Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin

Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin

By:  Rizuki  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
147Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sang ibu selalu memaksa Navier berkorban untuk adik-adiknya. Bahkan, ia dijual agar mereka bisa membeli handphone boba yang terkenal mahal! Hanya saja, ada kejadian tidak terduga yang terjadi saat malam transaksi itu. Navier dipukuli, hingga tak sadar dan ... pria yang pernah memberinya sapu tangan, tiba-tiba mengaku menjadi tunangannya! Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah ada banyak rahasia yang belum Navier ketahui?

View More
Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
147 Chapters
Bab 1.
“Ma! Teman-temanku sudah ganti ponsel dan aku masih pakai handphone boba biasa ? Apa kata mereka nanti? Bisa-bisa, aku dikucilkan dan tidak memiliki teman sama sekali! Kalau gitu, lebih baik aku tidak sekolah saja!”Navier mengusap dadanya pelan. Suara adik pertamanya terdengar begitu jelas dari kamarnya.Mengingat pergaulan Davian dengan anak-anak kalangan atas, adiknya itu memang jadi sangat boros. Pasti, ibunya akan meminta uang lagi pada Navier … seperti biasa. “Anakku, kau bisa bersabar hingga bulan depan? Bukankah kakakmu baru saja memberikan uang untuk membayar bulananmu, hah? Sebulan ini sudah dua kali. Tunggu dulu, ya! Ibu masih belum mendapatkan jatah bulanan belanja dari Navier.”Deg!Awalnya, Navier merasa senang karena berpikir sang ibu akan membela dirinya. Namun, dia salah. Tanpa sadar, tangan perempuan itu mengepal kencang.“Mana bisa!? Kalau sampai bulan depan ponselnya belum ada, aku berhenti sekolah! Titik!”Navier terdiam mendengar pertengkaran ibu dan anak itu.
Read more
Bab 2.
“Bu!” teriak Navier kencang.Gila! Navier pikir ibunya sudah benar-benar gila! Bagaimana bisa seorang ibu mengorbankan kehormatan putrinya hanya demi sebuah ponsel untuk adik-adiknya? “Apa!? Kau tidak mau?” sinis Yuni cepat.“Aku tidak mau! Seharusnya masalah ini dipikirkan bersama, bukan malah hanya aku yang memikirkannya saja. Ibu juga harusnya mengerti, kalau hal itu bukan satu-satunya jalan keluar,” bantah Navier.“Apa kau tak kasihan pada adikmu itu bila membawa ponsel biasa ke sekolahnya yang berisi orang-orang kalangan atas? Navier, kau harus ingat! Kau itu anak pertama dan kakak dari adik-adikmu! Sudah sewajarnya, kau membantu orang tua untuk membiayai mereka. Pokoknya, ibu tidak mau tahu! Kau harus mendapatkan uang itu nanti malam. Jika tidak, kau tidak akan bisa membayangkan tentang apa yang bisa kulakukan!”Usai berucap demikian, Yuni segera berlalu meninggalkan Navier yang masih terisak di tempatnya.Navier kini bergetar takut. Di satu sisi, dia sama sekali tidak mau me
Read more
Bab 3.
“Apa!?” pekik Navier tak percaya. Baginya, menjual diri hanya demi sebuah barang yang belum jelas pentingnya adalah sesuatu yang tidak berguna. Sudah tidak berpendidikan tinggi, tubuh Navier juga kurang gizi. Bila harus kehilangan mahkotanya, Navier tidak yakin ada pria yang mau menikahinya.“Pasti ada cara lain untuk mendapatkan ponsel Devian,” tambah gadis itu pada akhirnya. “Ck! Kau memiliki tubuh dan wajah yang bagus. Pasti harganya mahal. Anggap saja hal itu sebagai alat untuk membayar biaya kami membesarkanmu selama ini.”Air mata Navier jatuh mendengar perkataan sang ibu. Memang jika dibandingkan dengan sebayanya, Navier memang memiliki paras yang tidak kalah dengan anak orang berada. Tak perlu perawatan dan kosmetik, Navier sudah memiliki daya tarik tersendiri. Jadi, Yuni bisa memikirkan hal itu sebagai jalan keluar.Selama ini, Yuni memang tidak pernah menyinggung fisik Navier yang bisa menjual. Dia sudah cukup terlena dengan yang diberikan oleh Navier dan suaminya. Nam
Read more
Bab 4.
