinkan Nona ini ke ruangannya, lebih baik jangan dipermasalahkan lagi,â kata office boy itu.Sekretaris itu memerhatikan penampilan Anna, lalu akhirnya mengizinkan Anna masuk.Anna akhirnya masuk ke ruangan Alex. Dia melihat adiknya itu berdiri di dekat jendela memunggungi pintu. Anna berjalan perlahan menghampiri Alex, hanya terdengar suara langkah kaki sepatunya menggema di
Anna diam mendengar ucapan Alex. Benar, mungkin dia masih bisa mengatasi Alex, tapi tidak yakin bisa mengatasi kakek mereka. Jika Stefanie saja tak bisa melawan kakeknya itu, apalagi Anna.Namun, meski begitu apa Anna harus mundur? Tidak, dia takkan mundur. Dia harus mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan, ibunya!âKenapa diam? Kamu gemetar? Lebih baik urungkan niatmu itu dan pergilah, kembali ke suamimu. Bukankah kamu sudah punya suami kaya yang bisa memberimu segalanya, untuk apa lagi kamu masih berharap pada mamaku, apa harta yang suamimu beri masih kurang?âAnna mengepalkan erat telapak tangannya. Apa Alex sedang menghinanya? Menganggapnya hanya menginginkan harta sang mama. Menebak apa yang ada di pikiran sang adik, Anna tersenyum miring.âApa? Kenapa kamu tersenyum seperti itu?â tanya Alex mendadak ngeri melihat senyum Anna yang berbeda.Anna menarik tangannya dari tepian meja, tatapannya begitu tajam pada Alex.âSepertinya pikiranmu memang selalu buruk, Alex. Bagaimana kal
Anna dan Kai kembali ke rumah Fransisca untuk memikirkan bagaimana cara agar bisa menemui Stefanie karena menurut Fransisca, sekarang Stefanie ada di rumah Abraham.âKamu sudah mencoba menghubungi Papa Reino?â tanya Kai saat dia dan Anna duduk di ruang tamu paviliun.âSudah, tapi tidak aktif,â jawab Anna lalu mengembuskan napas frustasi.Kai diam berpikir, apa seberpengaruh itu keluarga Abraham, bahkan Reino pun sampai menonaktifkan telepon.âAku malah cemas, apa Papa Reino juga ikut disekap?â Anna bertanya-tanya dengan tatapan sendu.Kai menggeleng pelan. âAku juga tidak tahu, tapi aku berharap kita segera mendapat jalan keluar.âAnna mengangguk-angguk.âAku mau menemui Bibi dulu dan membahas masalah ini, siapa tahu Bibi punya solusi.âAnna izin keluar paviliun. Dia berjalan masuk rumah Fransisca untuk menemui wanita itu.âSiapa kamu?âAnna menghentikan langkah. Dia membalikkan badan saat mendengar suara menegur. Dia melihat pria muda yang memakai setelan jas kini sedang menatapnya.
