Share

BAB 72

Author: Dannisa Idris
last update Last Updated: 2025-09-27 23:40:27

Keheningan menggantung beberapa saat. Hanya bunyi detik jam dinding yang terdengar jelas. Sultan masih berdiri di belakang mejanya, sementara Queen tetap di sisinya, seolah tidak berniat bergeser sedikit pun.

“Aku tidak terbiasa ada orang di sisiku saat menghadapi tekanan,” ucap Sultan akhirnya. Suaranya pelan, nyaris seperti pengakuan. “Selama ini aku selalu memilih menutup rapat semua urusan, bahkan dari keluargaku sendiri.”

Queen mengangguk pelan. “Aku tahu. Tapi kalau terus menutup diri, pada akhirnya kamu akan sendirian di dalam beban itu.”

Sultan memalingkan wajah, seakan enggan mengakui betapa dalam kalimat itu menusuk. Tangannya terangkat, menyisir rambutnya ke belakang. “Mungkin kamu benar.”

Queen mencondongkan tubuh sedikit, matanya tetap tertuju pada Sultan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi ingat, aku ada di sini. Tidak peduli seberapa berat, aku ingin tahu, setidaknya cukup untuk bisa menopangmu saat kamu butuh sandaran.”

Untuk pertama kalinya, Sultan menghela napas dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 75

    Makan malam berakhir dengan suasana yang masih penuh tawa. Vanda mulai merapikan sendoknya, lalu menoleh pada Kai.“Kai, kamu yang bawa semua piring ke belakang ya. Sekalian cuci piring.”Kai langsung meringis. “Mi… masa aku lagi?”“Tidak ada lagi-lagian. Ayo cepat,” tegas Vanda sambil meliriknya tajam.Kai menghela napas panjang, lalu bangkit dengan malas. Sebelum melangkah, ia menoleh ke arah Queen. “Kak Queen ikut aku ya, biar ada temannya.”Queen kaget, buru-buru menggeleng. “Eh? Aku? Tidak usah lah, Kai. Kamu saja, itu tugasmu.”“Tugas bersama dong,” Kai bersikeras, lalu menarik tangan Queen.Queen menahan diri, menoleh minta pertolongan. Tapi bukannya ditolong, Gala malah menepuk meja pelan. “Ikut saja, Queen. Anggap latihan jadi istri yang baiki.”“Papi!” protes Queen sambil tertawa kecil, tapi akhirnya pasrah. Ia berdiri, ikut Kai mengangkut piring-piring kotor ke dapur.Vanda tersenyum puas, lalu berdiri juga. “Kalau begitu, aku ambil puding dulu di kulkas. Sultan pasti suka.

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 74

    Ruang makan keluarga Rahadi tampak hangat malam itu. Lampu gantung kristal memancarkan cahaya lembut ke meja panjang yang sudah penuh dengan hidangan. Aroma sup hangat, ayam panggang, dan sambal khas buatan tangan Vanda membuat suasana semakin akrab.Queen duduk di samping Sultan, sementara Kai mengambil posisi di seberang, tepat di antara Mami dan Papi. Wajah adik bungsu itu terlihat sedikit canggung, tapi senyum kecilnya tidak lepas sepanjang waktu.“Sudah lama sekali kita tidak duduk begini,” ucap Vanda, memecah keheningan sambil menyendokkan sup ke mangkuk Queen. “Dulu hampir tiap minggu kita makan malam bersama. Sekarang harus menunggu kabar dulu baru bisa berkumpul.”“Mami…” Queen tersenyum lembut, menerima mangkuk sup itu. “Aku akan lebih sering datang kalau ada waktu. Janji.”Vanda mengusap tangan putrinya sebentar dengan hangat, lalu menoleh ke Sultan. “Dan kamu juga harus sering ikut, Nak. Kalau Queen sibuk, bawalah dia pulang. Rumah ini selalu terbuka.”Sultan menunduk sopa

