“Katakan sekali lagi, apa yang ayah dan ibumu harapkan dari pernikahan kita? Anak? Haruskah kita memenuhinya? Kau mau berapa, Mike? Kalau aku dua, kembar laki-laki dan perempuan. Bagaimana menurutmu?”
“In your dream, Angie!” *** Angie telah siap dengan pakaian terbaik, mengira kalau dirinya akan segera menuju ke rumah sakit bersama sang mertua. Namun, pemikirannya salah ketika di halaman kediaman keluarga Genosie, telah datang satu buah mobil box dan beberapa orang sedang mengangkut sebuah kardus besar untuk mereka bawa masuk. Angie memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dengan tatapan bingung sekaligus heran. Apakah seperti ini yang selalu dilakukan oleh orang kaya—bahkan untuk menjalani pemeriksaan kandungan, mereka akan membeli satu set peralatan sendiri? Tak lama berselang, sebuah mobil sport tiba dan dari sana turunlah seorang wanita dengan pakaian seksi, yang gegas memakai jas putih tepat di hadapan Angie. “Jadi, itukah dokter kandungan yang akan memeriksaku?” batinnya. “Dia tak tampak seperti dokter melainkan seorang model.” Anggapan Angie tak salah, karena selain tubuh sintal dan pakaian yang terkesan mewah baginya, dandanan wanita itu juga cukup mengundang perhatian. Wanita itu menoleh pada Mike lalu tersenyum ramah. Tampak kalau keduanya sudah saling mengenal cukup lama. “Bagaimana kabarmu, Mike? Aku tidak menyangka, seorang Mike Genosie yang telah menolak perjodohan dengan putriku, diam-diam sudah mahir ‘bercocok tanam’,” kelakar wanita itu, yang membuat Angie kelepasan menertawai candaan nakal yang dialamatkan pada Mike. Melihat wajah sangar sang suami, dengan lirikan sinis ke arahnya, tawa Angie memudar dan mengatupkan bibir segera. “Apakah ini istrimu? Hmm ... wajar saja kau tergesa menikahinya. Dia sangat cantik. Tipe gadis Asia yang menawan.” Wanita itu menambahkan, lalu mengulurkan tangan ke arah Angie. “Hai, aku Dokter Jane Malendi, bisa kita masuk dan memeriksamu sekarang?” Vivian yang sejak tadi mengarahkan para pria yang mengangkut peralatan ultrasonografi, akhirnya keluar dan menyambut dokter kandungan langganan mereka. Mereka masuk ke dalam ruangan khusus di mana semua peralatan sudah tertata rapi. Dokter Malendi tersenyum penuh arti dan menoleh pada Vivian yang menyunggingkan senyum. Dia menaik turunkan alis saat melihat ruangan yang sudah siap lengkap dengan peralatannya. “Kau tak pernah berubah—always ready segalanya,” komentarnya. “Tentu saja. Kau tahu, Jane, aku tak suka mengantre. Lagi pula, aku bisa menyumbangkan semua ini ke klinikmu jika tidak membutuhkannya lagi. Atau … tunggu! Mike mungkin akan memiliki lima atau enam anak untuk meramaikan rumah ini. Jadi kurasa, aku tak akan tergesa memberikan benda ini padamu.” Keduanya tertawa sementara Angie dan Mike yang ada di sana, saling pandang sebelum kemudian membuang muka. Angie tak bisa sembunyikan pipi yang tampak merona karena dua wanita paruh baya yang tengah membicarakan masalah anak di depannya. Padahal, baik Mike maupun dirinya, tak tahu ke mana mereka akan membawa pernikahan itu, nantinya. “Silakan berbaring, aku akan memeriksamu,” ucap Jane memberi perintah yang segera dipatuhi oleh Angie meski dia merasa sedikit konyol melakukannya. Dia tak yakin kalau dirinya dan Mike benar-benar sudah melakukan hubungan itu. “Bagaimana, Jane? Apakah benihnya sudah terbuahi?” tanya Vivian menggunakan istilah yang membuat Angie merasa geli. “Hmm ... aku belum melihat apa pun di dalam sana,” jawabnya. “Omong-omong, di mana Mike? Apakah dia tidak tertarik melihat kondisi istrinya? Mike ... kemarilah dan ceritakan sedikit tentang