âMaafkan sikap Keano. Dia itu memang kalau bicara kadang suka asal dan tidak melihat situasi. Bahkan mencari tahu saja tidak, asal bicara saja,â ucap Fransisca sambil mengajak duduk Anna di ruang keluarga.âAku tadi mau menjelaskan, tapi dia terus bicara, jadi akhirnya makin salah paham,â balas Anna.Fransisca menghela napas kasar. âYa, begitulah Keano. Aku juga pusing memikirkan anak itu.âAnna hanya tersenyum. âBibi, aku sudah menemui Alex tapi dia susah sekali dibujuk. Bahkan dia sepertinya takut kalau aku benar-benar membawa Mama. Apa Bibi punya solusi? Mungkin bagaimana caranya aku bisa masuk ke rumah kakekku dan menemui Mama?â tanya Anna mencari tahu.Fransisca diam berpikir.âSulit masuk rumah itu tanpa izin kakekmu, bahkan yang sudah di dalam pun akan sulit keluar jika tak mendapat izin,â imbuh Fransisca.Anna lemas, bagaimana caranya agar bisa menemui sang mama.âSama seperti dulu, mamamu benar-benar bisa bebas setelah setuju menikah dengan Reino. Jika saat itu mamamu masih
Di rumah Abraham. Alex baru saja pulang dan melihat pelayan keluar dari kamar Stefanie sambil membawa nampan berisi piring makanan yang masih utuh.Alex berjalan menghampiri dan membuat pelayan itu berhenti.âMama tidak mau makan?â tanya Alex.âIya, Tuan,â jawab pelayan, âmisal mau, paling hanya satu atau dua suap,â imbuh pelayan itu.Alex diam sejenak lalu meminta pelayan itu pergi. Alex masuk ke kamar sang mama, dia melihat Stefanie duduk di dekat jendela yang terpasang tralis besi.âKenapa Mama tidak makan?â tanya Alex saat sudah berdiri di belakang sofa tempat Stefanie duduk.âMakan tidak makan, bukankah sama saja. Sama-sama dipenjara,â balas Stefanie dengan nada suara begitu dingin tanpa menoleh pada Alex. âKalian sepertinya sangat senang memperlakukanku seperti tahanan,â ucap Stefanie dengan senyum getir di wajah.Alex diam menatap punggung sang mama. Sejak dibawa pulang, Stefanie benar-benar tak mau menatap pada Alex.âMama hidup lebih lama dariku, Mama lebih tahu bagaimana sif
Hari acara pameran tiba. Anna sudah memakai gaun indah dengan rambut yang disanggul sederhana.âApa kamu yakin hanya akan pergi bersama Keano?â tanya Kai ragu.Anna menoleh ke arah suaminya duduk, lalu menganggukkan kepala.âMau bagaimana lagi. Keano hanya punya dua undangan dan tidak mungkin dia memberikan satu undangannya untukmu,â jawab Anna sambil memakai anting.Kai menghela napas kasar. Dia berdiri lalu menghampiri Anna.âAku tidak yakin dengannya. Apa dia bisa melindungimu?â tanya Kai dengan cemas.Anna memutar posisi berdiri agar bisa berhadapan dengan Kai. Dia melihat tatapan mata Kai yang berbalut kecemasan.âAku akan melindungi diriku sendiri,â jawab Anna, âkamu bisa menunggu di luar, aku akan segera menghubungimu jika terjadi sesuatu,â imbuh Anna.Kai tetap cemas, tapi ini keinginan Anna.âBaiklah, aku akan berjaga di mobil, tapi berjanjilah kamu akan menjaga diri dengan baik dan segera menghubungiku jika terjadi sesuatu,â ucap Kai lalu mengusap lembut rambut Anna.Anna me
Mobil yang dibawa Kai sudah sampai di tempat acara pesta pameran diadakan. Kai memarkirkan mobil di dekat gedung acara agar bisa lebih memantau sekitar jika terjadi sesuatu.âJaga istriku dengan baik,â ucap Kai dengan nada pelan tapi penuh penekanan.Keano menatap Kai yang begitu serius, lalu dia menoleh pada Anna dan tersenyum tipis.âTenang saja, tidak akan terjadi sesuatu padanya di dalam sana,â balas Keano dengan santainya seraya melepas seatbelt.Anna melihat Kai yang begitu cemas. Dia mengulurkan tangan lalu menggenggam telapak tangan suaminya itu sejenak.Anna sekali lagi meyakinkan kalau akan baik-baik saja agar suaminya tenang.Anna keluar dari mobil. Dia menghampiri Keano yang sudah menunggunya, lalu Anna merangkul lengan pria itu. Mereka berjalan bersama menuju tempat pesta.Di dalam ruang pameran. Abraham datang ke sana bersama Alex dan satu asistennya. Mereka sedang berjalan pelan sambil mengamati beberapa benda antik yang terpajang di ruangan itu.Pria itu menelisik seti
