Share

BAB 5

Penulis: Senchaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-04 18:27:11

Sesilia

Aku sedang di apartemenmu. Ikuti permintaanku jika kamu ingin aku pulang.

Rezan mendesah berat membaca pesan itu. Ia melepas jas putihnya, melirik arloji di tangan kiri, kemudian menyampirkan jas navy di tangan. Baru saja keluar dari ruangan kerjanya, pesan baru kembali hinggap di ponselnya.

Sesilia

The Rosemary Restaurant, table number 15. Dont be late, Honey😘

Rezan melesakkan kembali ponselnya ke saku jasnya. Ia melenggang penuh wibawa menelusuri koridor. Tiba di depan lift, ketika lemari bergerak itu terbuka, beberapa orang yang ada di dalam sana tampak menyapa penuh hormat. Hanya sapaan tanpa kata yang orang-orang itu berikan, Rezan meresponsnya dengan anggukan pelan. Harum tubuh Rezan menguar di dalam lift itu, wanita-wanita yang ada di sana silih senggol tangan dan menggunjing Rezan dengan isyarat tertentu seperti lirikan dan senyum penuh arti. Pesona dokter 34 tahun itu sungguh susah ditampik, sekalipun jutek dan angkuh tapi karismanya masih sangat memabukkan. Mereka rela terjebak di lift itu lebih lama asal bisa menikmati harum maskulin dokter Rezandra.

Sekitar 45 menit kemudian, Rezan tiba di restoran yang dimaksud Sesilia. Pria itu mencari jalan aman agar kakak cerewetnya pergi dari apartemennya. Mengherankan, sudah berapa kali Rezan mengganti sandi pintunya tapi Sesilia selalu tahu. Entah cara apa yang dia lakukan, mungkin karena basic pendidikan Sesilia adalah anak IT selain itu dia pun pernah punya cita-cita menjadi hacker makanya sistem keamanan apartemen Rezan selalu jadi korban keusilan kakaknya.

"Mm-hm, kudengar jadwalmu minggu ini sangat padat tapi kamu masih mau menyempatkan menemuiku, terima kasih."

"Berterima kasihlah pada Sesilia, dia yang membuat saya di sini sekarang," kata Rezan dingin sambil memotong steak pesanannya.

"Ah, iya, nanti aku akan menghubungi kak Sesil. Omong-omong apa kesibukanmu setiap weekend?"

"Olahraga, baca buku, tidur."

"Sepertinya masih cukup lenggang ya, bagaimana kalau akhir pekan ini kita—"

"Tidak bisa, saya paling tidak suka ada yang mengganggu saya saat me time."

Mengganggu? Ya, kata itu jelas terdengar dan langsung menusuk hati lawan bicara Rezan. Seorang manajer bank cantik yang rela menunggu di sana demi makan malam dengan dokter karismatik ini. Sayang, apa yang dibayangkan tak sesuai dengan kenyataan. Memang benar, sebelumnya wanita itu pernah mendengar bahwa Rezan memang dingin dan irit bicara tapi wanita itu tidak menyangka jika sikap dingin Rezan ternyata separah ini.

"Lalu kapan tepatnya kamu ada waktu senggang?"

"Anda ingin pertemuan kedua?" balas Rezan akhirnya mengajukan pertanyaan setelah sejak tadi lawan bicaranya terus yang memulai topik percakapan.

"Iya, kak Sesil juga sudah setuju agar kita—"

"Katakan padanya bahwa ini pertemuan pertama dan terakhir kita," tutur Rezan sudah menyimpan alat makannya padahal steak yang masuk ke mulutnya baru sepotong.

"Eh?"

"Jangan buang-buang waktu meladeni kegilaan Sesilia, Nona. Apa yang dia janjikan padamu tidak akan pernah terjadi, bagaimana pun keadaannya. Jadi, saya permisi."

Wanita itu melongo kaget, saat ia tersadar dari kekagetannya, Rezan sudah telanjur menjauh dari jangkauan matanya.

"Dia benar-benar manusia es," komentar wanita itu bergidik.

***

"Enjoy the party, kenapa malah celingukan kayak anak anjing nyari induknya?"

Nayla tersenyum menanggapi ejekan teman-temannya.

"Harap maklum kawan-kawan, ini kali pertama Nayla datang ke party model begini. Jadi wajar banget kalau masih kaku," papar Brenda yang berdiri di samping Nayla.

Acara perayaan ulang tahun Nicole diadakan di sebuah restoran bergengsi di kawasan elite, berlatar pemandangan langit yang penuh bintang dan gemerlap kehidupan Ibu Kota membuat pesta itu terasa menyegarkan dan menyenangkan. membuat nyaman setiap tamu yang datang kecuali Nayla yang belum juga menemukan titik nyamannya.