Wanita itu memandikan Navier yang masih terisak seperti anak kecil.Dinginnya air sama sekali tak dirasa Navier. Dia hanya memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini.Tok tok tok!Suara ketokan pintu terdengar mengalihkan atensi Yuni seketika.“Ah, itu pasti mereka!” Ditatapnya tajam Navier penuh ancaman, “Cepat lanjutkan! Kalau tidak, kau akan tahu akibatnya.”Yuni berjalan dengan riang meninggalkan Navier yang terdiam.Wanita itu terus membayangkan keuntungan yang ada di depan mata. Pikirnya, hanya sekali transaksi saja sudah bisa mendapatkan untung yang banyak. Jika dihitung, uang yang didapatnya bisa untuk membeli ponsel dan barang lainnya."Kalau yang pertama memang mahal, kan? Tapi, untuk berikutnya, akan kupastikan Navier dijual tidak terlalu murah juga," batin Yuni. Di otaknya, sudah tersusun banyak hal untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi dan membeli barang mewah lain. Kalau cukup, ia akan merenovasi rumah. Ceklek!"Silakan masuk!" Begitu membuka pintu, Yuni sudah ti
Read more
Bab 5.
Brak!Yuni menutup pintu cukup keras saking bahagianya."Aku berharap dia bisa menghasilkan banyak uang! Sudah cukup aku kesusahan merawat anak itu! Kalau saja ayahmu tidak membuat hatiku sakit dan mencintai ibu kandungmu, tentu hidupmu akan baik-baik saja, Nav! Jadi, jangan salahkan aku jika hidupmu berakhir seperti itu!" ujar Yuni dalam hati, lalu memutuskan untuk kembali ke kamarnya yang nyaman.Namun, melihat betapa berantakannya rumah itu, Yuni terpaksa membersihkannya. Ia segera menyingkirkan sisa-sisa kekacauan yang diperbuat Navier, dan membuat seolah-olah tidak ada kejadian apa pun yang terjadi.Di sisi lain, Navier kini berusaha kabur. Dia ingin berteriak, tetapi masih memikirkan dampak dari perbuatannya itu. Apakah orang-orang akan membantu, atau justru marah karena mengganggu waktu istirahat mereka?Diperhatikannya, pria-pria yang membawanya yang tampak menjaganya dengan ketat."Aku tidak akan kabur! Jadi, jangan memegang lenganku terlalu kuat seperti ini! Aku kesakitan
Read more
Bab 6.
"Lex, apa mereka belum sampai?" tanya sang sopir panik. Mobil yang ditumpangi Navier sudah sampai di ujung jalan dan harus memasuki area hutan.Meski di area itu mereka bisa bertindak leluasa karena tak akan ada pihak lain yang ikut campur, tetap saja mereka butuh bantuan."Tidak ada tanda-tanda mereka sampai!" Kepanikan terdengar dari suara pria yang menangkapnya itu.Duang!Di saat yang sama, mobil yang ditumpangi Navier tiba-tiba ditabrak dari belakang dan menyebabkan lajunya tidak stabil. Alhasil, mobil itu pun terpaksa berhenti.Navier menahan napas merasakan itu semua. Terlebih kala orang-orang yang menangkapnya tampak serius sekali bertarung."Kita harus menghadapi mereka secara langsung!" ujar salah satunya.Masing-masing dari mereka pun segera keluar dengan membawa senjata.Dor!Buk!Brak! Adu tembak dan fisik tak terelakkan.Hanya saja, pihak lawan terlalu hebat. Orang-orang yang membawa Navier pun terkepung. Menyaksikan itu semua, Navier bergetar hebat sembari tetap me
Read more
Bab 7.