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 73

    Hening di ruang kerja Sultan pecah oleh getar lembut ponsel di meja Queen. Ia menoleh, sempat ragu ketika melihat nama yang muncul di layar: Mami. Queen menarik napas, menatap sekilas ke arah Sultan sebelum menggeser ikon hijau. “Halo, Mi…” suaranya lembut, agak kaku karena lama tak bertegur sapa. “Queen, sayang,” suara Vanda terdengar di seberang, hangat sekaligus sedikit bergetar. “Mami senang sekali akhirnya kamu angkat telepon.” Queen tersenyum tipis, matanya memandang kosong ke arah meja. “Maaf, Mi. Aku… akhir-akhir ini sibuk sekali.” “Tidak apa,” jawab Vanda cepat. “Mami mengerti. Tapi kalau ada waktu pulanglah sebentar. Kita makan malam bersama. Lebih baik lagi kalau kamu bisa menginap. Rasanya rumah ini sepi sekali tanpa kamu.” Hati Queen menghangat mendengar suara ibunya. Ada rasa bersalah yang menyelinap, tapi juga kerinduan yang mendesak keluar. Ia menahan sebentar sebelum menjawab, “Aku rindu, Mi. Aku akan usahakan. Kalau ada waktu luang, aku akan datang.” “Ajak

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 72

    Keheningan menggantung beberapa saat. Hanya bunyi detik jam dinding yang terdengar jelas. Sultan masih berdiri di belakang mejanya, sementara Queen tetap di sisinya, seolah tidak berniat bergeser sedikit pun.“Aku tidak terbiasa ada orang di sisiku saat menghadapi tekanan,” ucap Sultan akhirnya. Suaranya pelan, nyaris seperti pengakuan. “Selama ini aku selalu memilih menutup rapat semua urusan, bahkan dari keluargaku sendiri.”Queen mengangguk pelan. “Aku tahu. Tapi kalau terus menutup diri, pada akhirnya kamu akan sendirian di dalam beban itu.”Sultan memalingkan wajah, seakan enggan mengakui betapa dalam kalimat itu menusuk. Tangannya terangkat, menyisir rambutnya ke belakang. “Mungkin kamu benar.”Queen mencondongkan tubuh sedikit, matanya tetap tertuju pada Sultan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi ingat, aku ada di sini. Tidak peduli seberapa berat, aku ingin tahu, setidaknya cukup untuk bisa menopangmu saat kamu butuh sandaran.”Untuk pertama kalinya, Sultan menghela napas dengan

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 71

    Perjalanan menuju Kalatama Tower terasa lebih singkat dari biasanya. Sultan menyetir sendiri, sementara Queen duduk di sampingnya, berusaha menyembunyikan rasa gelisah. Ia tahu, kalau Don sudah datang ke kantor, berarti ada urusan besar yang tidak bisa dianggap ringan.Begitu mereka memasuki lobi, Patra sudah menunggu dengan wajah tegang.“Selamat siang, Tuan Besar sudah tiba di ruang utama,” ucap Patra dengan nada resmi.Sultan hanya mengangguk singkat. “Pastikan tidak ada orang luar yang masuk.”Queen melangkah di sisi Sultan, gaunnya berdesir lembut seiring langkah cepat mereka. Sesampainya di depan ruang utama, dua staf membungkuk hormat sebelum membuka pintu besar itu.Di dalam, beberapa direksi sudah duduk rapi di sisi kanan dan kiri meja panjang. Namun pusat perhatian ada pada sosok pria tua di kursi utama. Don. Rambutnya memutih, tongkat hitam tergeletak di pangkuan, dan sorot matanya tajam seperti elang. Aura wibawanya membuat seluruh ruangan menunduk penuh hormat.“Selamat s

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 70

    Piring-piring sushi di meja tinggal tersisa beberapa potong. Queen meraih serbet, mengusap pelan ujung bibirnya, sementara Sultan meneguk teh hijau hangat dengan tenang. Keintiman yang tadi sempat hadir masih terasa, meski di baliknya ada bayangan masalah besar yang belum selesai.Nada dering pelan memecah suasana. Sultan menoleh ke ponselnya di atas meja. Nama Patra tertera jelas di layar. Tanpa ragu, ia langsung mengangkat.“Ya, Paman?” suaranya tegas.Queen menatapnya, berusaha membaca dari ekspresi Sultan.Dari seberang terdengar suara serius Patra, cukup keras hingga Queen samar-samar bisa mendengarnya. “Tuan, Tuan Don ada di kantor. Beliau ingin bertemu langsung. Situasi tegang, sebaiknya Anda segera kembali.”Sultan menegakkan punggungnya. “Mengerti. Siapkan ruang kerja. Jangan biarkan ada yang salah bicara.”“Baik, Tuan.” Sambungan terputus.Sultan menurunkan ponsel, wajahnya berubah serius penuh kewaspadaan. Ia menoleh ke Queen. “Kakek sudah ada di kantor. Kita harus segera k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status