"Itu pun gara-gara dipaksa empat hari empat malam baru mau ikut," tambah Nicole yang menjadi sang empunya pesta malam ini.

Nayla ini tipikal mahasiswi cerdas dan ambis tapi dia memiliki lingkup pergaulan yang cukup luas. Orangnya sedikit kaku, polos, tapi kalau sudah diajak debat masalah akademis, dia juaranya. Brenda dan Nicole adalah teman satu jurusan Nayla, bahkan satu kelas. Mereka mulai kenal dekat sejak semester dua. Kala itu ketiganya tergabung dalam kelompok yang sama dalam mata kuliah umum. Nayla ditunjuk sebagai ketua kelompok dan keputusan itu membawa kelompok mereka mendapat nilai A+ di mata kuliah yang dosennya terkenal pelit nilai. Brenda dan Nicole mengaku takjub saat itu.

"Kaku sih kaku tapi ya harus bisa menyesuaikan diri juga, dong, masa ke pesta pakai setelan model begitu. Kayak mau ke pasar saja ha ha ha," celetuk salah seorang gadis yang terkenal sebagai biang gosip, hobinya nyinyir sama kehidupan orang lain.

"Daripada bikin kacau suasana, mending lo makan macaron aja deh, Min. Noh, di meja sebelah sana!" tutur Brenda pada sang biang gosip, gadis itu mengedikkan bahu lantas pergi begitu saja dan dengan sengaja menyenggol bahu Nayla.

"Itu orang punya masalah hidup apa sebenarnya, hobi banget nyinyirin Nayla. Lagian buat apa sih, Cole, lo ngundang dia?"

"Buat ngeramein aja, lo tahu kan prinsip hidupnya rekam posting. Jadi pasti dia bakal banyak mengabadikan momen ultah gue terus dia nge-tag gue, banyak yang kepo ke gue, terus insight gue naik, follower gue banyak jadi seleb dadakan deh, ending-nya ke cuan, Nda!"

"Pansos, gitu aja bilangnya, Cole. Enggak usah berbelit-belit."

"Ha ha, itu lo tahu. Kali-kali kita harus manfaatin itu si lambe nyinyir, followers dia kan banyak."

Selagi Brenda dan Nicole membicarakan Mina dan kebiasaan bergosipnya, Nayla tampak memandangi kue ulang tahun Nicole yang sudah dipotong dengan tatapan kosong. Dia belum juga menemukan solusi untuk masalah keuangan keluarganya.

"Heh! Ngelamun aja, Nay, mikirin apa, sih?" tanya Brenda yang heran karena kawannya ini terus hilang fokus di beberapa kesempatan.

"Aku enggak ngelamun kok, Cuma lagi liatin kue ultah Nicole bagus banget."

Nicole dan Brenda saling pandang, tidak percaya dengan alasan Nayla. Namun mereka tidak mau ambil pusing dan melanjutkan obrolan.

"Bentar, bentar, ini mata gue yang siwer atau itu memang bener kak Geva?" Brenda menyoal sambil mengucek matanya.

Nicole tertawa lepas mendengar racauan kawannya itu.

"Beneran itu kak Geva," tegas Nicole mengonfirmasi.

"Hebat banget lo, Cole, bisa ngundang kak Geva dan dia hadir lagi. Minta foto ah nanti."

"Kak Geva siapa?" tanya Nayla dengan polosnya membuat senyum kedua sahabatnya mendatar. Menatap gadis berponi itu gemas.

"Temen lo, tuh, Nda!" cibir Nicole tak bisa berkata-kata.

"Eh, aku salah, ya?" balas Nayla heran.

"Salah, Nay, salah banget! Masa kamu enggak tahu kak Geva, tiga tahun kuliah di kampus ngapain aja, sih?" tanya Brenda ikut gemas.

"Belajar," sahut Nayla lagi singkat.

Brenda dan Nicole angkat tangan, "Sudah nyerah saja, Nda, si Nayla memang ngeselin."

"Hooh, bisa-bisanya dia enggak tahu kak Geva. Masa mudanya suram banget."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Manja Dokter Garang   S2| Istri Manja Dokter Garang (Tamat)

    "Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.

  • Istri Manja Dokter Garang   S2| Mendadak Tunangan

    Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t

  • Istri Manja Dokter Garang   S2| Bukan Lawanku

    Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag

  • Istri Manja Dokter Garang   S2| Kekhawatiran vs Kenakalan

    Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi

  • Istri Manja Dokter Garang   S2| Restu Dermawan

    Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"

  • Istri Manja Dokter Garang   S2| Ingin Bicara

    Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status