Anna diam menatap pria yang tak lain adalah Abraham. Pria tua itu berwajah datar dan dingin.Abraham melirik pada lengannya, lalu menatap pada Anna.Melihat sikap Abraham, apa pria itu belum mengetahui wajah Anna?âMaaf karena saya sudah ceroboh,â ucap Anna lalu sedikit membungkukkan badan. âApa dia tidak mengenaliku,â batin Anna dengan ekspresi panik.Abraham tak membalas ucapan Anna, tapi tatapannya langsung tertuju pada kalung yang menggantung di leher Anna.Anna membalikkan badan untuk segera pergi. Dia belum melakukan apa pun untuk memancing perhatian Abraham, tapi kenapa harus tak sengaja bertemu pria itu lebih dulu di sana.âTunggu.âTubuh Anna menegang mendengar suara tegas pria tua itu. Apa Abraham akhirnya menyadari kalau dia adalah cucu yang tak dianggap pria itu?Anna memutar tubuhnya menghadap ke Abraham, dia melihat tatapan dingin pria itu.âKamu menjatuhkan gelangmu.â Setelah mengatakan itu, Abraham pergi masuk kamar mandi pria.Anna terkesiap. Dia menoleh ke lantai dan
Alex menipiskan senyum.âApa kamu sedang besar kepala?âRania mengerutkan alis. Dia melihat Alex mengulurkan tangan, Rania pikir Alex hendak menyentuhnya, tapi ternyata pria itu mencolek meja, lalu mengusap telunjuk dengan jempol.âBelum bersih,â kata Alex lalu melirik tajam pada Rania, âbersihkan ulang,â perintahnya kemudian.Setelahnya, Alex sedikit mundur dari Rania tapi tatapannya terus tertuju pada wanita itu. Dia lagi-lagi tersenyum miring, lalu pergi ke sofa.Rania menghela napas lega. Dia melirik pada Alex yang sekarang berjalan santai menuju sofa. Pria ini, benar-benar ingin mengerjainya setiap hari.**Saat jam istirahat, Rania pergi ke rooftop lagi untuk melepas beban yang dipikulnya. Dia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan kasar berulang kali.âKamu di sini lagi.âRania terkejut. Dia menoleh dan melihat Arion datang menghampirinya.âTidak makan siang lagi?â tanya Arion sambil menatap pada Rania.Rania tidak menjawab, lalu melihat Arion mengulurkan roti.âMakanlah,
Setelah selesai memilah jagung dan memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal. Rania mendorong tempat makan ke hadapan Alex lagi.âItu sudah semua saya pisah, apa ada lagi yang Anda perlukan?â tanya Rania dengan nada malas.Rania melirik pada Alex, pria itu membuat gerakan mengusir menggunakan tangan. Ekspresi wajah Rania begitu masam, pria di depannya ini benar-benar sombong.Rania segera bangun, lalu dia pergi dari ruangan itu sebelum semakin kesal melihat sikap Alex.Alex tersenyum tipis melihat Rania kesal. Dia memandang salad yang ada di meja, lalu mengambil alat makan dan mulai menyantap salad miliknya.Dia juga mengambil jagung yang tadi dipisah oleh Rania. Bukannya Alex tak suka, dia hanya ingin mengerjai wanita itu.âDasar terlalu lugu,â gumam Alex lalu kembali memasukkan suapan ke mulut.**Saat sore hari. Rania membuat patahan leher dan memijat pundaknya. Akhirnya sehari ini bisa dia lalui dengan baik meskipun harus ada drama mengurus atasannya yang memberi perintah tak