malam pertama kalian.” Jane mengedipkan mata nakal pada Angie yang membuat gadis itu terhenyak. Dia pikir semua yang berurusan dengan keluarga Genosie adalah anggota organisasi kelas kakap berwajah sangar dan hanya bisa mengancam dengan senjata. Rupanya dia telah salah. Jane Malendi buktinya. Dokter itu tak jarang bersikap absurd bahkan di hadapan Angie yang notabene merupakan orang baru di circle mereka. “Baiklah. Kurasa kita harus melakukan metode lain. Kali ini, kumohon, jangan memanggilku kemari, V. Datanglah ke klinik, karena aku lebih leluasa jika melakukan pekerjaanku di sana.” Vivian mengangguk meski sesekali menggerutu. Dia bangkit dan mengantar Jane menuju ke teras untuk kemudian pergi meninggalkan kediaman Genosie. *** “Haruskah kita melakukannya lagi? Apakah satu kali tidak cukup?” tanya Mike yang mengemudi sembari terus mengomel. Angie baru pertama kali menemukan lelaki yang begitu cerewet dan banyak mengeluh. Mike orangnya. Sejak berangkat, dia tak henti menggerutu dan menunjukkan kalau dirinya enggan melakukan hal yang baginya sangat konyol. Selain karena dia tahu betul, dirinya dan Angie memang tidak pernah melakukannya, juga karena memeriksakan kandungan yang bahkan belum terbuahi adalah tindakan yang tak masuk akal. “Sudahlah. Kemudikan saja mobilnya dengan hati-hati. Aku tidak ingin kecerobohanmu membuat Angie dan calon cucuku berada dalam bahaya.” Lagi, perkataan Vivian membuat Angie dan Mike menjadi kikuk dan tak tahu harus bersikap bagaimana. Keduanya merasa serba salah, terlebih Angie yang baru beberapa hari bergabung dengan keluarga itu dan belum mengenal karakteristik ayah dan ibu mertuanya. Dia takut salah bicara, sehingga memilih diam. Tiba di klinik Dokter Jane Malendi, Mike memutuskan menunggu di luar. Dia tak tahan aroma obat-obatan dan pembersih lantai yang menyeruak di sepanjang koridor serta seluruh sudut bangunan yang terlalu megah untuk dia sebut klinik. Mike memilih tempat duduk di lobi, menyulut rokok di tangan kiri dan menggulir layar ponsel di tangan kanannya. Niatnya semula adalah untuk memeriksa pergerakan indeks saham dan pasar jual beli ‘barang dagangannya’. Namun, berita di sebuah situs online menarik perhatiannya. Biasanya dia tak pedulikan media-media online yang selalu membuat berita berlebihan mengenai sesuatu tentang dirinya. Namun, kali ini, apa yang dia baca di layar, membuatnya meradang. [Calon Pewaris The Black Venom Menikah Karena Cinta Satu Malam] “Bedebah! Berani sekali mereka menulis berita sampah tentangku!” umpatnya, mengempaskan rokok di lantai, tetapi membiarkannya menyala. Bila perlu, biar angin menjadikan sisa puntung menjadi api besar dan membakar klinik itu. Dia tak peduli. Kemarahan membuat Mike mengabaikan banyak hal. Terlebih, tak berhenti sampai di situ, berita lain berhasil membuat Mike saat itu juga menekan beberapa nomor dan berbicara dengan seorang di seberang. “Silakan pilih cara mati yang paling kau suka,” ujarnya yang seketika membuat lawan bicaranya gelagapan. “A-apa maksudmu, Mike?” “Jangan pura-pura tidak tahu. Sudah kukatakan, jangan memberitakan apa pun tentang istriku. Berani mengusiknya, sama saja mengusik keluarga Genosie. Bahkan The Black Venom.” “Bagaimana kau bisa yakin kalau itu aku? Kau tak punya bukti.” Pria di seberang menyanggah. Namun, bukan Mike Genosie namanya jika langsung percaya dan luluh hanya dengan kalimat manipulatif semacam itu. “Hapus, atau aku akan mendatangimu sekarang!” “M-maafkan aku, Mike. Aku hanya bermain-main. Mudah saja menghapus berita online semacam itu. Kau tak perlu cemas.” “Jika sampai urusanku selesai