Home / Romansa / Istri Manja Dosen Posesif / Dosen Posesif itu Suamiku

Share

Dosen Posesif itu Suamiku

last update Last Updated: 2023-06-19 13:10:17

Setelah tiga hari menikah dengan Daniel, Frisca kembali memutuskan untuk berkuliah seperti biasa. Ia yakin dua sahabatnya pasti menunggunya dari liburan pernikahan.

Frisca sudah berada di kampus saat ini, terpaksa ia berangkat lebih pagi, bahkan saat Daniel masih bersiap-siap, Frisca sudah mengendap-endap pergi.

"Frisca! Oh my gosh!"

Suara teriakan melengking membuat langkah Frisca terhenti seketika. Ia menoleh ke belakang di mana Anastasia dan Allana berdiri melambaikan tangannya.

Senyuman Frisca mengembang saat kedua sahabatnya itu berlari dan langsung memeluknya dengan erat.

"Kangen," seru Allana merengek.

"Sama, aku juga kangen banget sama kalian," ujar Frisca menatap mereka berdua.

"Oh ya, happy wedding ya bestie, semoga bahagia selalu, meskipun kau tidak mengundangku!" seru Anastasia dengan wajah kesalnya.

Ekspresi Frisca langsung berubah detik itu juga, ia menggaruk pelan tengkuk lehernya dan mengangguk saja.

Sebisa mungkin ia bersandiwara kalau tidak terjadi apapun dalam hidupnya. Semua temannya akan mengejeknya kalau Frisca ketahuan menjadi istri Daniel. Dosen galak, sengak, semena-mena, dan terkenal tampan wajah buaya.

"Ya sudah ayo ke kelas, kangen banget sama Baby Frisca...."

"Iya, nanti pulang ngampus kita ke cafe yuk, Brandon tidak marah kan kalau kita mengajakmu?" tanya Allana.

"Ti... Tidak. Ya, nanti ke cafe," jawab Frisca sedikit kikuk.

Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam kelas, semua teman-temannya menatap lekat pada Frisca dengan ekspresi terkejut.

"Wahh... Frisca sudah datang aja!"

"Pengantin baru nih!" sahut Aldo seraya memainkan bola basketnya.

"Mana undangannya Fris, tega amat temen sendiri tidak diundang!" Bobby menyahuti.

"Tadi diantar Brandon apa berangkat sendiri? Biasanya pengantin baru tuh masih posesif poll!"

"Bukan lagi, masih cinta karet guys!"

Frisca mencengkeram tas merah muda yang ia gendong punggung. Gadis itu sulit untuk tersenyum, semua temannya tahu kalau Frisca dan Brandon menjalin hubungan sangat lama, Frisca juga sempat mengenalkannya pada semua temannya.

"Selamat pagi semuanya!"

Tubuh Frisca tersentak, ia langsung spontan menoleh ke belakang saat mendengar suara Daniel.

Kedua matanya sontak langsung berkaca-kaca saat ia menatap Daniel di belakangnya. Daniel tahu kalau Frisca pasti sedih dengan kata-kata temannya.

"Frisca tolong ke ruangan saya ambilkan berkas merah di meja," perintah Daniel mengalihkan tatapannya ke anak-anak yang lain, "yang lainnya, duduk di tempat masing-masing dan jangan berisik selama pelajaran saya!"

Frisca langsung beranjak pergi, Daniel menoleh ke arah pintu dan ia meletakkan beberapa buku di atas meja sebelum mengikuti Frisca.

Sepanjang menuju ruangan milik Daniel di lantai tiga, Frisca berlari menuruni anak tangga dan menangis mengusap air matanya. Gadis itu masuk ke dalam ruangan milik Daniel dan menangis di sana.

Frisca duduk di belakang lemari kayu, ia menangis di sana hingga terdengar suara pintu terbuka.

"Frisca," panggil Daniel.

Daniel mendekatinya, ia mencekal kedua pundak Frisca hingga gadis itu menatapnya menangis.

"Semuanya bertanya tentang aku dan Brandon, pernikahanku dengan dia Kak! Aku tidak suka, Brandon pergi...." Frisca terlihat begitu histeris.

"Tenanglah," lirih Daniel memeluknya perlahan.

Kedua tangan Frisca memeluk tubuh Daniel dan meremasnya. Usapan lembut di pucuk kepala Frisca usaha membuatnya tenang.