Setelah jam istirahat usai. Rania kembali ke divisi untuk mulai bekerja lagi. Saat baru saja sampai di pantry, Rania terkejut melihat lampu merah menyala.âSepertinya hari ini Pak Alex berulang kali memanggil,â gumam Herman.Rania menatap lampu itu terus berkedip. Mau tidak mau dia harus pergi ke ruangan Alex untuk melihat, apalagi yang pria itu inginkan.Rania mengetuk pintu ruangan Alex, lalu dia masuk dan melihat Alex duduk di sofa sambil menyapukan jari di atas tablet pintar.âAnda butuh sesuatu, Pak?â tanya Rania tetap sopan meski jiwanya ingin memberontak.âBersihkan mejaku!â perintah Alex.Rania menoleh ke meja Alex, alangkah terkejutnya dia melihat meja Alex yang sangat berantakan.Berkas-berkas dibiarkan tergeletak begitu saja tak tertatap rapi, lalu ada tumpangan kopi yang dibiarkan sampai agak mengering.Rania benar-benar harus bersabar. Dia berjalan ke arah meja untuk mulai membersihkan, tetapi Alex kembali berkata.âBersihkan sampai benar-benar bersih. Jika tidak, kamu ti
Rania memandang pada Alex, lalu tatapannya tertuju pada kertas dan pulpen yang berserakan di lantai.âPungut semua!â perintah Alex.Rania tidak bisa mengelak karena sekarang bekerja untuk Alex. Dia berjalan mendekat lalu berjongkok di sisi kertas-kertas berserakan dan meletakkan nampan di lantai, setelahnya dia memunguti satu persatu kertas itu.Tanpa diduga, Alex ikut berjongkok, tapi bukan untuk membantu Rania memunguti kertas itu, melainkan untuk memberikan senyum ejekan pada wanita yang sudah menolaknya.âTidak disangka, kamu menolak kerja di rumahku tapi malah bekerja di perusahaanku,â cibir Alex.Rania terdiam sesaat. Dia tak membalas atau menatap pada Alex. Rania fokus memunguti kertas-kertas itu, setelah selesai dia segera berdiri lalu meletakkan semua kertas itu di meja.âApa kamu pikir harimu akan tenang dengan bekerja di sini?â Alex sudah berdiri dan kini menatap tajam pada Rania.Rania masih menurunkan pandangan, lalu berkata, âJika sudah tidak ada yang perlu saya lakukan,
Rania benar-benar panik luar biasa melihat pria yang kini menatapnya dengan ekspresi wajah dingin. Dia masih mematung di tempatnya, sampai salah satu teman OB-nya menarik lengan Rania agar menyingkir dari jalan.âSelamat pagi, Pak.â Dua OB lain langsung membungkuk pada Alex dan Arion yang baru saja keluar dari lift.Alex berjalan dengan ekspresi wajah dingin tanpa menoleh Rania sama sekali, sedangkan Arion melirik pada Rania. Jadi, ini OB baru yang kemarin dipermasalahkan oleh atasannya itu.Rania masih bergeming dengan perasaan campur aduk. Di hari pertamanya bekerja, kenapa dia bertemu dengan pria yang membuat hidupnya kacau.âSiapa dia?â tanya Rania menoleh pada teman kerjanya.âItu tuh, Pak Alex. Dia cucu pemilik perusahaan ini dan direktur di sini. Ya, meski dia masih direktur, tapi katanya sebentar lagi akan diangkat jadi presdir karena kemampuannya memimpin perusahaan,â jawab HermanâOB teman Rania.Rania merasakan jantungnya berdegup sangat cepat. Jadi, dia bekerja untuk pria b
Rania pergi ke rumah sakit dengan perasaan lega. Dengan bekerja di perusahaan itu, Rania bisa mendapatkan uang lebih banyak di siang hari dan bisa menjaga Abi saat malam hari.Rania berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang inap Abi. Saat hampir sampai di kamar sang putra, Rania melihat dokter dan perawat masuk ke ruangan sang putra dengan sangat terburu-buru.Tentu saja hal itu membuat Rania sangat panik. Dia segera berlari ke kamar Abi, saat masuk sudah melihat dokter sedang menangani putranya.âApa yang terjadi pada anakku?â tanya Rania sangat panik.âKondisi Abi baru saja drop, Bu. Dokter sedang mengecek dan memberikan penanganan yang tepat,â jawab perawat.Rania menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Dia benar-benar ketakutan dan panik jika terjadi sesuatu dengan Abi.âKumohon, Abi. Mama akan mengusahakan kesembuhanmu, tolong jangan terjadi apa-apa padamu, Sayang.âRania terus memandang dokter yang sedang mengecek kondisi Abi. Bola matanya sudah berkaca-kaca, ketakutan memb
