Share

Bab 9.

"Aku akan merawat cucuku!" tukas James yang kebetulan berada di kantor Edgar untuk mengambil kembali cucunya.

Ia sudah mendengar kabar mengenai Navier yang semakin depresi setelah mengetahui keadaanya.

Namun, Edgar sama sekali tidak bergeming.

Sepulang dari rumah sakit, Navier menjadi pribadi yang pendiam dan pemurung.

Dia lebih banyak mendiamkan Edgar ketimbang membalas ucapannya seperti sebelumnya.

Karena itu James ingin membawanya pulang.

James ingin mengenalkan sang cucu pada pegawa di rumahnya. Terutama saat mendengar Navier menjadi lebih pendiam lagi.

Bagi James, Edgar masih belum bisa menjadi pria yang benar-benar bertanggung jawab. Dan, dia tidak bisa memasrahkan sang cucu pada pria seperti itu.

"Tidak bisa! Dia sudah menjadi tunanganku dan harus berada di sini, di dekatku. Tidak bisa kau bawa pulang karena sebentar lagi aku akan menikahinya," balas Edgar tak kalah sengit.

Susah-susah membawa Navier, malah orang lain ingin mengambilnya.

Jujur saja, Edgar tak terima! Tak ada satupun yang bisa memisahkan pria itu dari Navier.

Melihat betapa keras kepalanya Edgar, James menggelengkan kepala. "Anak Muda! Dia memang tunanganmu, tapi janga lupakan dia adalah cucuku. Status pertunangan bisa dibatalkan, tapi statusnya sebagai cucuku tidak akan pernah bisa diubah sampai kapan pun, ingat itu!"

James merasa kesal dengan Edgar.

Sudah cukup berada jauh dengan sang cucu sampai saat ini, dan tidak ingin lebih jauh lagi. Jadi, James bermaksud untuk muncul di hadapan Navier dan mengaku jika dia kakeknya.

Di sudut hatinya, James menyesal telah mengusir putrinya dulu, hingga sang cucu harus dirawat oleh pria yang tak bisa diandalkan dan istrinya yang begitu kejam.

"Jadi, persiapkan Navier ke tempatku," tegasnya lagi.

"Tapi aku ingin bersamanya. Apa itu salah!?" bentak Edgar. Dengan isyarat, pria itu lalu meminta semua pengawalnya untuk berkumpul, seolah menantang James.

"Aku datang secara baik-baik, dan kalau harga dirimu terlalu tinggi, aku akan memohon. Tolong pria tua ini untuk menemui cucunya. Tolong pria tua ini untuk bertemu cucunya," pinta James.

Edgar terdiam. Dia tak sampai hati melihat James memohon padanya. Namun, dia juga tak bisa mengizinkan Navier dibawa oleh James.

"Kalau seperti itu, lebih baik kita tanyakan pada Navier saja. Dia lebih memilihku atau dirimu," balas Edgar cepat.

Dia tampak percaya diri, tetapi diam-diam ia khawatir dan sangat berharap tunangan yang dia cintai sejak dulu itu akan memilihnya.

*****

"Nav, cucuku, aku kakekmu," ucap James di hadapan cucu yang tidak pernah ditemui secara langsung.

Pria kuat itu bahkan sampai menitikkan air matanya kala melihat keadaan Navier yang menyedihkan.

"Kau sungguh mirip ibumu, kecuali bibir dan kelopak matamu," lanjutnya.

James mendekati Navier, dia ingin memeluk sang cucu.

Namun, Navier mencoba menghindar. "Aku sama sekali tak mirip ibuku!" tukasnya cepat.

Selama ini, Navier selalu mendengar jika dia sama sekali tak mirip ibunya. Disebut seperti itu, Navier ingat perlakuan Yuni yang tega menjualnya.

"Kau mirip dengan Elle-ku."

Elle adalah nama kecil ibu Navier. Namun, Navier jelas tak mengenalnya.

"Siapa itu Elle? Nama ibuku itu Yuni!" Dengan setengah hati Navier menyebut nama orang yang selama ini, dia anggap ibunya.

James menggeleng.

Dia mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Navier yang di kursi roda. Lalu, dia berucap, "Ellena Wyatt, itu adalah nama ibumu. Aku selalu memanggilnya Elle-ku. Dan pria itu merebut ibumu dariku."

Navier terdiam, dia hanya berusaha mencerna kebenaran yang baru terungkap.

"Aku tidak sedang memperebutkanmu dengan Edgar. Apalagi berniat memisahkan kalian. Hanya saja, aku ingin menghabiskan waktu dengan cucuku. Cucu yang tidak pernah kutemui secara langsung sejak kecil," lanjut James.