"Aku tidak akan membiarkan teman-temanmu memancing kesedihanmu. Jangan khawatir," bisik Daniel pelan.

"Janji?" Frisca mendongak mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji Sayang." Daniel menaut jari kelingking Frisca dan kembali memeluknya.

Frisca memejamkan kedua matanya, sadar kalau dirinya saat ini membutuhkan pelukan. Dante sang Kakak tidak di sampingnya, hanya ada Daniel dan tidak akan ambil pusing Frisca memeluk laki-laki ini.

**

Frisca sejak pagi tidak ikut pelajaran, ia tidur di dalam ruangan Daniel. Kepalanya pusing karena banyak menangis sampai-sampai Daniel memintanya untuk tidur saja di ruangannya.

"Ya ampun, jam berapa ini?" lirih Frisca terbangun.

Ekor matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang.

"Hah?! Allana dan Anastasia pasti menungguku," cicit Frisca.

Gadis itu mengambil ponselnya dan ia mendapati banyak pesan dari kedua temannya.

"Mereka menungguku di cafe!" pekik Frisca.

Buru-buru Frisca mengambil tas miliknya, ia membuka pintu ruangan Daniel dan berlari keluar dari area kampus.

De'Cafe, tempat yang berada tepat di depan kampusnya, di mana kedua temannya menunggu di sana.

Frisca berlari cepat ke arah cafe dan membuka pintunya dengan kuat.

"Sorry aku telat!" pekiknya keras.

Semua orang di dalam sana menoleh, termasuk beberapa dosen yang tengah berada di sana dan kedua teman Frisca yang berada di ujung belakang.

Ditatap semua dosen, Frisca menjadi kikuk sendiri. Ia menundukkan kepalanya dan langsung berlari mendekati Anastasia dan Allana.

"Malu-maluin!" pekik pelan Anastasia seraya mengusap wajahnya.

"Ya... Ya kan aku juga spontan," jawab Frisca beranjak duduk dan kembali melirik ke belakang di mana Daniel menatapnya.

"Ah gila, Pak Daniel gitu amat sih natapnya. Bikin aku makin jatuh cinta aja sama si galak tampan satu itu!" seru Allana terkekeh.

Frisca berdecak kesal mendengarnya, ia langsung beralih duduk di samping Allana dan balik menatap Daniel di depan sana.

"Ngapain duduk di sini?! Jangan bilang kalau situ lupa udah ada suami!" sinis Allana.

"Suka-suka dong, kan suamiku tidak si sini!" jawab Frisca dengan santai.

Mereka bertiga memesan makanan, Frisca masih sesekali memperhatikan Daniel yang tengah bercanda dan berbincang serius bersama para rekannya.

Gadis itu meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana hingga ia kembali menatap Daniel.

"Ah Adam ini ke mana sih!" pekik Anastasia meletakkan ponselnya dengan kasar.

Frisca menoleh dan terkekeh, "Adam mungkin sedang merebus kentang. Dia kan seorang Chef," ujar Frisca.

"Seorang Chef ternama dapat pacar gadis bodoh dan lemot. Poor Adam!" sahur Allana.

"Iya, iya, aku tahu kau pacarnya Kapten Hoki dan kau sendiri seorang figur skating, sombongin aja terus Al!" sinis Anastasia.

Frisca terkekeh menyaksikan perdebatan mereka berdua, memang sudah sering seperti ini.

Keasikan mereka bertiga tiba-tiba terlaihkan saat seorang Daniel berjalan mendekati mereka, laki-laki itu berdiri di hadapan Frisca hingga ketiga gadis itu kikuk sendiri.

"Pak Daniel, mau gabung sama kita?" tanya Anastasia.

Daniel menggeleng, "Frisca, Kakakmu memintaku supaya kau pulang denganku."

Frisca melebarkan kedua matanya dan menunjuk dirinya sendiri. Daniel mengangguk dan tanpa panjang lebar ia meraih tas punggung merah muda milik Frisca dan menentengnya membawanya pergi.

"Eh, Kak Daniel! Kak Daniel tunggu!" teriak Frisca mengejar Daniel.

Gadis itu membalikkan badannya pada kedua temannya.

"Aku duluan! Sorry ya!"

