"Tito, saya berharap. Kamu tidak menceritakan tentang kejadian tadi" kata Resti, saat sudah duduk di bangku penumpang bagian belakang, kepada salah satu anak buah Richard yang sedang mengendarai mobil yang ditumpangi Resti.Tito adalah salah satu ketua team anak buah dan orang kepercayaan yang dipilih Richard untuk menjaga sang istri. Tito bekerja dengan Richard sudah sangat lama, sebelum nya dia selalu berada di samping Richard. Tapi kini tugasnya dia alihkan untuk menjaga Resti. Tito mempunyai insting yang sangat tajam, jika terjadi sesuatu hal yang buruk terhadap sekelilingnya. "Maaf, Bu! sepertinya. Tanpa saya bicara, Bapak sudah tahu" "Ck" Resti berdecak sebal, pasti suaminya sudah memasang kamera di saku baju setiap anak buahnya."Saya antar, Bu Resti ke mana?" tanya Tito"Sebaiknya, aku ke kantor saja" sahut Resti.Tanpa sepatah kata lagi, Tito langsung mengarahkan kendaraannya menuju kantor sang bos. Sekitar kurang lebih satu jam, kini mobil yang dikendarai oleh Tito sampai
"Mas, perasaan aku. Kok, tidak enak ya!" kata Resti, saat dia duduk di depan cermin sedang menyisir rambutnya. Tangan perempuan itu yang sedang memegang sisir, dia biarkan menggantung diudara saat dia melihat dan memperhatikan suaminya lewat pantulan kaca.Richard tidak merespon sama sekali apa yang dia ucapkan tadi. Dia melihat suaminya tengah sibuk dengan poselnya, duduk bersila di atas kasurnya."Mas, kamu dengar tidak sih""Apa, sayang""Aku kepikiran, Arka loh. Mas" sahutnya sembari memegang dadanya yang terasa berdebar-debar dan menyesakkan dadanya.Pandangan Richard beralih memperhatikan Resti. Sejujurnya dia pun sama seperti apa yang dirasakan oleh istrinya, tapi sebisa mungkin dia menutupinya. Toh anak buahnya selama ini selalu memantau setiap pergerakan yang ada di dalam rumah mantan istri keduanya.Richard beranjak berdiri menghampiri Resti kemudian memeluknya dari belakang, dia singkirkan beberapa anak rambutnya disekitar leher sang istri kemudian mengecupnya sekilas. Dia
"Kamu bisa datang ke Villa Pesona Asri. Ingat, kalau kamu mau anak tidak berguna ini, kamu harus datang sendiri" ucap laki-laki di sebrang sana yang menghubungi Resti."Apa maksudmu? kamu menculik anakku?""Tidak usah banyak bertanya, besok sore kamu harus menjemput si anak malang ini" Sambungan tiba-tiba diputus begitu saja. Kening Resti berkerut saat mengenali suara laki-laki tadi yang menghubunginya. Persetan dengan keadaan, tekadnya sudah bulat. Dia ingin menjemput Arka, dia merindukan dan mengkhawatirkan anak laki-lakinya.Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang, tangan kekar yang selalu menjadi pelindungnya saat ini. Tangan kokoh ini yang akan selalu menjaganya dan anak-anaknya. Richard menyibakkan sedikit anak rambut istrinya, kemudian dia kecupi pipi dan leher perempuan itu hingga menciptakan gelenyar-gelenyar yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia memejamkan matanya sejenak guna menikmati sentuhan kasih sayang yang diberikan oleh suaminya untuk dirinya."Mas, s
Ivan berlari secepat kilat, saat dia baru saja memasuki loby kantor cabang yang berada di pulau Bali. Dia baru saja mendapatkan tanda GPS pada chip istri dari bos nya itu, yang berada dalam jarak yang cukup jauh dari lokasi huniannya."Apa kamu juga mendapat sinyal dari istriku?" tanya Richard tanpa menunggu asistennya menjelaskan."Ya" jawab Ivan terengah-engah, kerena dia berlarian di dalam koridor kantor nya saat akan memberikan informasi untuk Richard "cukup jauh, Bos" lanjutnya kembali."Kerahkan semua anak buahku, cepat siapkan kendaraan untukku" tanpa menunggu jawaban dari Ivan, dia langsung berlari ke atap gedung.Ivan mengikuti langkah kaki panjang milik bos nya saat dia berjalan. Sembari terus berkomunikasi dalam ponselnya, dia menghubungi seseorang dan mengerahkan seluruh anak buahnya untuk berkumpul diberbagai titik lokasi yang telah dia kirimkan sebelumnya. Ivan menjalankan semua perintah Richard.Suara bising mesin helikopter menggema, pertanda kendaraan itu telah siap
