Pembicaraan mereka terpaksa dihentikan, Miguel tersenyum sinis dan berjalan ke dalam dress room untuk berganti baju.
"Istriku yang cantik, ayo kita makan malam bersama."
Kata-kata itu begitu manis, tapi diucapkan oleh Miguel dengan nada tajam dan menyindir sehingga Keyra hanya merasa sakit dan kesal saat mendengarnya.
Keyra dengan sangat terpaksa menggamit lengan pria yang dibencinya sejak SMA tersebut lalu berjalan turun bersama menuju ruang makan keluarga.
Miguel hanya melirik wajah datar Keyra, tersenyum sinis dalam hati.
Sebagai seorang pebisnis, nalurinya sangat kuat, dan pria ini sudah mulai curiga bahwa Keyra mendengar pembicaraan dirinya dan sang ibu kemarin malam saat pagi hari melihat mata istrinya yang bengkak.
Makan malam keluarga berjalan dengan tenang.
Keyra yang marah karena sikap sinis Miguel ketika mereka hendak pergi ke ruang makan dan mengabaikan permintaan Keyra untuk cerai, dengan sengaja mengambilkan lauk dan makanan yang dibenci Milo ke atas piring makan suaminya tersebut.
Miguel tak mau kalah, dia juga kesal dengan sang istri yang telah menipu dirinya, bersikap manis dan romantis, dia kira mengajak untuk malam pertama ternyata malah meminta cerai, juga membalas tindakan Keyra tersebut.
Dia dengan sengaja menaruh makanan pedas di piring sang istri, padahal tahu kalau Keyra tak tahan pedas.
Keduanya saling pandang, meski dalam hati dongkol bukan main, baik Keyra dan Miguel saling melemparkan senyum manis, tapi diakhiri dengan tatapan penuh benci ketika sang ibu tak memperhatikan.
Ibu Miguel menyaksikan perbuatan putra dan menantunya tersebut dengan senyum lebar, salah menangkap tindakan mereka sebagai interaksi romantis antara suami istri yang saling mengambilkan makanan satu sama lain.
Di matanya, tindakan putra dan menantu tersebut sangatlah manis.
"Kalian begitu romantis," komentar sang mertua, yang membuat Keyra hanya tersenyum tipis dengan tatapan pasrah.
Tak mungkin untuk membuang makanan di depan sang ibu, Miguel dengan terpaksa memakan apa yang ada di piringnya, meski dengan tersenyum getir.
Keyra juga melakukan hal yang sama, menahan rasa pedas dari makanan yang diambilkan Miguel meski perutnya sudah menjerit-jerit sakit.
Kedua orang itu dengan begitu profesional masih memamerkan senyum di bibir mereka, tak ada yang mau kalah dan menyerah sampai makanan di piring mereka habis.
Keyra ingin menunjukkan pada Miguel bahwa dia tidak masalah memakan makanan pedas karena tak mau dianggap perempuan lemah yang bisa ditindas oleh lelaki.
Sedangkan Miguel juga tentu saja tak mau kalah karena dia merasa bahwa dengan Keyra meminta cerai, itu merupakan keputusan yang sangat buruk bagi dia karena menghawatirkan kesehatan ibunya.
Dia juga masih menyimpan kesal karena telah diberi harapan palsu oleh perempuan mungil tersebut.
Jadi pria itu tidak akan pernah mau terlihat lemah di depan Keyra dan memilih untuk menghabiskan semua makanan di piring meski sangat membenci semua makanan itu.
Akhirnya, makan malam yang tak ubahnya penyiksaaan bagi Keyra dan Miguel itu pun berakhir.
Diam-diam baik Keyra maupun Miguel memegangi perutnya, tapi sepertinya sang ibu belum ingin menyudahi makan malam bersama tersebut.
"Ah, aku ingin memberi tahu sebuah kabar baik untuk kalian berdua."
Ibu mertua Keyra menaruh sendok di piring dan memulai pembicaraan.
Keyra dan Miguel secara spontan menatap perempuan setengah baya tersebut.