Edgar sudah sampai di rumah sakit miliknya. Ia langsung menyuruh dokter wanita yang lebih berpengalaman untuk menangani Navier. Namun, dia hanya bisa berdiri terpaku melihat pintu ruang tindakan, saat Navier diperiksa. "Aku tak yakin sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter ahli. Tapi, kusarankan untuk membesarkan hatimu. Dia mendapatkan kekerasan terlalu banyak, dan hanya menunggu waktu saja untuk sadar. Lebih dari itu, aku tidak bisa mengatakan banyak. Pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan saat dia sadar," ucap Rui—dokter wanita yang menangani Navier setelah pemeriksaan."Jangan bertele-tele. Katakan saja bagaimana keadaan Navier dengan singkat!" bentak Edgar. Suasana hatinya yang kacau membuat dia ingin meluapkan emosinya. Jujur saja, melihat Navier tak sadarkan diri membuatnya kalut. "Dia bisa sehat. Tapi aku tidak yakin jika dia bisa berjalan dengan normal. Aku menemukan beberapa keganjilan di saraf kakinya." "Jadi kau mau mengatakan jika Navier lumpuh, begitu
Read more
Bab 8.
"Tinggalkan aku sendiri! Aku butuh ketenangan dan jangan ganggu aku!" ketus Navier. Sejak tadi, dia mengusir semua pelayan yang ditugaskan untuk menjaganya. Dua pelayan yang mengikuti Navier sontak saling pandang. Mereka diperintahkan untuk mengikuti Navier ke mana pun dia pergi. Apa kata Tuan Edgard nantinya? "Aku hanya ingin beristirahat dengan tenang. Bisakah kalian meninggalkanku sendiri? Lagi pula, aku ingin melatih kakiku juga untuk berpindah sendiri ke ranjang." Dengan sedikit pemaksaan halus, Navier berkata lagi.Cukup lama pelayan-pelayan itu terdiam, sampai akhirnya mereka undur diri.Navier menghela napas lega. 'Aku tak punya apa-apa. Selain itu, aku juga lumpuh dan tidak berpendidikan tinggi. Edgar pantas memiliki wanita yang lebih baik dariku,' batinnya merasa rendah diri dan tak pantas untuk pria sesempurna Edgar. Begitu para pelayan sudah tidak ada, Navier turun dari kursi rodanya. Dengan susah payah, dia menyeret tubuh lemahnya ke kamar mandi, mengisi bathtub sampa
Read more
Bab 9.
"Aku akan merawat cucuku!" tukas James yang kebetulan berada di kantor Edgar untuk mengambil kembali cucunya. Ia sudah mendengar kabar mengenai Navier yang semakin depresi setelah mengetahui keadaanya.Namun, Edgar sama sekali tidak bergeming. Sepulang dari rumah sakit, Navier menjadi pribadi yang pendiam dan pemurung. Dia lebih banyak mendiamkan Edgar ketimbang membalas ucapannya seperti sebelumnya. Karena itu James ingin membawanya pulang. James ingin mengenalkan sang cucu pada pegawa di rumahnya. Terutama saat mendengar Navier menjadi lebih pendiam lagi. Bagi James, Edgar masih belum bisa menjadi pria yang benar-benar bertanggung jawab. Dan, dia tidak bisa memasrahkan sang cucu pada pria seperti itu. "Tidak bisa! Dia sudah menjadi tunanganku dan harus berada di sini, di dekatku. Tidak bisa kau bawa pulang karena sebentar lagi aku akan menikahinya," balas Edgar tak kalah sengit. Susah-susah membawa Navier, malah orang lain ingin mengambilnya. Jujur saja, Edgar tak terima! T
Read more
Bab 10.
"Aku menyerah, Kakek," ucap Navier.Setelah memutuskan untuk hidup di tempat kakeknya, Navier dilatih dengan baik untuk menjadi seorang pewaris.Navier satu-satunya keturunan murni keluarga Wyatt, harus menjadi pemimpin yang mumpuni dari segi pengetahuan maupun perilaku.Pertama kali melihat Navier secara langsung, James Wyatt merasakan firasat yang baik tentang Navier. Jadi, dia bersungguh-sungguh untuk membantu Navier.Kelumpuhan Navier bukanlah halangan. Jadi, sebisa mungkin dia tidak akan mengungkit hal itu pada Navier."Baru begitu saja kau sudah menyerah!? Kalau begitu kau menikah saja dengan Edgar, agar aku bisa memberikan semua ini padanya!" tukas James.Navier menunduk, lalu menjawab, "Kadang aku berpikir kalau bukan kakekku. Bagaimana bisa ada orang yang memperlakukan cucunya seperti itu? Aku tidur hanya empat jam semalam, setengah jam di siang hari, dan selebihnya tidak ada yang kulakukan selain belajar dan belajar! Bahkan di meja
Read more
DMCA.com Protection Status