แชร์

Mimpi yang Aneh

ผู้เขียน: Nathalie
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-08-03 15:03:47

"Mampus gue kalo sampai Bu Sella tahu! Aduh, gini amat sih nasib gue!"

Lydia mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia berjalan mondar mandir di dalam kamar, sesekali meremas rambutnya sendiri memikirkan cara keluar dari masalah cincin.

"Ya Allah gimana ini? Apa aku resign aja dari kantor? Atau … pindah bagian, iya bener keknya itu yang paling bener! Pindah bagian biar nggak ketemu Bu Sella!"

Wajah Lydia kembali berseri, seolah menemukan jawaban pasti dari masalah yang dihadapinya.

"Besok aku ngajuin permohonan pindah bagian, pak Wisnu pasti setuju! Dia juga nggak mau kali kena masalah sama Bu Sella!"

Semangat Lydia kembali muncul, senyumnya mengembang kembali tapi itu hanya sesaat. Ponselnya berbunyi, 'Bos Galak' memanggil. Lydia tersenyum kecut.

"Kenapa deg-degan gini saya?"

Lydia menatap layar ponselnya dengan gugup. "Ya pak,"

"Besok pagi saya jemput kamu, kita kembali ke toko itu! Siapa tahu yang punya cincin berubah pikiran," suara Wisnu terdengar parau dan serak di seberang.

"Eh besok pak?"

"Iya besok, masa tahun depan! Kamu nggak usah ke kantor saya langsung ke rumah kamu!"

"Iy …," Lydia belum selesai menjawab tapi sambungan telepon sudah terputus.

"..."

"Kebiasaan! Bos gila, sarap!" umpat Lydia membanting ponselnya ke ranjang.

Lydia kesal tapi juga lega, ia berharap si pemilik toko mau menerima kembali cincin itu.

----------------

Di sebuah ruangan yang minum cahaya,

Seorang wanita cantik menatap ke dalam bejana air, sesekali senyuman tersungging di bibirnya.

"Tidak ada yang bisa menghindar dari kutukan cinta,"

"Putriku akan kembali hidup dalam ragamu, begitu juga dengan kekasihnya. Aku hanya perlu menjaga kalian dari kematian!"

Wanita itu kembali merapalkan mantra cinta. Dengan hati-hati ia mengambil kain putih yang terlipat sempurna dari balik pakaian. Dua helai rambut yang berbeda milik Wisnu dan Lydia disatukan.

"Waktunya kalian bersatu kembali!"

…………….

…………….

Godong kayu kanthil lulut

Teko kedep teko welas teko asih

Kidung pemanggil sukma terdengar mengalun lembut dari mulut si penyihir sakti, diikuti dengan sebuah mantra. Wanita yang telah berusia lebih dari dua ratus tahunan itu masih terlihat cantik menawan. Tidak tampak tanda menua di wajah, tubuh ataupun rambutnya.

Aku memanggilmu

memanggilmu dari kegelapan

Yen Siro teko

Wenehono tondo

Penyihir wanita bernama Marisa itu meniupkan mantra pada bejana air. Tampak wajah Lydia yang sedang terlelap tidur. Marisa tersenyum,

"Tidurlah dalam pelukan malam sayang, temukan dirimu dalam kenangan putriku,"

Marisa kembali merapal mantra lain yang ditiupkan lagi ke permukaan air.

Hal yang sama juga dilakukan pada Wisnu. Penyihir wanita itu tersenyum puas. 

"Besok adalah awal dari segalanya, kau dan dia akan bersatu dan jiwa putriku akan kembali hidup dalam ragamu,"

----------------

Lydia gelisah dalam tidurnya, keringat membanjiri tubuhnya. Bukan karena panasnya cuaca tapi karena mimpi yang aneh.

Lydia tiba-tiba berada ditengah Padang rumput yang sedikit gersang, terdengar derap suara kuda berpacu dengan cepat ke arahnya. 

Tidak hanya satu tapi beberapa mungkin sekitar 10 atau 15 ekor kuda. Lydia bingung dan panik melihat debu mulai beterbangan di sekelilingnya.

"Siapa mereka? Aku takut, apa aku akan mati!" gumamnya panik.

Lydia melihat dengan jelas para pria yang ada di atas kuda itu mengenakan pakaian layaknya para ksatria berbaju zirah. Ia sangat ketakutan. Wajah mereka tampak bengis menatap tajam pada Lydia.

"Siapa mereka? Ini mimpi kan, tapi kenapa terasa nyata?"

Rasa takut luar biasa yang menjalar di tubuh Lydia membuatnya lemas seketika. Ia berputar menatap satu persatu wajah para penunggang kuda yang dengan angkuh duduk diatas pelana mereka.

Jangan takut, kita akan hadapi ini bersama …,

Suara lembut seorang wanita menyapa telinganya, Lydia menoleh. Seorang wanita berambut keriting kemerahan menatapnya dengan mata sayu dan senyum manis dibibirnya. Wajah cantiknya khas wanita Eropa dengan hidung mancung dan bibir tipis merah jambu.

