Share

Bab 6

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2025-07-28 15:30:43

"Aku bisa menghabisi siapa pun yang menghalangi jalanku. Namun, mengapa tidak terhadapmu? Aku pasti sudah gila." -Mike-

***

“Mike! Apa yang terjadi? Ah!” Suara tembakan bersahutan membuat Angie seketika tak kuasa menahan kepanikan. Mike segera menghambur ke arahnya, melindunginya agar merunduk dan bersembunyi di balik pagar balkon.

“Tetap seperti ini dan jangan bergerak, oke!?” Mike bangkit, melepaskan tembakan yang telak mengenai beberapa orang di bawah. Dia kembali merunduk dan melihat Angie menutup telinga sembari meracau.

Tubuh gadis itu bergetar hebat, wajahnya seputih kapur—dengan segera, Mike melepaskan jas untuk dia gunakan menutupi kepala sang istri.

“Bergeraklah perlahan dan masuk ke kamar! Kunci pintu dan jangan membukanya apa pun yang terjadi. Kau mengerti?” titah Mike, sembari tetap menjaga kontak mata dengan gadis yang, bisa dia baca, ketakutan terpancar dari sepasang manik cemerlang itu. “Angie, jawab aku! Apakah kau mengerti apa yang baru saja kukatakan?”

Angie menggeleng keras. Dia enggan melakukan seperti yang Mike katakan. Entah apa yang membuatnya begitu nekat, tetapi dia ingin tetap berada di situ untuk memastikan sang suami baik-baik saja.

Memangnya siapa Mike? Mengapa dia begitu peduli?

“Tidak, Mike! Kau akan ikut denganku untuk bersembunyi atau aku akan tetap di sini,” jawab Angie dengan tatapan yang masih kosong. Dia tak sadar telah mengucapkan kalimat itu.

“Kau tidak punya hak memerintahku, Angie, kau dengar!?”

“Aku tidak mau menjadi janda secepat itu, Mike, apa kau mengerti?!” Angie balas membentak, tetapi wajahnya sudah pucat pasi dengan sepasang bola mata gelap yang tampak berkaca-kaca. “Persetan iblis macam apa kau ini, tapi aku akan tetap di sini jika kau tidak mau pergi denganku.”

Mike merasa diremehkan oleh ucapan Angie. Namun, lelah rasanya memelototi gadis yang tak sedikit pun terusik dengan tampang mengerikan yang dia ulas di wajahnya sejak tadi. Setelah semua selesai, sepertinya dia membutuhkan waktu seumur hidup untuk berhibernasi, lelah berurusan dengan gadis aneh seperti Angie.

“Mike, kau dan Angie masuk sekarang! Biar kami yang akan menghadapi mereka!” ujar sang ibu, keluar dari kamar setelah mendengar kegaduhan, menyibak gaun, dan mengambil sebuah pistol dari holster yang terpasang pada pahanya.

Melihat itu, mulut Angie ternganga. Dia mengerjap kagum untuk beberapa saat sebelum suara letusan lain membuatnya terhenyak.

“Angie, masuklah bersama Mike!” Sang ayah mertua turut memberi titah. Namun, Mike tak ingin pergi ke mana pun. Dia bukan anak kemarin sore, yang tak bisa menghadapi pasukan lawan yang, baginya, tak ada apa-apa dibanding kemampuannya.

“Apa yang terjadi, Pa?” tanya Mike, sembari sesekali mengintip ke bawah. Suara tembakan bersahutan membuat percakapan mereka terasa tenggelam dengan kebisingan.

“Kurasa transaksi antara kita dan mereka telah gagal.”

“Apa maksudnya? Bukankah semua berjalan lancar karena aku sendiri yang mengurus semua.”

“Entahlah. Beberapa hari lalu mereka menghubungi dan mengancam akan datang dengan pasukan. Rupanya mereka punya nyali.”

Suara erangan lain terdengar dan hal itu membuat Zack, sang ayah, bangkit dan melepaskan tembakan, begitu pula dengan Vivian, sang ibu.

“Mike, bawa Angie masuk sekarang juga!” titah Vivian, kembali membidik pasukan lawan. Tak bisa membantah, Mike dengan terpaksa patuh dan membawa Angie masuk ke dalam kamar dengan cara merunduk.

Baku tembak terus terjadi saat Mike dan Angie telah tiba di kamar. Dia kembali keluar dan membantu kedua orang tuanya menghadapi musuh yang seolah tak ada habisnya.

“Sialan! Berapa orang yang dia berangkatkan ke tempat ini dan bagaimana dia bisa tahu keberadaan kita?” gerutu Mike.

“Tak penting masalah itu sekarang. Yang pasti, kau harus masuk dan menjaga Angie di dalam!”