Lama Navier berpikir. Kemudian, dia memutuskan untuk mengikuti sang kakek.

"Edgar ... untuk sementara aku ingin bersama kakekku. Bisakah kau mengizinkan?" pinta Navier.

Dekat dengan Edgar membuat hatinya kalut dan merasa minder. Jadi, Navier memilih mengikuti sang kakek dengan maksud menghindari Edgar. Juga, ingin lebih dekat dengan keluarga dari pihak ibunya.

Edgar hanya bisa menyetujui permintaan Navier meski berat.

Karena itu, Navier diboyong ke kediaman James yang letaknya jauh dari pemukiman penduduk.

"Aku tak tahu, apakah aku bisa menjadi kakek yang baik atau tidak. Tapi, aku akan berusaha sebaik mungkin. Jangan sungkan mengatakan padaku apa yang kau butuhkan," ucap James.

Navier mengangguk. Dia mengernyikan dahi ketika meangkap sesuatu yang mengganjal. "Kenapa fotoku ada di sana?" tanyanya.

Ada banyak foto yang terpasang di kediaman itu. Lebih banyak foto seorang wanita dengan pose formal, dan lainnya dengan pose seolah diambil secara diam-diam.

"Kalau kau mengenali fotmu, maka itu iya. Aku memang menempatkan salah satu anak buahku untuk memantaumu dari jauh. Kalau kau menemukan foto lain, maka itu adalah foto ibumu. Aku hanya bisa menyimpan kenangan tentang Elle-ku dengan foto dan barang-barangnya. Tidak ada lagi yang tersisa," tutur James.

Pria tua itu lalu meminta izin untuk mendorong kursi roda Navier, dan menjelaskan dengan detail setiap foto.

Navier yang belum pernah mengetahui rupa sang ibu, hanya bisa diam. Terlalu banyak yang tidak dia ketahui selama ini. Jika ucapan James memang benar adanya, maka semua perlakuan Yuni padanya tentu menjadi masuk akal.

"Setelah ibumu tiada, tentuhanya kaulah pewarisku satu-satunya. Semua harta yang kumiliki, kelak akan menjadi milikmu. Atau kalau kau mau, aku bisa memberikannya saat ini juga."

Bagai terkena petir di siang bolong, Navier terkejut. Kediaman sang kakek saja sudah sebegitu luas. Untuk saat ini, Navier tidak bisa membayangkan berapa nilai kekayaan yang dimilikinya

"Tapi, tentu saja aku tidak bisa memberikan dengan mudah. Kau harus belajar dengan rajin agar bisa memimpin semua ini. Aku tidak bisa selalu berada di sisimu. Tapi, aku berjanji untuk membimbingmu,"lanjut James.

Memang dia mengatakan untuk memberikan semuanya pada Navier, tetapi tentu Navier harus memiliki kualifikasi yang layak untuk itu.

"Tapi, aku hanya lulusan menengah pertama saja. Tidak mungkin aku bisa, Kek. Lebih baik Kakek berikan saja kepada yang membutuhkan atau Kakek bisa mengadopsi anak lain untuk menjadi penerus kakek. Lagi pula, aku ini ... lumpuh."

Ucapan Navier melirih di akhir. Dia benar-benar merasa tidak percaya diri dengan keadaannya yang sekarang.

Navier tahu kekayaan sang Kakek tidak main-main banyaknya.

Barang yang dimiliki Navier kini berkali-kali lipat lebih mahal, dari barang mahal yang adik-adiknya beli. Bahkan, Navier pernah melihat harga satu potong bajunya bisa untuk membeli rumahnya yang dulu.

'Kalau adik-adikku dan ayah tahu akan hal ini, bagaimana reaksi mereka?' batin Navier sedih. Namun, wajah bengis Yuni tiba-tiba muncul di ingatan gadis itu.

Tangannya seketika mengepal.  'Apa mereka juga akan memanfaatkanku seperti wanita itu?'

Rizuki

Terima kasih teman-teman pembaca sudah mengikuti kisah Navier dan Edgar. Kira-kira, apa yang akan dilakukan Navier, ya? Akankah dia balas dendam ke Yuni dan orang-orang yang membuatnya lumpuh? Lalu ... kapan dia sadar bahwa Edgar sudah cinta mati dengannya, bahkan tak ingin melepasnya...! Ikuti terus kisahnya, ya. Jangan lupa komentar dan vote juga. Terima kasih

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status