Share

BAB 6

"Rezan!!!" teriak Sesilia saat wanita satu anak itu tiba di apartemen adiknya.

Sesil mau meminta pertanggung jawaban Rezan atas tindakan tidak sopan pria itu pada sepupu kenalannya.

"Geo, bantu Mami cari om Rezan, cari di kolong meja, di bawah karpet, atau di gorong-gorong kalau perlu!"

"Kita mau cari om Rezan atau kecoak, Mi?" tanya Geovandi, usia 7 tahun, satu-satunya keponakan Rezan—setidaknya untuk saat ini.

"Om kamu emang udah kayak kecoak, resek, bikin ilfil, nyebelin. Arggh, malu-maluin."

"Huhh, tahu begitu tadi aku ikut Papi saja ke gym," gumam Geo yang sudah tidak terdengar maminya karena Sesilia sudah sibuk mencari keberadaan adiknya.

Wanita itu yakin Rezan ada di sana, ini akhir pekan dan pria itu tidak memiliki jadwal apa pun.

"Rezannn, keluar kamu!" teriak Sesil dari arah dapur yang bisa terdengar oleh Geo yang masih ada di ruang tengah.

"Rezannn, kalau dalam hitungan ketiga kamu tidak muncul, aku gembok permanen apartemen ini supaya kamu-"

"Berisik," komentar Rezan yang muncul dari arah balkon, kedua telinga pria itu tersumbat earpod.

Sesil balik badan, berjalan cepat ke hadapan sang adik lalu memasang posisi kacak pinggang. Ia siap menghakimi adik kurang ajarnya itu.

"Ngomong apa kamu sama sepupu temenku, hah?!"

"Enggak ngomong apa-apa," jawab Rezan santai kemudian membimbing Geo untuk duduk di sampingnya.

Pria itu mengenakan kaos putih polos dan celana hitam panjang. Penampilan santai yang hanya akan ditemui oleh orang-orang tertentu saja.

"Mustahil! Masa enggak ngomong apa-apa, dia sampai tersinggung begitu. Kamu itu sudah bikin aku malu tahu, Zan. Bisa enggak sih, sekali ... saja kamu nurut sama aku?"

"Enggak," jawaban Rezan langsung membuat tangan kakaknya mengepal amarah.

Geo asyik menyaksikan om dan maminya beradu mulut. Dia sudah tidak aneh dengan pemandangan itu, sudah jadi camilan setiap minggunya.

"Emang bener-bener, ya, si Rezan!"

Sesil mengambil bantal sofa lalu dilemparkan ke arah adiknya namun Rezan sigap menghindar sehingga bantal itu melayang dan menubruk dinding. Geo tepuk tangan untuk ketangkasan sang om.

"Lupakan niatmu untuk menjodohkanku dengan para wanita itu, sampai kapan pun itu tidak akan pernah terjadi."

Usia Sesil dan Rezan hanya terpaut dua tahun, jadi keduanya jarang menggunakan sapaan umum seperti yang biasa dilakukan adik dan kakak. Mereka cenderung memanggil nama satu sama lain saat bertegur sapa.

"Terus kamu mau aku jodohin sama siapa, hah? Para lelaki, begitu?"

"Boleh," jawab Rezan lagi enteng.

Mata Sesil melotot garang, sekali lagi ia mengambil bantal sofa dan dilemparkan sekuat tenaga ke arah Rezan. Kali ini, pria itu berhasil menangkapnya lalu ia berikan bantal itu pada Geo. Sesil mengatur napasnya agar lebih tenang, ia menyuruh Geo untuk pergi ke kamar omnya sebentar karena ada hal penting yang harus wanita itu bicarakan berdua saja dengan adiknya yang super menyebalkan.

"Udah bener-bener enggak ada harapan sembuh, Zan?" tanya Sesil dengan volume suara dipelankan.

Rezan enggan menjawab pertanyaan itu, dia masih menyimak sejauh mana kakaknya akan menginterogasi kali ini. Dia juga penasaran ide gila apa lagi yang akan lahir dari otak Sesilia yang out of the box itu.

"Kita ke psikolog, yuk, Zan. Aku punya kenalan andal yang bisa meluruskan semua kemiringan yang ada pada dirimu saat ini."

"Pulang sana, aku mau istirahat," usir Rezan sambil berdiri.

"Please, Zan, kamu harus segera menikah atau ... perjuangan mendiang Mama akan sia-sia."

Rezan menghentikan langkah, ia menoleh ke samping sedikit lalu berkata, "Aku tidak pernah menginginkan apa yang Mama perjuangkan. Sejak awal semua itu bukan milikku."

"Tapi kita harus menyelamatkan semua aset itu dari Papa, Zan!"

"Aku akan benar-benar pindah negara kalau kamu terus bersikap seperti ini, Sesil," tegas pria itu sambil lalu.

Sesilia mendengus sambil menendang angin-mengekspresikan kekesalannya yang sudah melewati batas. Memiliki adik seperti Rezan adalah ujian terberat dalam hidupnya.

"Semua laki-laki di keluargaku memang sialan," gumam Sesil emosi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Sesil, jangan marah, kena darting lo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status