dan kau belum juga mengenyahkan berita murahan itu, kau yang akan kumusnahkan dari muka bumi. Kau paham?” Mike mengakhiri percakapan tanpa perlu menunggu jawaban. Apa pun perkataannya adalah titah absolut dan tak boleh ada seorang pun yang membantah kecuali ayah dan ibunya. Di hadapan keduanya, Mike hanyalah bawahan, sementara di depan para anggota lain, dia adalah seorang putra mahkota. Jangan tanya posisinya di hadapan khalayak. Tentu saja, seorang biang onar yang tak boleh ada siapa pun berurusan dengannya atau membuatnya murka jika masih sayang nyawa. Bosan menunggu cukup lama, Mike merogoh saku kemeja dan tak menemukan rokoknya. Dia memutuskan untuk memastikan apakah prosesi aneh yang tengah dilakukan oleh para wanita di dalam sana telah selesai. Namun, tiba di ruangan, dia justru mendapat sambutan sepasang mata mendelik ke arahnya. “Maafkan aku harus mengatakan ini, V. Kau harus menyelesaikan masalah ini di rumah. Yang pasti, Angie masih ‘tersegel’ rapi dan tak ada tanda-tanda seseorang mencoba untuk membukanya.” Jane tersenyum ke arah Mike dengan mata menyipit, yang membuat Mike dan Angie sama-sama panik. “Mike, kita pulang sekarang dan jelaskan padaku secara terperinci mengenai apa yang baru saja Dokter Malendi katakan.”“Mencintaimu adalah kesedihan. Aku tak inginkan kehadirannya, tetapi dia akan terus melekat pada diri, membelenggu hidup, bahkan hingga mati.” -Jiji-***Angie terbangun dengan tangan-kaki terikat dan tak bisa digerakkan. Kesadaran belum penuh mengisi rongga kepala. Namun, dia tahu apa yang terjadi saat suara denting tertangkap indra pendengarnya setiap kali dia bergerak.“Shit! Tidak, tidak, tidak.” Kedua tangan yang terborgol terus dia gerakkan, tetapi tentu saja mustahil melepaskan diri. Angie bukan super hero yang bisa mematahkan besi, melainkan hanya manusia biasa. Keahlian utamanya hanyalah berkamuflase, menjadi karakter berbeda di tiap misi. Untuk kali ini, sepertinya Jim jauh lebih pintar.“Jimmy! Lepaskan aku, bajingan!” Dia berteriak menggila setelah berusaha mengingat kejadian kali terakhir, tetapi nihil. Bisa dipastikan ada campur tangan pihak lain yang membuat Angie kesulitan mengumpulkan ingatan dan dia tahu siapa. “Sialan kau, Meredith!”“Apakah kau memanggilku?”
“Jika nyawaku bisa meredakan amarah dan dendammu, ambillah sesuka hatimu. Namun, kembalilah kepadaku sebagai Jiji yang kukenal dan mencintaiku.” -Mike-***Seorang lelaki membuka mata perlahan. Seolah baru tersadar dari tidur panjang, dia terhenyak, terbatuk keras sebelum mengedar pandangan ke seluruh penjuru ruangan kosong dan berdebu.Perempuan dengan setelan serba hitam duduk di sudut ruangan dengan pistol di tangan, menatap ke arahnya yang memicingkan mata, memperjelas penglihatan yang sedikit kabur. Kepalanya pengar seperti baru saja dihantam dengan cukup keras.“Hello, Husband. Did you miss me?” sapa Angie sembari berjalan mendekat, membuat lelaki itu sadar siapa yang ada di depannya. Perempuan itu berjongkok, memandanginya dengan iris cokelat yang berhasil menawan hatinya selama ini. “Kau pasti terlalu lelah sampai tidur seperti bayi.”“Jiji, apa-apaan ini?” Mike berusaha melepaskan ikatan di tangan dan kaki, tetapi percuma. Beruntung Angie tidak menyumpal mulutnya, sehing