Hari berikutnya. Rania pergi ke perusahaan tempat Silvi bekerja. Dia datang lebih awal dan bertemu dengan Silvi yang ternyata menunggunya di depan perusahaan.âSyukurlah kamu datang awal,â ucap Silvi lalu menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan.âAku tidak mungkin mengecewakanmu. Kamu sudah sejauh ini mau membantuku, jadi aku harus berjuang,â balas Rania.Silvi tersenyum lebar, lalu dia mengajak Anna segera masuk ke perusahaan karena kepala HRD ternyata sudah datang.Mereka masuk ke ruang HRD, lalu Silvi meninggalkan Rania bersama kepala HRD agar bisa diwawancarai.Rania memberikan surat lamarannya. Dia berdiri di depan meja kepala HRD sambil menunggu wanita itu membaca surat lamarannya.âTernyata kamu sudah banyak pengalaman kerja di usiamu sekarang,â kata kepala HRD.Rania tersenyum dan mengangguk. âIya, dan saya ahli menjadi cleaning service.âKepala HRD tersenyum. âTerakhir kali kamu menjadi petugas kebersihan di klub malam, kenapa kamu keluar? Apa gajinya tidak mu
Alex berada di ruangannya menandatangani berkas-berkas yang bertumpuk di meja. Dia tidak fokus dalam bekerja, sampai beberapa kali membaca ulang berkas yang diserahkan padanya.âApa ada masalah, Pak?â tanya Arionâsekretaris Alex.Alex melirik pada Arion, tapi tidak menjawab pertanyaan sekretarisnya itu. Dia segera membubuhkan tanda tangan, lalu menyerahkan berkas yang ditunggu oleh sekretarisnya itu.âMana lagi yang butuh diserahkan hari ini?â tanya Alex sambil menatap satu persatu berkas yang ada di meja.âStopmap merah, Pak,â jawab Arion sambil menunjuk ke stopmap yang dimaksud.Alex segera mengambil lalu membuka stopmap itu dan menandatangani berkas di dalamnya.Arion mengamati atasannya itu, sikap Alex beberapa hari ini memang sangat aneh. Jika mudah emosi itu sudah biasa, yang tak biasa itu karena Alex sering sekali melamun bahkan tidak fokus saat menghadiri rapat.Setelah Arion pergi dari ruangan Alex. Alex meletakkan pulpen yang dipegang lalu sedikit melonggarkan dasi yang tera
Saat sore hari. Anna duduk di teras sedang makan camilan bersama Stefanie. Dia terlihat sangat bahagia, di masa kehamilan bisa bersama orang-orang yang menyayangi dan memberinya banyak perhatian.âSuamimu pulang,â ucap Stefanie saat melihat mobil Kai memasuki halaman rumah.Anna tersenyum lebar, dia kembali memasukkan potongan semangka ke mulut lalu berdiri untuk menghampiri suaminya.Kai turun dari mobil yang baru saja terparkir sempurna di depan garasi mobil. Dia membuka bagasi mobil, lalu mengambil sesuatu dari dalam sana.Anna mengamati apa yang Kai bawa, suaminya membawa satu kantong plastik besar.âItu apa?â tanya Anna penasaran.âPesananmu,â jawab Kai lalu membuka plastik itu agar Anna melihat isinya.Mata Anna berbinar. Dia langsung mengambil kantong plastik berisi banyak mangga muda itu dari tangan Kai.âTerima kasih.â Anna mencium pipi Kai, lalu pergi meninggalkan suaminya tanpa mengajaknya masuk.Kai terkejut, bisa-bisanya dia diabaikan karena mangga muda.âAnna! Hati-hati