Share

Bab 5

"Ayo pergi." Steven dengan cepat mengambil salah satu buku merah, dan berjalan keluar gedung catatan sipil dengan suasana hati yang baik.

Brianna mengikuti dari belakang mencoba menjajarkan posisi mereka. Mereka berjalan dalam diam sampai masuk kedalam mobil.

"Aku tidak percaya pada akhirnya aku benar-benar menjual diriku untuk uang." Brianna bergumam pelan namun Steven masih dapat mendengarnya.

"Mulai sekarang kamu adalah milikku." Tanpa menunggu reaksi Brianna, Steven dengan kasar memegang wajah Brianna, dan menciumnya ciuman dengan menuntut. Sebelum Brianna sempat bereaksi, Steven sudah melepaskan ciumannya dan tersenyum menggoda.

Brianna masih kaget. Dia tidak berani mengeluarkan suara ataupun bergerak. Steven melajukan mobilnya dengan cepat membelah jalanan.

Brianna tidak bisa membayangkan bahwa semua yang ada dihadapannya adalah nyata. Pria yang ada disampingnya kini adalah suaminya.

'Suatu hari, aku akan meminangmu, dan aku akan membuatmu bahagia.' Brianna teringat ucapan Steven empat tahun lalu saat mereka menjalin hubungan. Sinar matahari menyinari wajah Steven yang tampan, sosok pria yang pernah dia cintai, dia ada di sana, nyata. Namun sayangnya, Steven yang sekarang tidak mencintainya.

"Mengapa harus menikahiku? Apa ini rencana balas dendammu padaku?" Tanya Brianna.

"Bisa dibilang begitu." Jawab Steven sambil tersenyum dingin.

"Kita menikah hanya diatas kertas, hanya hubungan saling menguntungkan. Selama kamu tidak membuat masalah, aku akan memberikan uang yang lebih dari cukup."

"Barang-barangmu juga sudah kupindahkan ke apartemenku. Mulai sekarang kamu akan tinggal bersamaku."

"Tidak, akan jadi aneh kalau aku tinggal denganmu." Kata Brianna spontan begitu dengar mereka akan tinggal bersama.

"Akan lebih aneh jika suami istri tinggal di tempat yang berbeda."

Brianna tertunduk dan tidak membantah kata-kata Steven.

"Hmm... Bagaimana dengan uang yang kuminta?" Tanya Brianna ragu-ragu.

Mendengar kata-kata Brianna membuat raut wajah Steven berubah menjadi dingin seketika. Dia menyunggingkan bibirnya dan berdecak.

"Huh, kamu benar-benar perempuan matre hah?"

Brianna mengepalkan tangannya, menelan penghinaan Steven padanya. Memang kenyataannya Brianna menikah dengannya karena uang, dan dia sangat membutuhkan uang itu sekarang.

Steven memberinya sebuah kartu ATM. "Ambil ini! Didalamnya ada seratus juta, kalau kurang katakan saja, aku akan mentransfernya."

Brianna mengambil kartu itu dari tangan Steven dan menyimpannya di dalam tasnya. "Ini lebih dari cukup, terima kasih."

'Aku harus segera ke pusat rehabilitasi untuk membayar perawatan ibu.' Pikir Brianna dalam hati.

"Steven, aku harus segera kembali ke tempat kerja." Ujar Brianna pelan.

"Sudah terima uangnya lalu mau segera pergi hah?"

"Bukan seperti itu..." Brianna tidak melanjutkan kata-katanya, percuma saja dia menjelaskan pada Steven. Dia juga tidak ingin Steven tahu keadaan ibunya. Brianna hanya bisa pasrah mengikuti Steven.

Steven melarikan mobilnya dan mengacuhkan Brianna di sepanjang perjalanan mereka. Dua puluh menit kemudian mereka sampai di sebuah gedung apartemen yang mewah. Steven menarik tangan Brianna dan memasuki apartemen itu dan masuk ke dalam lift.

Sesaat kemudian mereka sampai di lantai tujuan. Steven tidak melepaskan genggaman tangannya dari Brianna sedetikpun. Saat mereka tiba di unit kamar, Steven memasukkan kode '0108'. Itu adalah tanggal hari ini.

'Apa Steven menjadikan tanggal pernikahan sebagai kode keamanan?'

Belum terjawab tanda tanya Brianna, dia sudah ditarik masuk oleh Steven. Begitu pintu tertutup Steven langsung menekan tubuh Brianna ke balik pintu dan menghujani Brianna dengan ciuman. Ciuman itu begitu menuntut, membuat Brianna kehilangan akal.