Frisca berlari sampai ke parkiran di mana Daniel menunggunya dan Frisca langsung masuk ke dalam mobil tersebut.

Daniel mengembuskan napasnya pelan dan menoleh pada Frisca yang cemberut.

"Aku akan mengajakmu, kau harus sering menghabiskan waktu denganku dari pada dengan temanmu, Frisca."

"Mau ke mana?!" sinis Frisca.

"Memberikanmu hadiah, atas pernikahan kita," jawab Daniel.

Hadiah. Frisca sangat menyukai hadiah, Daniel mengetahui hal yang Frisca sukai sampai hal yang paling Frisca benci.

"Emm, kalau begitu... Aku mau beli boneka Unicorn yang besar!" pekik Frisca dengan wajah berseri-seri.

"Tidak untuk siluman kuda yang satu itu!" seru Daniel.

"Hihh Kakak! Kalau begitu pulangkan saja aku ke rumah Mama dan Papaku!" ancamnya.

Daniel mendengus pelan, ia mengusap pelipisnya dan mengangguk.

"Baiklah! Apapun untukmu istri kecil," serunya.

Frisca langsung tersenyum lebar, "terima kasih, suamiku!"

Deg,

Daniel menoleh, "apa katamu barusan?"

Frisca kikuk, ia diam memegang bibirnya dan memalingkan wajahnya.

"Ti... Tidak!"

"Ulangi, Frisca...."

"Tidak mau!" tolaknya kesal.

Daniel tersenyum smirk, "ulangi atau aku akan menepikan mobil ini dan aku akan membuatmu mengulangi panggilanmu tadi tanpa aku minta! Pilih mana, hem?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Manja Dosen Posesif   AKHIR PENUH KEBAHAGIAAN

    Keesokan harinya.Justin ternyata datang ke rumah Celia lagi, bahkan sangat pagi-pagi sekali laki-laki itu menjemput Celia. Dia mengajak gadis cantiknya pergi ke suatu tempat, memaksanya dengan sabar karena tahu suasana hati Celia yang sangat buruk pagi ini. "Kau mau mengajakku pergi ke mana, Justin?" tanya Celia dengan wajah malas, dia menatap ke arah luar jendela mobil hitam milik laki-laki itu. "Ke suatu tempat." Justin tersenyum tipis. "Kenapa manyun saja, hem? Ada masalah?" tanya Justin mengusap pucuk kepala Celia. Gadis itu mengangguk. "Kenapa kau masih bisa sesantai ini setelah semalam Papaku mengatakan hal buruk tentang kita, kenapa?" Kening Justin mengerut, laki-laki itu tidak menjawab dan ia sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya Celia maksud saat ini. Sampai beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah tempat. Kedua mata Celia melebar dan angin pagi yang semilir menyapanya dengan sangat lembut. Tidak terlalu menikmati perjalanan, tapi tiba-tiba mereka sudah

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. Memberikannya Kebahagiaan Lebih

    "Bagaimana? Sudah bertemu dengan Justin?!" Miko tersenyum menatap adiknya yang memasang tampang kesal. Di samping Celia ada Justin yang tersenyum kepadanya. "Kalian ini niat sekali membuatku kesal, aku sampai seharian nangis," seru Celia, ia menendang kaki Miko yang duduk di sampingnya. Daniel dan Frisca tersenyum tipis. Mereka tidak bepergian jauh, mereka hanya sedang berkunjung ke vila baru yang dibeli Miko beberapa Minggu yang lalu. Sengaja juga mengerjai Celia. Daniel menghela napasnya pelan, laki-laki itu menatap pemuda tampan yang duduk di samping Celia. "Kau tidak kembali lagi ke London, Justin?" tanya Daniel menatap pemuda itu. "Tidak Om, saya mungkin akan ke sana nanti, bersama Celia." Justin menjawabnya seraya menatap Celia. Gadis cantik itu jelas saja langsung berseri-seri dan mengangguk antusias. "Halah, giliran begitu aja antusias banget!" Miko menarik pipi Celia dengan kuat hingga sang empu memekik melebarkan kedua matanya. Sontak, Justin langsung menepis tangan

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. Yang Ku rindukan Sudah Pulang