Dokter Bagus yang menangani operasi, Richard menarik napasnya dengan panjang, dari raut wajahnya sudah nampak jelas jika kondisi, Richard. Kini sedang tidak baik-baik saja."Ada apa, Dokter? apa ada yang serius? tolong selamatkan anak saya, dokter. Saya mohon" tangisan Elsa pecah, saat melihat gurat wajah dokter yang menangani anaknya.Dia menangis meraung dihadapan dokter Bagus, memohon untuk menyelamatkan semua keluarganya. Bahkan, jika bisa. Dia akan memberikan seluruh harta yang dia miliki. Asalkan anak, cucu dan menantunya, kembali dalam keadaan baik-baik saja."Sabar, Bu. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien. Sebelumnya saya jelaskan terlebih dahulu, saat tiba dirumah sakit. Pasien sudah kehilangan banyak darah dan dalam kondisi tidak sadarkan diri. Luka tembak itu berhasil melukai ginjal dan berbenturan dengan tulang belakang, sehingga menyebabkan peluru pecah dan mengenai paru-parunya, dengan kondisi seperti itu anak anda bisa bertahan sampai tiba diru
Sekembalinya dari ruangan Bunda nya, Arka sama sekali tidak mengeluarkan banyak kata. Anak laki-laki itu hanya bisa diam. Meratapi betapa jahat ayah dan ibu kandungnya, terhadap orang yang telah menyayanginya sepenuh hati. Jika bisa ditukar kembali, anak itu tidak akan pernah mau dilahirkan dari rahim ibu kandungnya. Kenapa bukan dia saja yang terus disiksa? kenapa sampai kejadian itu menyisakkan duka yang mendalam untuk. Bunda dan Papi nya. Saat ini, dia sedang duduk disamping ranjang di mana Richard tengah terbaring lemah dengan banyak selang dimana-mana disekujur tubuh laki-laki itu."Pih, bangun! Maafin aku" tutur Arka, dia merasa terus bersalah melihat keadaan Richard.Tangan kecil itu terus menggengam tangan, Ayah angkat nya. kepala nya dia telungkupkan disisi genggaman tangan Richard. Lelah dengan terus menangis, akhirnya tanpa sadar, Arka tertidur pulas dengan posisi duduk. Seperti ada pergerakan pada kepalanya seseorang membelainya. Akhirnya Arka bangun dari tidurnya. Dia m
Selama tiga bulan menjalani pengobatan, disalah satu rumah sakit dengan dokter pilihan yang terbaik, untuk Resti dalam penyembuhan mental dan psikisnya. Kini Resti belum dinyatakan sehat dan bisa normal kembali. Ada beberapa kemungkinan traumanya akan berlangsung, seperti masih merasakan waswas terhadap lingkungan sekitar dan gelisah jika saat dia terlelap tidur. Namun dengan seiring berjalannya waktu, ada kemungkinan dia bisa hidup dengan normal dan traumanya bisa hilang dengan sendirinya. Richard sering mengajaknya berbicara, untuk membangun kepercayaan dalam diri sang istri. Kadang Resti berbicara, dan merasakan kalau dia bukan lah sosok istri yang pantas untuk bersanding dengan Richard. Yang notabennya adalah seorang pengusaha dan dari keluarga terhormat. Sedangkan dia hanya seorang perempuan biasa, apalagi kejadian yang pernah menimpanya kala itu, dia semakin menjadikan dirinya wanita kotor dan menjijikan."Sayang, aku udah nyiapin semuanya. Besok kita berdua akan berlibur. Ta
Resti dan Richard benar-benar menghabiskan waktunya hanya berdua. Laki-laki itu memperlakukan istrinya dengan sangat special, membangunkan rasa kepercayaan dalam diri perempuan itu.Selama berlibur di kota Batu Malang. Keduanya kerap kali mengunjungi beberapa tempat wisata dan menikmati berbagai macam kuliner. Tanpa terasa sudah selama empat hari ini mereka berada di kota tersebut. Resti juga sudah menunjukkan beberapa peningkatan, perempuan itu jadi lebih sedikit terbuka dan reaksi yang ditunjukkan jika di ajak berbicara cenderung lebih antusian. Dia juga dapat mengontrol emosinya sedikit demi sedikit, jika berada dikeramaian. Walaupun terkadang masih sering diam dan melamun, namun dia juga sudah sering banyak tersenyum. Tentu saja semua berkat kesabaran sang suami dalam mengurusnya.Walaupun masih meminum obat jika menjelang tidur, namun kali ini tidak sesering sebelum-sebelumnya. Kini dia pun sudah mulai terbiasa kembali dengan sentuhan-sentuhan yang diciptakan oleh suaminya, namu