Sang ibu tersenyum lebar sebelum berbicara.
"Aku sudah memutuskan untuk ikut teman-temanku plesir keliling dunia, aku berpikir untuk membiarkan kalian berdua di rumah ini sehingga kalian bisa bebas melakukan apa saja di sini sebagai pasangan pengantin baru, tanpa terganggu olehku."
"Maksud Mama apa? Mama sama sekali tidak menggangu kami, jangan berpikir seperti itu, Ma," sergah Miguel cepat.
Dia mengatakan hal itu karena khawatir jika mamanya pergi, Keyra akan semakin gencar untuk meminta cerai padanya.
"Iya, Ma. Aku malah senang ada Mama di sini."
Keyra ikut menjawab, karena meski dia benci setengah mati dengan Miguel, tapi Keyra tak bisa membenci ibu mertuanya.
Buru-buru ibu mertua Keyra menggeleng dan mengklarifikasi ucapannya karena tak ingin putra dan menantunya tersebut salah paham.
"Tidak. Tidak. Aku melakukan ini karena Milo yang tidak ada waktu untuk bulan madu, jadi kupikir kalian bisa melakukan bulan madu di rumah ini dengan leluasa."
"Ma, i-itu ...."
Miguel tak bisa melanjutkan bicara, menggaruk belakang kepalanya sembari melirik Keyra.
Sementara wajah Keyra memucat saat mendengar bulan madu.
Sampai kapan pun, dia tidak akan menyerahkan keperawanannya kepada Miguel, bulan madu menjadi hal yang paling dia benci sekarang.
Sang ibu mengartikan ekspresi mereka sebagai reaksi pengantin baru yang masih malu-malu, jadi dia tertawa dengan ekspresi maklum.
"Aku bisa melihat cinta yang begitu besar di antara kalian berdua. Lakukanlah sepuas kalian di sini, kalian bisa mengeksplorasi rumah ini dan menggunakan setiap sudutnya untuk bercinta," ucap Ibu mertua Keyra dengan santai
"Ma!"
Protes dari Miguel malah dibalas tawa lebar oleh ibunya.
"Kenapa kamu malu-malu, Nak? Bukankah semua pengantin baru seperti itu? Mereka ingin selalu bercinta di mana saja dan kapan saja. Aku sudah tak sabar untuk meminang cucu dari pernikahan kalian," ucap sang ibu dengan tatapan merindu.
Keyra semakin merinding saat mendengar kata cucu, seumur hidup dia tidak akan pernah mau menghasilkan anak dari pria bernama Miguel ini, tidak!
Lebih baik dia hidup sendiri selamanya daripada harus bersama pria yang begitu dibencinya ini!
"Ma, hal itu ...."
Ucapan Keyra segera dipotong oleh Miguel karena khawatir istrinya tersebut mengungkapkan niatnya untuk bercerai kepada ibunya.
"Baiklah, Ma. Lakukan yang kau inginkan. Berapa lama perjalanan plesir keliling duniamu, Ma? Kalau butuh apa-apa bilang saja padaku langsung."
"Tidak usah, Nak. Manjakan saja istrimu ini, bukankah kalian sudah sangat lama ingin bersama-sama dalam ikatan pernikahan seperti ini? Jadi, nikmati waktu kalian berdua dengan santai dan menyenangkan. Mana mungkin akan pergi selama dua bulan."
"Semoga liburanmu menyenangkan, Ma."
Keyra yang pasrah, akhirnya mengatakan hal itu kepada ibu mertuanya, di hati yang terdalam, wanita ini juga ingin melihat ibu Milo tersebut bahagia.
Ibu mertua Keyra menatap perempuan itu penuh kasih sayang dan berkata.
"Keyra, sekarang kamu adalah menantuku. Menantu dan anak kandung tidak ada bedanya bagiku, kalau ada apa-apa, cerita saja ke mama, mengerti, Nak?"
"Baik, Ma."
Gadis itu mengangguk, tiba-tiba terharu dengan ucapan ibu mertuanya tersebut, merasa bahwa cobaan ini mungkin tidak seberat yang dia kira.
