Share

Mimpi yang Aneh

"Mampus gue kalo sampai Bu Sella tahu! Aduh, gini amat sih nasib gue!"

Lydia mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia berjalan mondar mandir di dalam kamar, sesekali meremas rambutnya sendiri memikirkan cara keluar dari masalah cincin.

"Ya Allah gimana ini? Apa aku resign aja dari kantor? Atau … pindah bagian, iya bener keknya itu yang paling bener! Pindah bagian biar nggak ketemu Bu Sella!"

Wajah Lydia kembali berseri, seolah menemukan jawaban pasti dari masalah yang dihadapinya.

"Besok aku ngajuin permohonan pindah bagian, pak Wisnu pasti setuju! Dia juga nggak mau kali kena masalah sama Bu Sella!"

Semangat Lydia kembali muncul, senyumnya mengembang kembali tapi itu hanya sesaat. Ponselnya berbunyi, 'Bos Galak' memanggil. Lydia tersenyum kecut.

"Kenapa deg-degan gini saya?"

Lydia menatap layar ponselnya dengan gugup. "Ya pak,"

"Besok pagi saya jemput kamu, kita kembali ke toko itu! Siapa tahu yang punya cincin berubah pikiran," suara Wisnu terdengar parau dan serak di seberang.

"Eh besok pak?"

"Iya besok, masa tahun depan! Kamu nggak usah ke kantor saya langsung ke rumah kamu!"

"Iy …," Lydia belum selesai menjawab tapi sambungan telepon sudah terputus.

"..."

"Kebiasaan! Bos gila, sarap!" umpat Lydia membanting ponselnya ke ranjang.

Lydia kesal tapi juga lega, ia berharap si pemilik toko mau menerima kembali cincin itu.

----------------

Di sebuah ruangan yang minum cahaya,

Seorang wanita cantik menatap ke dalam bejana air, sesekali senyuman tersungging di bibirnya.

"Tidak ada yang bisa menghindar dari kutukan cinta,"

"Putriku akan kembali hidup dalam ragamu, begitu juga dengan kekasihnya. Aku hanya perlu menjaga kalian dari kematian!"

Wanita itu kembali merapalkan mantra cinta. Dengan hati-hati ia mengambil kain putih yang terlipat sempurna dari balik pakaian. Dua helai rambut yang berbeda milik Wisnu dan Lydia disatukan.

"Waktunya kalian bersatu kembali!"

…………….

…………….

Godong kayu kanthil lulut

Teko kedep teko welas teko asih

Kidung pemanggil sukma terdengar mengalun lembut dari mulut si penyihir sakti, diikuti dengan sebuah mantra. Wanita yang telah berusia lebih dari dua ratus tahunan itu masih terlihat cantik menawan. Tidak tampak tanda menua di wajah, tubuh ataupun rambutnya.

Aku memanggilmu

memanggilmu dari kegelapan

Yen Siro teko

Wenehono tondo

Penyihir wanita bernama Marisa itu meniupkan mantra pada bejana air. Tampak wajah Lydia yang sedang terlelap tidur. Marisa tersenyum,

"Tidurlah dalam pelukan malam sayang, temukan dirimu dalam kenangan putriku,"

Marisa kembali merapal mantra lain yang ditiupkan lagi ke permukaan air.

Hal yang sama juga dilakukan pada Wisnu. Penyihir wanita itu tersenyum puas. 

"Besok adalah awal dari segalanya, kau dan dia akan bersatu dan jiwa putriku akan kembali hidup dalam ragamu,"

----------------

Lydia gelisah dalam tidurnya, keringat membanjiri tubuhnya. Bukan karena panasnya cuaca tapi karena mimpi yang aneh.

Lydia tiba-tiba berada ditengah Padang rumput yang sedikit gersang, terdengar derap suara kuda berpacu dengan cepat ke arahnya. 

Tidak hanya satu tapi beberapa mungkin sekitar 10 atau 15 ekor kuda. Lydia bingung dan panik melihat debu mulai beterbangan di sekelilingnya.

"Siapa mereka? Aku takut, apa aku akan mati!" gumamnya panik.

Lydia melihat dengan jelas para pria yang ada di atas kuda itu mengenakan pakaian layaknya para ksatria berbaju zirah. Ia sangat ketakutan. Wajah mereka tampak bengis menatap tajam pada Lydia.

"Siapa mereka? Ini mimpi kan, tapi kenapa terasa nyata?"

Rasa takut luar biasa yang menjalar di tubuh Lydia membuatnya lemas seketika. Ia berputar menatap satu persatu wajah para penunggang kuda yang dengan angkuh duduk diatas pelana mereka.

Jangan takut, kita akan hadapi ini bersama …,

Suara lembut seorang wanita menyapa telinganya, Lydia menoleh. Seorang wanita berambut keriting kemerahan menatapnya dengan mata sayu dan senyum manis dibibirnya. Wajah cantiknya khas wanita Eropa dengan hidung mancung dan bibir tipis merah jambu.

"S-siapa kamu?" tanya Lydia bingung.

"Aku adalah kamu dan kamu adalah aku, kita adalah satu,"

Lydia menggeleng, "Tidak, bukan … kamu bukan aku!"

Wanita itu tidak menjawab dan hanya tersenyum meraih tangan Lydia dan menggenggamnya lembut. Dingin, tangan wanita cantik itu dingin sekali seperti baru keluar dari es.

"Apa yang kamu lakukan?" Lydia ketakutan.

Wanita cantik itu hanya menaruh telunjuknya di bibir tanda untuk Lydia agar diam. Ia mengedikkan kepala pada puluhan pasukan berkuda yang mengelilingi mereka.

Lydia mengikuti arah yang ditunjuk wanita itu, ia terkejut setengah mati saat melihat puluhan penunggang kuda membidiknya dengan panah tajam.

"Apa yang terjadi, mereka mau membunuhku? Tidak, tolong saya … jangan!"

Lydia berteriak ketakutan, tapi sekali lagi wanita itu dengan tenang bicara pada Lydia.

"Tenanglah, kita bisa mengatasinya bersama. Yakinlah padaku!"

Apa wanita ini sudah gila?! Siapa dia?! Gimana bisa aku tenang! Ini gila, aku bisa langsung mati dengan panah segitu banyak!

Lydia mengumpat dalam hati, suara tarikan busur panah tampak jelas di telinganya dan dalam sekejap mata, puluhan busur panah meluncur ke arahnya. Lydia menjerit, ia pasrah dihujani puluhan anak panah tajam.

Ia menutup matanya rapat, "Ya Allah menyedihkan sekali takdirku!"

Tapi sejurus kemudian ia tidak merasakan apa pun, hening dan sunyi yang terdengar. Lydia memberanikan diri membuka mata. Pemandangan mengerikan nampak di depannya. Wanita cantik berwajah Eropa itu tergeletak diatas rumput yang kini berubah merah. 

Puluhan anak panah bersarang di tubuhnya, darah membanjir bagaikan aliran deras anak sungai. Matanya mengerjap pada Lydia, sebuah senyuman tersungging. Ia terbatuk darah.

Lydia yang gemetar mendekati wanita itu, tangannya bingung ingin menolong tapi tidak bisa. Akhirnya tangan Lydia hanya menggantung di udara.

Tolong jangan mati didepan saya mbak!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status