    Satu Minggu berlalu..."Mami dan Papi akan pergi dengan Kakak juga, Celia di rumah saja ya," bujuk Frisca pada putrinya. Gadis cantik yang baru bangun tidur itu langsung mengerjapkan kedua matanya. Tidak biasanya sang Mama akan meninggalkannya begini. Celia pun langsung cemberut saat itu juga. "Kenapa sih Mi? Memangnya Mami sama Papi mau ke mana? Seenggaknya itu jangan ajak Kakak dong, Celia kan tidak mau sendirian!" Gadis itu memprotes, seperti biasa kalau Celia sangat amat takut sendirian. "Manja banget sih jadi bocah, malu sama umur!" sinis Miko menyahuti. Ekor mata Celia melirik sang Kakak, pria tampan itu nampak membawa sebuah koper hitam miliknya dan berpenampilan sangat rapi dan berkelas, seperti biasa. Wajah Celia langsung menunjukkan ekspresi bingung. "Mau ke mana sih? Kok bawa koper besar segala?! Kenapa tidak kemarin-kemarin bilang ke Celia, sih Mi?!" amuk Celia pada Maminya. "Kita mau ke Italia, kenapa?" Miko pun ikut menyahuti. Saat itu juga Celia berdecak kesal,

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. Selalu Ada Waktu Untukmu

    "Adikmu murung sekali, Miko. Kenapa Celi?" Daniel memperhatikan putrinya yang tampak sedih, gadis itu juga tidak mau bergabung bersama Mama dan Papanya seperti biasa. Celia diam di lantai dua, di depan jendela di samping sebuah pohon natal besar dan perapian. Pertanyaan sang Papa membuat Miko mendengkus pelan. "Galau dia Pi, ditinggal Justin." "Ohhh, Justin kan pulang ke London, tidak papa lah... Orang ke rumah keluarganya," jawab Daniel dengan santai. "Loh, dia asli orang Britania ya?" sahut Frisca seraya membantu Miko membungkus banyak hadiah. Daniel mengangguk. "Dari kabar yang aku dengar sih begitu. Tapi dia adalah anak muda yang sangat mandiri, bahkan dia mengembangkan perusahaannya tanpa mengeluh sedikitpun." Mendengar hal itu membuat Miko mengangguk, sejujurnya ia tidak membenci sosok Justin, juga tidak menganggap sebagai saingannya apalagi tidak menyukainya karena mendekati Celia, tapi bagi Miko ia takut kalau Justin yang sudah tahu tentang dunia luar akan menyakiti C

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. Aku Yakin Dia Kembali

    Celia duduk diam menunduk kepalanya di bangku panjang di dalam bandara. Gadis cantik itu meletakkan tangannya di dada dan menggenggam kalung yang tadi Justin pakaikan padanya. Ponsel Celia berdering dan ternyata panggilan dari Papanya. Namun Celia enggan menjawab, pasti mereka hanya bertanya dia di mana, setelah itu mereka mengatakan mereka akan pergi dan Celia sendirian lagi. "Mereka pasti cuma mau pamit pergi saja," gumam Celia kembali mendongakkan kepalanya menatap sekitar. Beberapa orang berlalu-lalang di depannya dan tidak seramai tadi.Namun pintu kaca di depan sana tiba-tiba terbuka, nampak Ludwick berlari ke arahnya dan menatap wajah Celia dengan lekat. "Cel, duh... Aku kira pulang sendiri," ujar laki-laki itu seraya merapatkan mantel hangatnya. Kening Celia mengerut dan ia menatapnya lesu. "Justin pergi ke London, mendadak pula," ucap Celia. "Udah, nggak usah dipikirin! Ayo pulang, salju turun tebal di luar Cel, ayo!" Ludwick menarik pelan lengan Celia. Mereka berdua

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. Musim Dingin Tanpamu

    Dia minggu berlalu dengan cepat. Celia menjalani harinya seperti biasa dan gadis itu kini sedikit menjaga jarak dengan sang Kakak, lebih tepatnya saat mereka bertengkar beberapa waktu yang lalu. Hari ini di rumah Celia kedatangan tamu penting, Miko akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Kakak laki-laki Celia itu mudah sekali mendapatkan seorang pasangan. Calon istrinya pun sangat cantik, tapi secantik apapun dia Celia yang marah pada Miko, ia ikut malas pula pada Kakak iparnya. "Celia, tidak mau kenalan sama Kak Arzela?" tanya Frisca saat melihat putrinya berjalan menuruni anak tangga. Celia diam, di sana Miko menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan."Tapi Mi, Celi buru-buru dan-""Sapa sebentar, apa susahnya sih, Cel!" Miko menatap sinis pada sang adik. Celia merotasikan kedua matanya, ia langsung mendekati calon Kakak iparnya dan gadis itu langsung mengulurkan tangannya dengan sopan. Arzela pun hanya tersenyum manis. "Celia cantik sekali," ucap Arzela. "Iya Kak, kayak