"Sekarang masuk kamarlah kalian berdua, aku lihat saat makan tadi kalian terus saling tatap satu sama lain, apakah kalian sudah tak sabar untuk hubungan yang panas di atas ranjang?"
"Mama!"
Keyra dan Miguel berteriak secara bersamaan.
"Ah, kalian malu-malu rupanya. Ya sudah. Cepat masuk kamar sana. Dasar pengantin baru," ucap sang ibu, menggeleng dengan tersenyum geli.
Keduanya hanya bisa pasrah dan mengangguk lalu berjalan kembali ke kamar dengan tangan saling memeluk pinggang satu sama lain.
Sampai kamar, Keyra menyingkirkan tangan Miguel yang melingkar di pinggangnya dan menghadiahi pria itu dengan tatapan galak.
"Kalau di sini, kita tidak perlu bersandiwara, Berengsek!"
"Ah, aku lupa. Maaf."
Santai, Miguel menjawab.
Sejak mereka saling mengenal, berbuat menyebalkan di depan Keyra adalah kebiasaan Miguel. Itu karena Miguel tak ingin Keyra tahu bagaimana perasaan yang dia simpan pada gadis tersebut.
"Dasar pria menyebalkan."
Keyra mendengus dan membuang mukanya. Kesal.
"Sikapmu langsung berubah, ya, saat tahu aku Miguel. Aku penasaran, dari mana dan sejak kapan kamu tahu kalau aku ini bukan kekasihmu yang sangat berharga, Gadis Naif?" sindir Miguel dengan ekspresi sinis.
"Jangan panggil aku naif. Aku tetap pada pendirianku, kita harus bercerai!" teriak Keyra dengan menggebu-gebu.
"Kalau aku tidak mau, bagaimana? Apa yang akan kau lakukan?"
Miguel menjawab dengan seringai tipis di bibirnya, menatap Keyra dengan ekspresi mengejek.
***Kepala Keyra seperti tersiram air dingin mendengar kabar dari seseorang yang meneleponnya. "Ini... ini tidak mungkin! Miguel, bagaimana bisa...." Keyra berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan panik. Bagaimana bisa semua menjadi serba kebetulan? Ibu mertuanya berencana menggulingkan Miguel dari jabatan sebagai presiden direktur di perusahaan yang dia pegang, dan kini tiba-tiba Miguel menghilang dengan kabar diculik seseorang. "Apakah ini ulah Mama? Tidak, itu tidak mungkin. Tapi, tapi segalanya menjadi mungkin sekarang." Keyra hampir menangis saat dia berusaha menghubungi Miguel tapi ponsel pria itu tidak aktif. Dia tertawa tanpa suara menyadari kebodohannya. Tentu saja ponsel Miguel tidak akan aktif! Dia sedang diculik! [Jangan lapor polisi dan jangan beritahu siapa pun. Ikuti instruksi dariku untuk mengambil kembali Miguel.] Pesan yang dikirim oleh nomor yang tadi menghubungi dirinya membuat Keyra sekalinya ketakutan.
