Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.
Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini.
"Oh-My-God! Itu aki-aki t
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Besar pasak daripada tiang. *** "Aku bukan orang jahat jadi tolong lindungi aku kali ini saja." Rezan tidak terpengaruh, ia berniat membukakan pintu namun sekali lagi, Ratu menggagalkannya. Ia tarik tangan Rezan kemudian melingkarkan tangan pria itu ke tubuhnya, Ratu melompat cepat dan melilit pinggang laki-laki itu dengan kakinya. Ratu mencium paksa sang dokter yang masih terkejut, berusaha terus mendobrak pertahanan Rezan yang tampak ingin menyudahi ciuman mereka. Punggung Ratu membentur tembok, kini ia terkunci di sana dengan tubuh Rezan masih mengimpitnya dalam dekapan panas. Rezan pun tampaknya mulai malas melakukan perlawanan, ia biarkan saja Ratu melakukan apa yang ia mau tanpa berniat melayani. Ratu mengecup leher pria itu d
"Kenapa itu muka sepet amat?" tanya Surya setelah menghampiri karibnya di konter bar. Pengunjung sedang agak sepi jadi gadis itu bisa sedikit santai sekarang. "Kepala gue mau meledak rasanya, Ya." "Lo cari penyakit sih, udah gue bilang jangan belanja banyak-banyak. Lo malah kalap kayak orang kesetanan, pening kan lo sekarang tagihan kartu kredit membengkak.” "Bukan cuma itu, Ya. Gue juga lagi dikejar-kejar rentenir selama satu minggu tetakhir. Belum bayar hutang bulan ini. Enggak ada proyekan lagi gitu yang bisa bikin gue dapet uang gede dengan cepat. Kagak apa-apa deh, gue rela menemani aki-aki mabuk juga. Nanti tinggal gue kasih obat tidur aja, selamat deh gue kayak biasanya."
“Aduhh, ini gue harus lari ke mana lagi? Mana mereka masih ngejar,”batin Ratu risau. Gadis itu baru saja melarikan diri dari UGD usai mendapati empat orang anak buah suruhan si Bandot mengejarnya. Beberapa saat lalu di kelab malam, Ratu dihadapkan pada seorang tamu yang meminta pelayanan plus-plus darinya, jelas gadis itu menolak karena sesuai kesepakatan kerja bahwa tugas Ratu di tempat itu adalah bartender. Dia tidak pernah menerima pekerjaan jenis itu sekalipun kelihatannya Ratu sangat lihai dalam hal tersebut. Penolakan yang Ratu berikan berbuah kemarahan besar dari sang tamu. Pria tua itu mengerahkan anak buahnya untuk menyerang Ratu, agar dia bisa merisak paksa dan mendapatkan apa yang dia mau dari gadis itu. Tentu Ratu tidak tinggal diam, dia melakukan perlawanan. Pertama, ia menendang kaki kedua orang yang memegangi tangannya. Kedua, ia tonjok wajah si pria tua genit yang berusaha mencium bibirnya. Ketiga, gadis itu melayangkan sebuah tendangan
Nayla melamun seorang diri di perpustakaan, sejak kuliah jam pertama dimulai gadis itu memang kehilangan sebagian konsentrasinya. Kepalanya dipenuhi berbagai hal tentang hutang keluarganya. Jika kemarin Nayla masih dibuat bertanya-tanya tentang nominal hutang yang tak kunjung dibeberkan Ratu, pagi ini akhirnya semua pertanyaan itu terjawab tuntas. Tiga milyar, selama ini Ratu menanggung beban hutang tiga milyar seorang diri. Mencicil sedikit demi sedikit namun hutang itu tak kunjung menipis karena setiap bulan bunganya juga bertambah. Nayla terpaksa mencari tahu masalah ini karena ia benar-benar tidak tega melihat sang kakak banting tulang siang malam. Belum lagi kemarin, Ratu pulang dalam keadaan terluka dan yang membuat hati Nayla semakin pilu adalah alasan dibalik hadirnya luka itu. Ratu nyaris dilecehkan pria yang tidak bertanggung jawab. Tidak bisa Nayla bayangkan apa
SesiliaAku sedang di apartemenmu. Ikuti permintaanku jika kamu ingin aku pulang. Rezan mendesah berat membaca pesan itu. Ia melepas jas putihnya, melirik arloji di tangan kiri, kemudian menyampirkan jas navy di tangan. Baru saja keluar dari ruangan kerjanya, pesan baru kembali hinggap di ponselnya. SesiliaThe Rosemary Restaurant, table number 15. Dont be late, Honey😘 Rezan melesakkan kembali ponselnya ke saku jasnya. Ia melenggang penuh wibawa menelusuri koridor. Tiba di depan lift, ketika lemari bergerak itu terbuka, beberapa orang yang ada di dalam sana tampak menyapa penuh hormat. Hanya sapaan tanpa kata yang orang-orang itu berikan, Rezan meresponsnya dengan anggukan pelan. Harum tubuh Rezan menguar di dalam lift itu, wanita-wanita yang ada di sana silih senggol tangan dan menggunjing Rezan dengan isyarat tertentu seperti lirikan dan senyum penuh arti. Pesona dokter 34 tahun itu sungguh
"Rezan!!!" teriak Sesilia saat wanita satu anak itu tiba di apartemen adiknya. Sesil mau meminta pertanggung jawaban Rezan atas tindakan tidak sopan pria itu pada sepupu kenalannya. "Geo, bantu Mami cari om Rezan, cari di kolong meja, di bawah karpet, atau di gorong-gorong kalau perlu!" "Kita mau cari om Rezan atau kecoak, Mi?" tanya Geovandi, usia 7 tahun, satu-satunya keponakan Rezan—setidaknya untuk saat ini. "Om kamu emang udah kayak kecoak, resek, bikin ilfil, nyebelin. Arggh, malu-maluin." "Huhh, tahu begitu tadi aku ikut Papi saja ke gym," gumam Geo yang sudah tidak terdengar maminya karena Sesilia sudah sibuk mencari keberadaan adiknya.
“Ratu Anayasa!!!” teriak Surya setelah menemukan keberadaan Ratu. Gadis itu baru keluar dari ruang ganti untuk memulai pekerjaannya malam ini. Penampilan Ratu terlihat menawan seperti biasanya. Rambut yang hitam lurus nan panjang itu diikat kuda, menggunakan topi berwarna senada dengan seragam yang dikenakannya. Untuk ukuran pakaian kerja di kelab, seragam Ratu lumayan tertutup. Memang pada dasarnya Ratu ini memiliki kelebihan pada fisiknya, sehingga apa pun pakaian yang dia kenakan terlihat cocok dan sempurna. Tingginya 165 cm, kulit kuning langsat, bulu mata lentik, bibir tipis, hidung mancung. Wajar apabila banyak pria yang mendambakannya. “Apa, sih, teriak-teriak udah kayak di hutan aja.” “Gue punya kerjaan bagus buat lo.”