"S-siapa kamu?" tanya Lydia bingung.

"Aku adalah kamu dan kamu adalah aku, kita adalah satu,"

Lydia menggeleng, "Tidak, bukan … kamu bukan aku!"

Wanita itu tidak menjawab dan hanya tersenyum meraih tangan Lydia dan menggenggamnya lembut. Dingin, tangan wanita cantik itu dingin sekali seperti baru keluar dari es.

"Apa yang kamu lakukan?" Lydia ketakutan.

Wanita cantik itu hanya menaruh telunjuknya di bibir tanda untuk Lydia agar diam. Ia mengedikkan kepala pada puluhan pasukan berkuda yang mengelilingi mereka.

Lydia mengikuti arah yang ditunjuk wanita itu, ia terkejut setengah mati saat melihat puluhan penunggang kuda membidiknya dengan panah tajam.

"Apa yang terjadi, mereka mau membunuhku? Tidak, tolong saya … jangan!"

Lydia berteriak ketakutan, tapi sekali lagi wanita itu dengan tenang bicara pada Lydia.

"Tenanglah, kita bisa mengatasinya bersama. Yakinlah padaku!"

Apa wanita ini sudah gila?! Siapa dia?! Gimana bisa aku tenang! Ini gila, aku bisa langsung mati dengan panah segitu banyak!

Lydia mengumpat dalam hati, suara tarikan busur panah tampak jelas di telinganya dan dalam sekejap mata, puluhan busur panah meluncur ke arahnya. Lydia menjerit, ia pasrah dihujani puluhan anak panah tajam.

Ia menutup matanya rapat, "Ya Allah menyedihkan sekali takdirku!"

Tapi sejurus kemudian ia tidak merasakan apa pun, hening dan sunyi yang terdengar. Lydia memberanikan diri membuka mata. Pemandangan mengerikan nampak di depannya. Wanita cantik berwajah Eropa itu tergeletak diatas rumput yang kini berubah merah. 

Puluhan anak panah bersarang di tubuhnya, darah membanjir bagaikan aliran deras anak sungai. Matanya mengerjap pada Lydia, sebuah senyuman tersungging. Ia terbatuk darah.

Lydia yang gemetar mendekati wanita itu, tangannya bingung ingin menolong tapi tidak bisa. Akhirnya tangan Lydia hanya menggantung di udara.

Tolong jangan mati didepan saya mbak!

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Kenyataan Pahit

    Frans mengambil kamera kecil tersembunyi lalu mengarahkan pada meja Shella.Mila datang dengan secangkir kopi dan cemilan kesukaan Frans, Apple strudel."Thanks sayang," Mata Mila menangkap kamera kecil milik Frans, "Frans?" Ia meminta dari penjelasan Frans."Sorry, didepan sana ada target penyelidikan. Kau lihat pasangan di dekat jendela sana? Itu Shella menantu tuan besar Dhanuaji." "No, kau bercanda kan? Mana mungkin, bukankah Shella itu sudah bersuami? Wisnu kan, terus siapa laki-laki bule disana?" Mila menajamkan mata untuk melihat dengan jelas pria di samping Shella."Eehm, tunggu! Aku kayaknya kenal deh sama dia?" Mila mengubah posisi duduknya."Ohya, dimana?"Mila berusaha mengingat, "Kalo nggak salah dia itu …," Mila tercekat matanya membulat sempurna tak percaya membuat Frans gemas. "Apa? Siapa dia?"Mila hanya terkekeh, ia merasa geli sendiri. "Kau tidak akan percaya kalau aku bilang siapa dia,"Frans bingung, "Coba aja, siap

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Kasus yang Penuh Kejutan

    Tidak ada kasus yang tidak bisa dipecahkan Frans. Tingkat ketelitian tinggi dan totalitas tanpa batas dalam setiap pengerjaan kasus membuat Frans berada di jajaran penyelidik swasta level atas. Frans selalu menjaga privasi para kliennya dan ia belum pernah gagal dalam menjalankan misinya. Tapi kali ini memang sedikit berbeda, kasus yang diberikan tuan besar Dhanuaji menyangkut dunia ghaib. Dunia yang tidak dia paham. Frans merasa perlu bantuan dari penyelidik lain, Adi. Tak lama menunggu, seorang lelaki muda dengan dandanan metropolis menyapa Frans. Senyum manisnya terkembang dari wajah tampan hasil blasteran Inggris Indonesia."Hhhm, ini sedikit aneh!" Kening Adi berkerut saat selesai membaca informasi dalam map coklat."Kau tahu sesuatu?" Frans bertanya, ia penasaran dengan tanggapan Adi.Adi menatap Frans sejenak, secangkir coffe latte disajikan pelayan Mila dengan sepiring crouffle keju yang menggoda selera. "Silakan mas," ujar pelayan itu dengan senyu