Setelah berciuman beberapa saat Brianna mulai kehabisan oksigen. Dia memukul dada Steven yang bidang. Namun bukannya menghentikannya, ciuman Steven semakin memanas. Steven menangkap tangan Brianna dan mengangkatnya ke atas kepala, memerangkap wanita yang kini menjadi istrinya.

Tangan satunya yang bebas mulai menggerayangi lekuk tubuh Brianna. Brianna menjadi panik, dia mulai meronta-ronta, berusaha lepas dari perangkap Steven.

"Steven, lepas..." Brianna mencuri udara untuk berbicara.

"Jangan berlagak suci kamu, Brie! Bukankah kamu harus menjalankan kewajibanmu sebagai isteri?" Bibir Steven kembali menyumpal bibir Brianna..

Brianna mengenakan kemeja putih yang membuat Steven dengan mudah meraih kancing-kancing itu. Steven mulai membuka kancing kemeja Brianna satu per satu, membuat Brianna semakin panik.

"Steven! Jangan... Steven, kumohon... Jangan!" Teriak Brianna sambil sekuat tenaga membebaskan diri dari Steven.

Mendengar teriakan Brianna, Steven tersentak. Dia melepaskan Brianna dan berjalan menjauhinya. Tubuh Brianna merosot kebawah dan Brianna menangis, memegang pakaiannya yang sedikit terbuka.

Brianna tahu kini dia sudah sah menjadi istri Steven, dan Steven berhak menuntutnya untuk berhubungan badan. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk itu. Tapi saat Steven menciumnya tadi, dia dapat merasakan amarah dalam ciuman Steven. Dan entah mengapa, itu membuat hatinya sakit. Jauh di lubuk hatinya, dia merindukan Steven yang hangat yang seperti empat tahun lalu.

Steven memegang keningnya dengan satu telapak tangannya, berusaha menguasai emosinya. Melihat Brianna menangis, membuat hati Steven terganggu. Steven melangkah keluar dari apartemen, meninggalkan Brianna sendirian.

Setelah beberapa saat duduk sendiri menenangkan diri, Brianna menghapus air matanya. Dia berjalan mencari kamar mandi, dan setelah menemukannya dia membuka keran dan mencuci mukanya. Lalu dia meninggalkan apartemen itu dan pergi ke bank untuk mengambil uang 30 juta, sebelum wanita itu menuju ke pusat rehabilitasi tempat ibunya dirawat.

Hampir satu tahun berlalu dengan cepat sejak pencatatan nikah mereka, namun Steven masih bersikap dingin pada Brianna. Terutama perlakuan Steven pada Brianna. Sejak kejadian itu, mereka jadi jarang bertemu. Steven jarang pulang, dia lebih memilih menguburkan diri dalam pekerjaannya sampai larut malam.

Brianna juga masih bekerja siang malam. Walaupun Steven akan mentransfer uang padanya setiap bulan, tapi uang itu dia gunakan untuk pengobatan ibunya. Dia masih harus bekerja untuk berjaga-jaga bila suatu hari Steven menceraikannya dan dia tidak bisa lagi mendapatkan uang untuk biaya rumah sakit.

Malam itu Brianna merasa tidak enak badan, sehingga dia memutuskan untuk pulang sebentar untuk istirahat, sebelum pergi ke Golden Sky, kelab malam tempat dia bekerja. Brianna bisa meninggalkan pekerjaannya yang lain, tapi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaaannya di Golden Sky karena dia mendapatkan lebih banyak uang di tempat itu daripada bekerja di tempat lain. Selain itu entah mengapa, dia berharap bisa bertemu dengan Steven di sana.

Setelah beristirahat sebentar, Brianna bersiap-siap mengganti pakaian. Saat Brianna sedang berganti pakaian, tiba-tiba terdengar suara kunci pintu terbuka. Siapa lagi kalau bukan Steven. Jantung Brianna berdebar karena sudah beberapa minggu ini dia tidak melihat Steven.

"Kamu sudah pulang?" Tanya Brianna pelan.

"Hmm..."

Steven melihat Brianna memakai sweeter untuk menutupi seragam kerjanya di Golden Sky, wajahnya ditutup oleh riasan yang lebih tebal dari biasanya.

"Kamu masih sibuk menemani pria lain minum rupanya. Apa uang yang kuberikan setiap bulan tidak cukup?" Kata Steven dingin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status