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. KEMARAHAN MIKO

    Setelah beberapa hari yang lalu Celia bertengkar dengan Kakaknya, Celia menjadi sangat tertutup. Bahkan dia tidak mau bicara dengan Miko sedikitpun. Miko mencemaskan akan diamnya sang adik yang tidak biasa. Dia terus kepikiran tentang Celia setiap kali. "Pagi Mi, Pi," sapa Miko pada Mama dan Papanya saat ia baru saja menuruni anak tangga menuju ruang makan. "Hem, pagi juga Sayang. Adik mana?" tanya Frisca pada si sulung. Miko langsung menoleh ke arah sampingnya di mana meja nampak kosong dan ternyata Celia belum juga ke sana. "Loh, aku pikir Celi sudah duluan," jawab Miko menghela napasnya pelan. "Belum. Sudah beberapa hari ini dia sepertinya tidak mood pada apapun, kenapa ya?" Frisca menatap suami dan anaknya dengan tatapan bingung. "Mungkin ada masalah sendiri, maklum anak gadis," sahut Daniel. "Tapi Sayang, aku merasa tidak biasanya dia seperti ini. Makanya aneh saja kalau Celia tiba-tiba murung." Miko menyadari satu hal yang benar-benar membuat Celia berubah bukan hanya p

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. PERTENGKARAN

    "Thanks udah jagain Celia, sorry juga kalau adikku merepotkanmu," ucap Miko pada Justin. Justin hanya tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya saja. "Santai aja, Celia gadis yang patuh denganku," balas Justin. Mendengar kata patuh yang Justin katakan membuat Miko merasa hal aneh dan sedikit khawatir kalau Justin menyukai Celia. Bukannya tidak boleh, tapi Miko sangat takut kalau adiknya akan terjerumus dalam pergaulan laki-laki di depannya ini. "Sudah ayo pulang, Mami dan Papi sudah menunggu kita di rumah," ajak Miko pada Celia. "Tunggu sebentar Kak, aku harus pamit ke Justin dulu," ucap Celia memegangi lengan dengan sang Kakak. Celia menatap Justin dengan tatapan yang sangat hangat sebelum akhirnya gadis itu menunduk dan tersenyum kembali menatapnya. Sedangkan Justin hanya menyunggingkan senyum dan ia cukup paham bagaimana cara seorang Celia menunjukkan sikap polosnya. "Justin, aku pulang dulu ya aku mah terima kasih sudah menjaga aku. Emm... Kalau kau merasa bosan

  • Istri Manja Dosen Posesif   S2. DIAM DAN JATUH HATI

    Jam menunjukkan pukul sebelas malam, Celia masih berada di apartemen milik Justin dan di sana ada Ludwick juga yang terkejut dengan kehadiran gadis yang pernah ia jumpai di club malam beberapa waktu yang lalu. Namun Ludwick tidak mengatakan apapun, dia tetap diam bersama dengan Justin saja. "Heh, Justin... Dia gadis yang waktu itu, kan?!" pekik Ludwick menyenggol lengan Justin. Dan sahabatnya itu menoleh ke arah Celia yang nampak sedih. "Heem, dia putri Pak Daniel. Rekan kerjaku," jawab Justin. Ludwick langsung menelan saliva. "Gila aja, bisa-bisanya langsung dekat," seru laki-laki itu melirik Justin dan mengembuskan napasnya pelan.Justin terkekeh, ia pun berjalan mendekati Celia yang tengah sedih duduk di sofa di depan kamar Justin. Sesekali gadis itu menatap was-was pada Ludwick yang memperhatikannya. Saat Justin mendekat, Celia langsung menarik lengan laki-laki itu dimintanya untuk mendekat. "Justin... Temanmu itu kenspa melihat aku aneh, aku takut," ujar Celia jujur. Just

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status