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Frans dan Tugas Baru

    "Frans sudah datang tuan!" Manda, sekretaris tuan besar Dhanuaji memberitahukan kedatangan lelaki tegap berjaket kulit hitam yang menunggu tenang di luar ruangan."Hhm, suruh dia masuk!" Tuan besar Dhanuaji menjawab dengan mata yang tak lepas dari map coklat diatas meja.Frans masuk keruangan dan memberi salam kepada tuan besar Dhanuaji. Ia duduk dan menyerahkan sebuah minidisc padanya."Apa ini?""Ini hasil pengintaian kami selama satu minggu terakhir tuan!"Tuan besar Dhanuaji mengetuk ngetuk jarinya ke meja ia gamang antara ingin melihat isinya atau tidak. "Apa sudah bisa dipastikan?"Frans menjawab dengan mantap, "Ya tuan! Kecurigaan tuan sudah bisa dipastikan kebenarannya!"Tuan besar Dhanuaji menghela nafas dengan berat. Kebimbangan di hatinya terasa semakin menekan dada. "Hmm, baiklah,"Tuan besar Dhanuaji memberikan kode pada Manda. Tak berapa lama sebuah video berdurasi satu jam lebih diputar. Tuan besar Dhanuaji menatap nanar setiap tay

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Ciuman Pertama

    Wisnu masih asik meneliti laporan yang diserahkan Lydia, tapi ia tidak tuli. Telinganya menangkap jelas suara laknat dari mulut Lydia. Wisnu semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Pikirannya kacau seketika. Ia merindukan sentuhan wanita untuk melepaskan ketegangan yang tanpa permisi datang saat bersentuhan dengan Lydia.Nyeri kepala melanda Wisnu, ia gamang antara ingin menuntaskan hasratnya atau menjaga image sebagai bos di depan Lydia. Pesona sang sekertaris yang kini duduk di sofa itu membiusnya. Wisnu melirik ke arah Lydia yang menggigit bibir bawahnya, terasa sensual di mata Wisnu.Ya Tuhan, kenapa kamu berpose begitu Lydia!Wisnu menahan debaran di dada yang semakin menyesakkan. Sulit baginya untuk berkonsentrasi memeriksa lembaran-lembaran kertas di depannya. Nafasnya terasa berburu dengan waktu, seperti pelari maraton yang hendak memasuki garis finish.Yah, menahan gejolak hasrat yang tanpa permisi datang memang sangat merepotkan. Membuat nyeri kepala

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Rasa yang Menggoda

    "Ada apa ini rame-rame? Pembagian sembako?" Suara Wisnu terdengar dengan nada sedikit tinggi membuat para staf tak terkecuali Lydia terkejut. "Eh, pak Wisnu! Ini tadi kak Lydia sedikit … ehm, masuk angin!" Budi yang panik mencolek Lusi untuk membantunya. Lusi dengan tergagap segera merespon."Ah, iya pak masuk angin! Kak Lydia agak nggak enak badan! Iya kan kak?" Lusi kembali mengerjapkan matanya memohon pada Lydia untuk membantu mereka.Wisnu selalu bisa tunduk pada kata-kata Lydia, jadi keduanya meminta Lydia ikut menjawab."Ehm, iya pak mereka mau nolongin saya tadi buat … ehm, ngecilin AC!" sambung Lydia sedikit ragu karena memberikan alasan yang agak tidak masuk akal.Wisnu mengernyit dan menatap stafnya bergantian, ia ingin mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya tapi kemudian matanya tertuju pada berkas yang masih berserakan di lantai. Ia berjongkok dan mengambil salah satu kertas terdekat, membacanya sejenak lalu,"Lh

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Lydia Resah

    Lutut Lydia lemas, pertanyaan tuan besar bak petir yang menyambarnya. Bayangan pemecatan dengan tidak hormat tiba-tiba saja terbayang di pelupuk mata. Dalam pikirannya pasti tuan besar Dhanuaji sudah berpikir macam-macam tentang dirinya dan Wisnu.Duh Gusti mimpi apa aku semalam!Lydia merutuki nasib sial yang menimpanya kini. Cincin itu benar-benar membawanya dalam situasi rumit yang tak berujung."Aku tidak mungkin salah mengenali cincin ini,""Tuan besar tahu tentang cincin ini?"Tuan besar Dhanuaji tersenyum getir dan menurunkan tangan Lydia. Ia tidak menjawab dan masuk ke dalam lift, meninggalkan Lydia yang bingung dan dipenuhi rasa penasaran. *********Tuan besar Dhanuaji duduk dengan gelisah di seat mobilnya, kelebatan bayangan masa lalu menghantuinya lagi. "Marisa, bukankah urusan kita sudah selesai?" Wajah tuanya nampak muram membayangkan Marisa wanita pemilik toko souvenir."Apa yang harus a

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status