“Tidak, Ma. Aku akan berada di sini membantu kalian.”

“Mike, ini perintah!” Vivian tak main-main dengan ucapannya, mendelik pada sang putra yang dengan segera pergi sembari mengetatkan rahang. Dadanya bergemuruh penuh amarah.

Angie-lah yang menyebabkan dia diperlakukan seperti anak kecil. Biasanya, sang ayah dan ibu tak akan keberatan jikalau dia ingin membantu menyelesaikan masalah hingga tuntas, karena sang mereka percaya kalau dirinya memiliki kemampuan yang mumpuni.

Kali ini, jauh berbeda dan Mike tidak bisa menerima perubahan begitu saja.

Di kamar, dia menatap sinis ke arah Angie yang meringkuk di ranjang sembari memeluk lutut dan menutup telinga.

“Bisakah kau berhenti membuatku repot?” ujar Mike, kemudian bangkit dan mengintip ke luar jendela. Dia melihat sang ibu melompat turun dari balkon seperti seorang jagoan di film action favoritnya.

Itulah yang membuat Mike begitu mengagumi sang ibu hingga berharap pendampingnya nanti akan memiliki karakter seperti wanita itu.

Sayang sekali, yang dia dapatkan justru gadis beban.

Mendengar perkataan Mike, Angie yang semula menunduk, mengangkat wajah dan membalas tatapan sinis Mike.

“Kau bertanya padaku? Bagaimana denganku? Kapan kau akan berhenti membuatku berada dalam bahaya?”

Pertanyaan itu menohok Mike. Namun, dia tak lakukan sesuatu, karena sadar bahwa mengancam dengan kematian lama-kelamaan akan terasa kuno dan membosankan. Dia ingin permainan baru dengan tawanan satu ini—tawanan berkedok istri—sepertinya dia suka julukan itu.

***

Mike mondar-mandir di kamar, menantikan kabar mengenai kedua orang tuanya.

Dia tak henti menyalahkan diri, juga Angie, karena dengan ketidak hadirannya dalam baku tembak beberapa jam lalu, sang ayah harus menerima terjangan timah panas yang mengenai beberapa bagian tubuh.

Napas Mike terengah, dadanya berkobar oleh amarah. Namun, tak ada yang bisa dia lakukan selain merutuki diri, menatap Angie dengan tatapan tajam, dan menyumpah serapahi musuh mereka.

“Bedebah! Aku tidak akan biarkan kalian berkeliaran dengan tenang!” gumamnya, yang seketika terhenti saat pintu terbuka dan sang ibu masuk, lalu duduk di sofa. Wajahnya tampak lelah, tetapi tak menutupi kelegaan yang tergambar di sana. “Bagaimana, Ma? Apakah Papa baik-baik saja?”

“Apakah pernah papamu tidak baik-baik saja, Mike? Aku justru sekarang cemas kalau bajingan-bajingan itu yang akan hancur. Anak lelakiku ini pasti akan memburu mereka sampai ke ujung dunia karena telah menyakiti orang yang dia cintai. Iya, kan?” Vivian menyunggingkan senyum hangat. “Beristirahatlah. Kami juga akan beristirahat dan besok, kita segera kembali ke rumah. Di mana pun sedang tidak aman, kecuali rumah kita.”

Vivian mengalihkan tatapan pada sang menantu, membelai lengannya, sebelum kemudian bangkit dan pergi.

Sepeninggal sang ibu mertua, Angie menggeser duduk agar lebih dekat dengan Mike. Ada banyak hal yang tidak dia ketahui mengenai keluarga yang merupakan anggota organisasi hitam paling berbahaya sekaligus pemilik bisnis terbesar di Eastonville.

Dia penasaran, bisnis apa sebenarnya yang mereka kerjakan?

“Mike, apa yang terjadi? Apakah Papa akan baik-baik saja?” tanya Angie dengan raut wajah cemas tanpa kepura-puraan. Bagaimana jika apa yang ayah mertuanya alami lantas dialami oleh Mike? Tentu saja dia akan panik meski Mike bukan lelaki yang dia cintai.

Mike mengusap kasar wajah dan menyugar rambut cepaknya yang mulai berantakan. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan sang istri.

“Tidurlah. Kau pasti sangat lelah.”

“Bagaimana denganmu?”

“Aku akan berjaga.” Mike meraih selimut dan membentangkan di tubuh Angie yang masih dalam posisi duduk. “Tidur. Kau akan sangat cerewet dan merepotkan kalau masih terjaga. Biarkan aku tenang sebentar saja, oke?”

Angie mencebik. Cerewet, katanya? “Kau bahkan belum mengenalku, tetapi sudah berani mengataiku cerewet.”