“Nyawa dibalas nyawa, Mike. Andai ayahku membunuhmu, aku pun akan melenyapkannya.” -Jiji-***“Hari ini aku dan The Black Venom akan mengadakan pertemuan,” ujar Jordan sembari menilik tampilan rapinya di cermin di kamar Angie. Yang diajak bicara tak memberi respons.Angie baru bisa terlelap selama dua jam karena terus memikirkan pertemuan dengan Mike. Pagi hari buta suara berisik di luar kamar membangunkannya dan ternyata Jordan tengah menyibukkan diri dengan koleksi senapan. Sekarang, baru hendak memejamkan mata lagi, lelaki itu masuk tanpa mengetuk pintu dan memintanya ikut menghadiri rapat. Yang benar saja!“Bagaimanapun, kau adalah pasanganku sekarang.” Jordan beralasan.Andai Jordan tahu, Mike dan Angie sudah menandatangani akta pernikahan sah dan menghancurkan surat kontrak mereka. Jadi, Angie masih bagian keluarga Genosie. Ikut sebagai pasangan Jordan hanya akan menimbulkan masalah baru ditambah kesempatan bertemu Mike.Dia masih enggan melihat wajah lelaki itu.“Sayang
"Tak bisakah kita kesampingkan masalah organisasi dan hanya pedulikan perasaan kita sekarang? Aku rindu, otu yang kuingin kau tahu. Namun, bagaimana denganmu? Tak inginkah kau berhenti sejenak dan habiskam malam panas seperti dulu?" -Mike-***Angie membuka jendela hati-hati, melangkah berjinjit tanpa menimbulkan suara. Seseorang masih terbaring di ranjang, lelap dan tampak tak terganggu dengan kehadirannya di sana.Dia tidak datang untuk misi, melainkan hanya hal remeh-temeh yang selama dua tahun ini seharusnya dia lakukan, tetapi terhalang oleh keadaan.Perlahan dia belai rahang lelaki di ranjang, lalu memandangi sebentar sebelum memutar tubuh untuk pergi. Beberapa menit saja seharusnya cukup. Sayang, saat dia hendak menjauhkan tangan, sebuah cengkeraman menghalangi niatnya.“Apa yang kaulakukan di sini?” sergah lelaki itu, membuka mata dan menatap wajah panik Angie yang terlihat jelas meski hanya diterangi cahaya rembulan dari luar jendela. “Kau mau kabur dan menghilang lagi? Sa
Another winter day Has come and gone away In even Paris and Rome And I wanna go home [Home – Michael Buble] *** Mansion Jordan adalah tempat tinggal Angie sekarang. Dia setuju, tetapi meminta agar tetap memiliki kebebasan menjalankan tanggung jawab terhadap organisasi. Menyetujui perjanjian dengannya tak berarti Angie akan berhenti dari keterlibatan dengan The Black Shadow. Masih banyak tugas yang belum terselesaikan dan setelah mendengar penuturan Meredith, dia jadi tak sabar untuk segera melakukan investigasi sendiri. Gadis yang menyerupai Meredith pasti berkeliaran bebas. Siapa dan apa tujuannya, masih jadi tanda tanya besar di benak Angie. “Lantas, apa tujuanmu bergabung di dua organisasi? Bagaimana jika Mike sampai tahu? Dari ceritamu, dia sepertinya sangat menyayangimu. Jika tahu kau berkhianat, dia akan sangat terluka,” ujar Angie di markas The Black Shadow setelah mendengar penjelasan sang adik ipar. “Karena itu, tolong jangan sampai itu terjadi. Aku tak ing
When the rain is blowing in your faceAnd the whole world is on your caseI could offer you a warm embraceTo make you feel my love[Make You Feel My Love – Adele]***Semua berkumpul untuk menikmati makan malam pertama mereka dengan formasi lengkap—ibu, ayah, dan anak-anak. Sayangnya hal semacam itu hanya terjadi di depan kamera, tayangan favorit para remaja. Menmpilkan keseharian keluarga sempurna yang tak akan pernah terjadi dalam hidup Meredith.Zack, ayah mereka, tak pernah bersedia duduk satu meja dengannya. Tidak ada yang tahu alasan mengapa lelaki paruh baya itu begitu membenci gadis tak berdosa seperti Meredith. Dia selama ini harus menerima kenyataan menjadi anak buangan. Namun, sebelum akhirnya terlahir, tidak ingatkah mereka pada proses penuh cinta, suka sama suka?Jika tidak, mustahil semua itu terjadi. Tanpa rasa suka, tak mungkin dia terlahir meski akhirnya dibuang, sehingga Vivian menyelamatkannya dan menyembunyikan rahasia besar itu dari Mike sekian lama hany