Share

BAB 13

Author: Dannisa Idris
last update Last Updated: 2025-08-15 21:01:59

Queen duduk di kursi tamu di ruang kerja Sultan, berkas tebal yang ia terima semalam dan berkas baru sultan serahkan terbuka di pangkuannya. Matanya bergerak cepat membaca, tapi sesekali berhenti untuk menandai halaman dengan jemari.

“Apa maksud dari istilah share dilution di bagian ini?” tanya Queen sambil mengangkat kepala.

Sultan yang duduk di belakang meja kerjanya menatapnya sebentar, lalu menjawab singkat, “Pengurangan persentase kepemilikan saham karena penambahan modal. Nanti kau akan menghadapinya di rapat.”

Queen mengangguk pelan dan kembali membaca. Beberapa menit kemudian, ia kembali bertanya, “Kalau executive decision di sini, berarti semua keputusan final ada padamu?”

“Ya,” jawab Sultan tanpa ragu. “Itu sudah tertulis jelas di anggaran dasar.”

Obrolan tanya–jawab itu berlanjut beberapa kali sampai suara ketukan pelan terdengar di pintu.

“Masuk,” ucap Sultan.

Seorang laki-laki paruh baya masuk. Rambutnya sudah beruban di sisi, tapi tubuhnya tegap. Setelan jasnya rapi, das
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 50

    Suara mesin mobil meredam keheningan. Jalanan kota mulai tampak dari balik kaca jendela, lampu-lampu sore menjelma bintik cahaya yang berlarian.Queen menoleh, menatap profil wajah Sultan yang tenang, nyaris terlalu tenang. Kata-kata tadi masih bergema di telinganya. Ia akhirnya membuka suara, pelan.“Apa maksudmu tidak akan biarkan aku jatuh sendirian?”Sultan tidak langsung menjawab. Matanya tetap pada jalanan di depan, lalu ia menghela napas, merapatkan jas yang tadi sudah dilonggarkan. “Artinya, kalau ada yang menjatuhkanmu, itu sama saja dengan menjatuhkanku. Dan aku tidak pernah membiarkan diriku kalah begitu saja.”Queen menunduk, jari-jarinya meremas pangkuan gaunnya. “ kamu bilang seolah-olah aku bagian dari permainan besar yang tidak bisa kuhindari.”Sultan akhirnya menoleh, tatapannya menusuk tapi tenang. “ kamu memang bagian dariku sekarang. Dan di Kalatama, siapapun yang jadi bagian dariku otomatis ikut di tengah lingkaran.”Queen menggigit bibir bawahnya, ada rasa getir

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 49

    Makan siang akhirnya usai. Don berdiri lebih dulu, dibantu pelayan untuk menyingkirkan kursinya. Semua orang ikut bangkit, memberi hormat singkat sebelum Don melangkah pergi dengan tongkatnya.Sultan masih berbincang sebentar dengan Patra di ujung meja, sementara Danu mengoceh kecil soal menu penutup yang menurutnya terlalu manis.Queen memilih keluar lebih dulu. Ia butuh udara. Langkahnya pelan melewati lorong panjang yang mengarah ke taman samping.Suara langkah lain terdengar tak lama kemudian. Queen berhenti, menoleh, dan mendapati Dira berdiri di belakangnya dengan senyum tipis.“Tidak menyangka kamu begitu cepat beradaptasi,” ujar Dira pelan, nada suaranya setengah sinis. “Bahkan berani menatapku balik di meja makan.”Queen menegakkan tubuhnya, wajahnya tenang. “Aku hanya menjawab sesuai yang perlu.”Dira melangkah lebih dekat, tumit sepatunya berdetak pelan di lantai marmer. “kamu pikir sikap tenangmu cukup membuatmu diterima di keluarga ini?”Queen menahan napas sejenak, lalu