Keyra dalam mood yang begitu buruk pagi ini.Itu semua karena Miguel yang mengatakan bahwa dia harus menunda kepulangan entah sampai kapan, sementara Keyra begitu bosan berada di rumah."Kenapa ditunda, sih? Padahal dia tahu kalau aku kesepian," rutuk Keyra dalam hati sambil bersungut-sungut ketika membaca pesan permintaan maaf dari Miguel."Aaaah, aku sangat bosan. Apa nanti aku jalan-jalan saja ke mall untuk mencari udara segar?"Keyra akhirnya memutuskan setelah sarapan dan hal lainnya, wanita itu akan pergi keluar untuk mencari udara segar.Dia kini baru menyadari bahwa ternyata tak punya banyak teman, Keyra tiba-tiba ingat teman SMA nya dulu yang tinggal satu asrama, namanya Erika.Dari semua penghuni asrama, meskipun perkenalan mereka hanya sebentar tapi Erika lumayan akrab dengannya."Apa aku bertanya saja kabarnya dan mengajak bertemu, ya? Apakah dia masih ingat aku? Jangan-jangan dia sudah lupa," gumam Keyra kepada dirinya se
[El, tadi aku diminta mama menemani Rafe belajar buku-buku bisnis dan....]Keyra segera menghapus lagi ketikan di ponsel dan tak jadi mengirimkannya kepada Miguel, berpikir ulang tentang kata-kata ibu mertuanya tadi ketika dia berada di ruang keluarga bersama Rafe dan mertuanya."Jangan memberi tahu Miguel tentang hal ini, Key. Kau tidak ingin kalau terjadi pertikaian di keluarga ini kalau Miguel salah paham, 'kan?"Seakan tahu bahwa Keyra pasti akan lapor kepada suaminya, Nyonya Davne sudah melarang wanita itu melakukannya."Besok saja kalau Miguel pulang, aku akan bercerita secara langsung agar tidak ada kesalahpahaman."Akhirnya Keyra memutuskan seperti itu setelah berpikir bahwa mungkin jika dia mengatakannya lewat chat, akan ada kesalahpahaman seperti yang dikhawatirkan ibu mertuanya.Malam itu, setelah Keyra menemani Rafe belajar ilmu bisnis dari buku-buku yang dibawa adik iparnya tersebut, Keyra bersiap tidur dan mengurungkan niat men
"Mama bilang, kenapa selalu aku yang selamat?"Ucapan lirih yang keluar dari mulut Miguel, membuat Keyra seketika terdiam.Dulu, dulu saat pertama kali mendengar cerita Miguel bahwa calon suaminya meninggal dunia karena mengendarai mobil yang biasa Miguel pakai bekerja, sejujurnya sempat terlintas dalam diri Keyra pertanyaan seperti itu.Kenapa Miguel yang selamat? Kenapa justru Milo yang meninggal padahal itu mobil Miguel?Keyra merasa sedikit tertohok, apalagi ketika melihat ekspresi kesakitan dan tertekan di wajah Miguel yang tampan.Kini Keyra sadar kenapa Miguel begitu suram, jarang tersenyum dan seperti tak tertarik sama sekali dengan kehidupan.Itu karena apa yang dia alami sudah terlalu berat, di balik ke profesionalnnya saat bekerja, yang dijuluki presiden direktur paling jenius karena di usia muda sudah bisa membawa perusahaan besar yang dia pegang menuju kesukse
"Dulu sikap mama tidak seperti ini," ujar Miguel membuka cerita.Ini adalah sebuah kenangan pahit yang tak pernah dia buka kepada siapa pun. Miguel terus menyimpannya sendiri dan berharap suatu hari sikap dingin yang kadang-kadang muncul dari mamanya itu suatu saat menghilang.Namun, sepertinya itu hanyalah sebuah harapan kosong.Apalagi setelah kematian Milo yang menggunakan mobil milik Miguel, tatapan menuduh sering kali Miguel rasakan dari sorot mata ibu kandungnya."El ...."Keyra merasa menyesal saat melihat wajah sendu suaminya, dia menyesal karena telah membuka luka yang sepertinya sudah hampir sembuh.Dia juga menyesal kenapa sekarang mereka berjauhan sehingga tak bisa memeluk suaminya tersebut untuk memberi kekuatan."Kalau kau tak bisa mengatakannya, tidak apa-apa, El," ucap Keyra buru-buru, tapi Miguel menggeleng.Dia tersenyum samar dan menggeleng lagi."Tidak apa-apa, aku memang mau berbagi padamu agar kau t