“Persetan. Aku tidak butuh mengenal karaktermu. Kita hanya berpura-pura, ingat. Jadi jangan berharap banyak.”

Angie tahu itu. Tak perlu diingatkan, dia sudah tahu kalau pernikahan mereka hanyalah kepura-puraan. Yang jadi masalah, jika nanti sang mertua meminta apa yang tak bisa mereka berikan—seorang keturunan, apa yang harus mereka lakukan—jika hubungan mereka masih sekaku ini?

“Mike, bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Angie yang semula sudah berbaring, duduk kembali. Mike tak menjawab. Hanya menoleh ke arahnya, sebagai isyarat kalau dia siap menjawab pertanyaan apa pun. “Apa sebenarnya bisnis yang kalian kerjakan? Mengapa berurusan dengan bahaya seperti itu?”

“Untuk apa bertanya? Kalau kau pikir dengan menjadi istriku lantas kau punya hak untuk tahu, maka salah besar.”

Angie mendengkus keras mendengar jawaban ketus dari suaminya. “Aku hanya memastikan. Kita baru saja menikah, bagaimana kalau kau tewas karena bisnis berbahaya itu?”

Mike tak menjawab, melainkan hanya melirik sinis sebagai respons atas ucapan Angie.

Dia menoleh, bangkit dari duduk dan berjalan menuju ke ranjang. Lagi, hal itu menimbulkan rasa waswas di hati Angie, takut kalau Mike akan melakukan sesuatu terhadapnya, sehingga dia merapatkan selimut di dada.

Gadis itu masih mengenakan gaun pengantin dan enggan untuk berganti pakaian. Kejadian hari ini cukup menguras tenaga dan kewarasannya sehingga setelah mendapat jawaban dari Mike, dia akan tidur dengan lelap dan bangun siang hari.

“Kau ingin tahu bisnis apa yang kami kerjakan? Kami menjual obat-obatan terlarang dan narkotika, juga senjata api. Jadi, persiapkan mentalmu selama menjadi istriku. Kalau kau bertanya apakah aku akan menyentuhmu malam ini, jawabannya tidak. Aku tidak tertarik padamu. Jadi, jangan cemas apalagi berharap.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA)   Bab 56

    “Mencintaimu adalah kesedihan. Aku tak inginkan kehadirannya, tetapi dia akan terus melekat pada diri, membelenggu hidup, bahkan hingga mati.” -Jiji-***Angie terbangun dengan tangan-kaki terikat dan tak bisa digerakkan. Kesadaran belum penuh mengisi rongga kepala. Namun, dia tahu apa yang terjadi saat suara denting tertangkap indra pendengarnya setiap kali dia bergerak.“Shit! Tidak, tidak, tidak.” Kedua tangan yang terborgol terus dia gerakkan, tetapi tentu saja mustahil melepaskan diri. Angie bukan super hero yang bisa mematahkan besi, melainkan hanya manusia biasa. Keahlian utamanya hanyalah berkamuflase, menjadi karakter berbeda di tiap misi. Untuk kali ini, sepertinya Jim jauh lebih pintar.“Jimmy! Lepaskan aku, bajingan!” Dia berteriak menggila setelah berusaha mengingat kejadian kali terakhir, tetapi nihil. Bisa dipastikan ada campur tangan pihak lain yang membuat Angie kesulitan mengumpulkan ingatan dan dia tahu siapa. “Sialan kau, Meredith!”“Apakah kau memanggilku?”

  • Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA)   Bab 55

    “Jika nyawaku bisa meredakan amarah dan dendammu, ambillah sesuka hatimu. Namun, kembalilah kepadaku sebagai Jiji yang kukenal dan mencintaiku.” -Mike-***Seorang lelaki membuka mata perlahan. Seolah baru tersadar dari tidur panjang, dia terhenyak, terbatuk keras sebelum mengedar pandangan ke seluruh penjuru ruangan kosong dan berdebu.Perempuan dengan setelan serba hitam duduk di sudut ruangan dengan pistol di tangan, menatap ke arahnya yang memicingkan mata, memperjelas penglihatan yang sedikit kabur. Kepalanya pengar seperti baru saja dihantam dengan cukup keras.“Hello, Husband. Did you miss me?” sapa Angie sembari berjalan mendekat, membuat lelaki itu sadar siapa yang ada di depannya. Perempuan itu berjongkok, memandanginya dengan iris cokelat yang berhasil menawan hatinya selama ini. “Kau pasti terlalu lelah sampai tidur seperti bayi.”“Jiji, apa-apaan ini?” Mike berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kaki, tetapi percuma. Beruntung Angie tidak menyumpal mulutnya, sehing

  • Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA)   Bab 54

    “Nyawa dibalas nyawa, Mike. Andai ayahku membunuhmu, aku pun akan melenyapkannya.” -Jiji-***“Hari ini aku dan The Black Venom akan mengadakan pertemuan,” ujar Jordan sembari menilik tampilan rapinya di cermin di kamar Angie. Yang diajak bicara tak memberi respons.Angie baru bisa terlelap selama dua jam karena terus memikirkan pertemuan dengan Mike. Pagi hari buta suara berisik di luar kamar membangunkannya dan ternyata Jordan tengah menyibukkan diri dengan koleksi senapan. Sekarang, baru hendak memejamkan mata lagi, lelaki itu masuk tanpa mengetuk pintu dan memintanya ikut menghadiri rapat. Yang benar saja!“Bagaimanapun, kau adalah pasanganku sekarang.” Jordan beralasan.Andai Jordan tahu, Mike dan Angie sudah menandatangani akta pernikahan sah dan menghancurkan surat kontrak mereka. Jadi, Angie masih bagian keluarga Genosie. Ikut sebagai pasangan Jordan hanya akan menimbulkan masalah baru ditambah kesempatan bertemu Mike.Dia masih enggan melihat wajah lelaki itu.“Sayang

  • Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA)   Bab 53

    "Tak bisakah kita kesampingkan masalah organisasi dan hanya pedulikan perasaan kita sekarang? Aku rindu, otu yang kuingin kau tahu. Namun, bagaimana denganmu? Tak inginkah kau berhenti sejenak dan habiskam malam panas seperti dulu?" -Mike-***Angie membuka jendela hati-hati, melangkah berjinjit tanpa menimbulkan suara. Seseorang masih terbaring di ranjang, lelap dan tampak tak terganggu dengan kehadirannya di sana.Dia tidak datang untuk misi, melainkan hanya hal remeh-temeh yang selama dua tahun ini seharusnya dia lakukan, tetapi terhalang oleh keadaan.Perlahan dia belai rahang lelaki di ranjang, lalu memandangi sebentar sebelum memutar tubuh untuk pergi. Beberapa menit saja seharusnya cukup. Sayang, saat dia hendak menjauhkan tangan, sebuah cengkeraman menghalangi niatnya.“Apa yang kaulakukan di sini?” sergah lelaki itu, membuka mata dan menatap wajah panik Angie yang terlihat jelas meski hanya diterangi cahaya rembulan dari luar jendela. “Kau mau kabur dan menghilang lagi? Sa

  • Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA)   Bab 52

    Another winter day Has come and gone away In even Paris and Rome And I wanna go home [Home – Michael Buble] *** Mansion Jordan adalah tempat tinggal Angie sekarang. Dia setuju, tetapi meminta agar tetap memiliki kebebasan menjalankan tanggung jawab terhadap organisasi. Menyetujui perjanjian dengannya tak berarti Angie akan berhenti dari keterlibatan dengan The Black Shadow. Masih banyak tugas yang belum terselesaikan dan setelah mendengar penuturan Meredith, dia jadi tak sabar untuk segera melakukan investigasi sendiri. Gadis yang menyerupai Meredith pasti berkeliaran bebas. Siapa dan apa tujuannya, masih jadi tanda tanya besar di benak Angie. “Lantas, apa tujuanmu bergabung di dua organisasi? Bagaimana jika Mike sampai tahu? Dari ceritamu, dia sepertinya sangat menyayangimu. Jika tahu kau berkhianat, dia akan sangat terluka,” ujar Angie di markas The Black Shadow setelah mendengar penjelasan sang adik ipar. “Karena itu, tolong jangan sampai itu terjadi. Aku tak ing

  • Istri Kontrak Tuan Genosie (INDONESIA)   Bab 51

    When the rain is blowing in your faceAnd the whole world is on your caseI could offer you a warm embraceTo make you feel my love[Make You Feel My Love – Adele]***Semua berkumpul untuk menikmati makan malam pertama mereka dengan formasi lengkap—ibu, ayah, dan anak-anak. Sayangnya hal semacam itu hanya terjadi di depan kamera, tayangan favorit para remaja. Menmpilkan keseharian keluarga sempurna yang tak akan pernah terjadi dalam hidup Meredith.Zack, ayah mereka, tak pernah bersedia duduk satu meja dengannya. Tidak ada yang tahu alasan mengapa lelaki paruh baya itu begitu membenci gadis tak berdosa seperti Meredith. Dia selama ini harus menerima kenyataan menjadi anak buangan. Namun, sebelum akhirnya terlahir, tidak ingatkah mereka pada proses penuh cinta, suka sama suka?Jika tidak, mustahil semua itu terjadi. Tanpa rasa suka, tak mungkin dia terlahir meski akhirnya dibuang, sehingga Vivian menyelamatkannya dan menyembunyikan rahasia besar itu dari Mike sekian lama hany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status