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 48

    Suasana rumah besar keluarga Kalatama malam itu lebih riuh dari biasanya. Forum keluarga memang bukan hal asing, tapi setiap kali diadakan, aura tegang seakan ikut hadir di udara. Queen berjalan di samping Sultan, langkahnya mantap meski ada rasa gelisah yang tak bisa ia abaikan. Dari kejauhan, ia sudah bisa mendengar tawa ringan Danu dan suara pelayan yang sibuk menata minuman. Begitu masuk ke ruang utama, Queen langsung merasakan tatapan. Dira sudah duduk manis di kursi sebelah kanan Don, bibirnya mengulas senyum tipis. Senyum yang tidak pernah terasa tulus. “Akhirnya datang juga,” ucap Dira, suaranya manis tapi menusuk. “Aku dengar belakangan ini kamu sibuk ikut rapat direksi?” Queen menegakkan tubuh, menatapnya dengan sopan. “Ya. Itu bagian dari tugas yang diberikan Sultan.” Dira tertawa kecil, melirik ke arah Don. “Luar biasa, Kakek. Baru beberapa bulan menikah, Abang Sultan sudah membawa istrinya duduk di kursi rapat. Tidak semua orang bisa seistimewa itu, bukan?” Beb

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 47

    Ketegangan di ruangan masih terasa ketika ketukan pintu terdengar. “Masuk,” ujar Sultan, suaranya kembali datar. Pintu terbuka. Dania melangkah masuk dengan map tebal di tangannya, senyumnya tipis tapi matanya tajam, seakan sengaja menilai suasana. “Tuan, ini dokumen kontrak revisi dari divisi pemasaran. Mereka minta tanda tangan.” Sultan menerima map tanpa menoleh. “Taruh di meja.” Dania melangkah mendekat, menaruh map dengan perlahan, lalu melirik sekilas ke arah Queen. “Selamat siang, Nyonya.” Suaranya sopan, tapi ada nada samar di baliknya, seakan menyimpan sesuatu. Queen membalas dengan singkat, “Siang.” Sultan menandatangani satu halaman, lalu menutup map itu. “Sudah?” “Ya, Tuan.” Dania menunduk, tapi senyum tipisnya masih tertinggal saat ia berdiri. Sultan menatapnya tajam. “Dania.” “Ya, Tuan?” “Urusanmu hanya dokumen dan jadwal. Tidak lebih. Mengerti?” Dania menelan ludah, cepat-cepat menunduk. “Mengerti, Tuan.” “Keluar.” Dania berbalik, langkahnya sed

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 46

    Pagi itu, Queen melangkah keluar dari ruang kerjanya dengan map tebal di tangan. Tumit sepatunya mengetuk marmer, langkahnya mantap. Beberapa staf yang lewat buru-buru menunduk, tapi ada sesuatu di sorot mata mereka yang membuat Queen mengerutkan kening. Bisik-bisik. Suara rendah yang terdengar terputus-putus, seperti gelombang kecil yang segera menghilang ketika ia lewat. Queen berhenti sejenak, menoleh. Dua karyawan wanita yang tadi berbisik langsung berpura-pura merapikan berkas. Seorang pria muda menunduk dalam-dalam, hampir menjatuhkan ponselnya. Ia menarik nafas, melanjutkan langkah. Tapi telinganya masih menangkap suara samar ketika jaraknya menjauh. “…istri bos, tapi kok bisa masuk rapat direksi…” “…katanya semua kebijakan baru lewat dia dulu, benar nggak sih?” “…kalau bukan karena pernikahan, mana mungkin.” Queen menutup mata sebentar, lalu membuka kembali. Langkahnya tak goyah, tapi dadanya terasa berat. Begitu ia kembali ke ruangannya, Nala sudah menunggu den

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 45

    Queen menatapnya lama, tisu masih menempel di kulit tangan Sultan. “Kalimatmu barusan, apa maksudnya?”Sultan tidak langsung menjawab. Ia menarik napas dalam, lalu mengangkat tangannya, mengambil tisu itu dari genggaman Queen dan meletakkannya ke meja. “Tidak semua pertanyaan perlu jawaban.”Queen mengerutkan kening. “Jadi kamu sengaja menggantungnya?”Sultan berdiri, berjalan ke arah jendela tinggi. Cahaya sore menyorot separuh wajahnya, membuat garis rahangnya terlihat lebih tegas. “Ada hal-hal yang sebaiknya tidak kamu ketahui sekarang.”Queen berdiri juga, melangkah mendekat. “Tapi aku istrimu. Kalau aku tidak tahu, siapa lagi?”Sultan menoleh setengah, tatapannya tajam tapi ada keretakan samar. “Justru karena kamu istriku. Semakin sedikit kamu tahu, semakin aman posisimu.”Queen terdiam. Kata-kata itu menusuk, tapi ia tidak ingin mundur. “Aman? kamu pikir aku menikah untuk bersembunyi di balik tembok? Aku sudah masuk ke dunia ini, aku berhak tahu apa yang sebenarnya kamu hadapi.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status