"Sudah makan, El?"Malam hari, sesuai janji Keyra kepada Miguel, wanita itu pun mau menerima panggilan video dari suaminya yang kini melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Miguel yang kini tampak duduk santai di sofa hotel tempat dia menginap, mengangguk dengan senyum lebar di bibirnya."Sudah dong, Sayang. Tak perlu menghawatirkan aku, aku makan dengan sangat baik di sini, hanya saja ada yang terasa sangat kurang," jawab Miguel yang masih memakai kemeja putih yang ia kenakan saat pertemuan bisnis dengan klien dengan satu kancing terbuka bagian atas.Rambutnya yang biasa tertata rapi kini terlihat cukup acak-acakan, mungkin karena sudah dalam keadaan tidak bekerja jadi penampilannya pun menjadi santai.Namun, penampilannya seperti itu malah membuat Miguel tampak seksi sehingga Keyra tergila-gila hanya dengan memandang wajah suaminya di layar ponsel."Ya? Apa itu? Kau bisa meminta sekretarismu untuk mencari apa yang kau inginkan, El. Pok
"El." Keyra yang terburu-buru menyusul Miguel ke kamar, berjalan pelan mendatangi sang suami yang tampak sibuk membereskan barang-barang untuk perjalanan dinasnya ke luar negeri. "What happen, Dear?" Keyra memeluk lembut lengan Miguel, bertanya dengan sorot penuh kekhawatiran. "Tidak ada, aku hanya sedang terburu-buru berangkat ke luar negeri. Itu saja," jawab Miguel yang masih menolak menatap Keyra. Emosinya masih bergejolak mengingat perkataan ibunya di meja makan tadi, dia tak ingin Keyra melihat dirinya ketika dalam keadaan seperti sekarang. "Kau belum makan apa pun, El. Makanlah dulu sebelum pergi," bujuk Keyra dengan lembut, memberikan tas kerja kepada sang suami yang terus menunduk entah sibuk melakukan apa. "Aku akan makan di perjalanan atau di pesawat." Miguel menjawab singkat, mengalihkan pandang dari Keyra. Keyra tak mau menyerah dan segera membalik tubuh Miguel agar mau menatap dirinya, lalu kembali
"Adik?"Di tengah keheningan ruang makan, Keyra bertanya dengan ekspresi tak percaya.Nyonya Davne, ibu mertuanya mengangguk dengan senyum lebar ketika tatapannya terarah pada Keyra.Berbeda sekali dengan ketika dia memandang Miguel beberapa saat lalu, mata perempuan itu menyipit tak suka."Iya, Sayangku. Ini adik iparmu, Rafael. Panggil dia Rafe mulai dari sekarang, dia putra bungsu mama yang telah hilang sejak bayi," terang mama mertuanya dengan mata berbinar dan memandang Raffi, seorang pria yang selama sebulan ini menjadi sopir pribadi Nyonya Davne, tiba-tiba menjadi adik ipar Keyra.Nyonya Davne menjelaskan dengan penuh semangat bagaimana kisah Rafe, putra bungsu yang terbuang ini.Dulu, tujuh tahun setelah melahirkan bayi kembar Miguel dan Milo, Nyonya Davne melahirkan lagi seorang anak.Namun, oleh rumah sakit diberi tahu bahwa putra yang dia lahirkan telah meninggal dunia.Perempuan itu tak menyangka bahwa ada seseorang
"E,El? Ada apa, Sayang?"Keyra begitu terkejut ketika Miguel tahu-tahu memeluk dirinya yang baru selesai mandi dan berganti baju dari belakang.Miguel tak menjawab apa pun, menyibak rambut panjang istrinya yang sedikit bergelombang dan menciumi lehernya."H-hey! Semalam, kan, kita sudah bercinta sampai beberapa ronde, apakah kau ingin lagi?"Keyra bertanya dengan wajah memerah karena malu saat suaminya itu tak berhenti menciuminya.Mereka sebentar lagi harus turun ke bawah untuk sarapan bersama ibu Miguel, Keyra tak mungkin membiarkan mertuanya menunggu terlalu lama karena harus melayani nafsu Miguel.Miguel sendiri sudah siap berangkat bekerja dengan setelan jas hitam dan kemeja abu-abu gelap di baliknya.Miguel menggeleng, kembali memeluk istrinya dari belakang dengan wajah muram."Aku hanya merindukanmu," bisiknya, menaruh dagunya di atas kepala Keyra dan memejamkan mata.Tadi, karena tak bisa menahan emosi, Miguel be