"Kalau di rumah aku adalah suamimu yang harus kau patuhi, dan kalau di kampus, aku tetap Dosen yang harus mengawasi semua pergerakanmu, istri kecil!" Frisca Tarinka ditinggal calon suaminya saat hari pernikahannya. Tidak mau membuat keluarganya malu, Frisca meminta sahabat Kakaknya sekaligus dosennya di kampus untuk menikah dengannya hari itu juga. Daniel Emmanuelle pernah sakit hati lantaran cintanya ditolak oleh Frisca, namun saat ini gadis itu malah menawarinya untuk menjadi suaminya. Tentu saja Daniel menerima, laki-laki itu ingin membuat kehidupan Frisca jungkir balik dan berusaha keras membuat gadis itu tidak kabur darinya dan jatuh cinta padanya, sedalam-dalamnya.
Voir plus"Percuma kamu menangis! Laki-laki yang baik tidak akan meninggalkan calon istrinya di atas pelaminan, Kakak tidak akan memaafkan pecundang itu lagi!"
Frisca Tarinka, gadis dua puluh tahun dengan balutan gaun pengantin yang kini menangis memeluk boneka unicorn berwarna pink miliknya. Perasaannya yang kacau di hari pernikahannya saat ini. Calon suaminya, Brandon yang pergi tanpa kabar dan jejak tepat di hari -H pernikahannya dengan Frisca. Padahal mereka sudah dekat dan menjalin hubungan istimewa lebih dari tiga tahunan sejak masih sekolah, tapi nyatanya Brandon malah mengkhianatinya.Hal itu membuat keluarga Frisca kesal dan marah, belum lagi harus menanggung malu lantaran semua tamu undangan sudah berkumpul di sana."Sudahlah Pa, bubarin aja," lirih Frisca mengusap air matanya yang masih mengalir."Bubar gimana? Semua tamu sudah berkumpul di depan, Frisca! Ini bukan upacara yang bisa bubar barisan jalan! Ini pernikahan!" pekik Johan memarahi putrinya.Frisca malah menangis, di dalam kamar hotel tersebut hanya ada kedua orang tuanya dan Kakaknya saja.Mereka semua sama bingungnya dengan keadaan ini."Papa maunya bagaimana?" tanya Dante, Kakak kandung Frisca."Ya... Papa tidak mau malu, kalau sampai bubar, pasti sangat memalukan! Mau ditaruh mana muka Papa dan Mamamu ini!" teriak Johan."Sudah Pa," ujar Tarisa mengusap pundak suaminya.Frisca beranjak dari ranjang, ia mendekati sang Kakak dan memeluknya. Semua masalah yang selalu menerkanya, hanya Dante yang bisa menolongnya."Kakak, Frisca harus bagaimana?" tanya Frisca menangis dalam pelukan sang Kakak."Ya salah sendiri! Masih bocah akal-akalan nikah! Dipikir nikah itu enak, hah?!" pekik Dante mengomel.Di saat mereka semua tengah pusing dengan situasi keruh dan panas. Frisca menangis sejak tadi tidak henti-henti menghubungi calon suaminya.Papanya yang uring-uringan dan jam acara pernikahan yang kurang dari dua puluh menit lagi. Frisca ingin menghilang saat ini.Pintu kamar hotel itu tiba-tiba terbuka, di sana nampak seorang laki-laki dengan balutan pakaian formal yang rapi. Laki-laki berwajah tampan dingin, manik mata biru, dan berpostur tinggi besar berdiri membuka pintu membawa sebuah kotak hadiah."Selamat pagi," sapa laki-laki itu mendekati Frisca dan menyerahkan kotak hadiah yang ia bawa.Frisca menatap laki-laki itu lekat-lekat, ia tahu betul dengan sahabat Kakaknya ini. Selain sahabat sang Kakak, laki-laki ini adalah dosen baru di kampusnya."Kak Daniel!" pekik Frisca bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di hadapan Daniel.Daniel Emmanuele menatap kikuk Frisca yang berderai air matanya."Hem, selamat ya Frisca. Aku ikut bahagia di hari....""Jadilah suamiku! Kumohon," ucap Frisca dengan lantang dan berani menahan malu mati-matian.Semua orang di dalam ruangan itu menatap kikuk ke arah Frisca yang meminta hal itu pada Daniel.Tatapan mata Daniel langsung menajam mendengar apa yang baru saja Frisca katakan. Senyuman di sudut bibirnya membuat Frisca pasrah dengan ejekan yang akan Daniel lontarkan."Kak Daniel, aku serius," pinta Frisca dengan nada melas."Calon... Calon suamimu?" Daniel menoleh pada orang tua Frisca dan juga Dante.Dante berdecak sebal, "Niel, calon suami ini bocah minggat sejak subuh tadi!" seru Dante."Oh," jawab Daniel."Kak Daniel tolong Frisca please, kali ini saja. Menikah dengan Frisca! Janji deh, kalau Frisca jadi istri Kak Daniel, nanti Frisca bakal nurut... Frisca tidak mau Mama dan Papa malu," lirih gadis itu menangis menunjuk ke arah Mama dan Papanya.Daniel menatap dalam-dalam gadis itu, biasanya Frisca menjadi gadis yang paling malas padanya, jahil, dan menjadi palajar yang membangkang di kampusnya.Sejak lima tahun ia berteman dengan Dante, sejak saat itu juga Daniel menyukai Frisca. Meskipun usianya dan Frisca berjarak tujuh tahun."Nak Daniel," panggil Johan pelan membubarkan lamunan Daniel pada Frisca."Kalau kau tidak keberatan, kali ini saja Niel. Berani aku membayar dengan nyawaku!" seru Dante mengimbuhi.Daniel berdehem pelan, ia melirik Frisca yang kembali memeluk boneka unicorn miliknya dan menatapnya melas dengan gaun pengantin sedikit kusut ia pakai untuk menangis sejak pagi."Bagaimana bisa aku menikahi Frisca, apa lagi dadakan seperti ini! Kedua orang tuaku, sahabatku, keluargaku, bagaimana?!" pekik Daniel menatap mereka semua."Ck! Itu bisa diatur asal kau mau lebih dulu," seru Dante pada sahabatnya."Huhh... Ini gila!" seru Daniel berat menimbangnya."Kita bisa cerai nanti, tenang saja. Atau Kakak minta uang ganti rugi?" cicit Frisca menundukkan kepalanya.Daniel diam tidak percaya, ia pernah ditolak oleh Frisca dua tahun lalu saat gadis itu masih sekolah, tapi kini gadis itu mengajaknya menikah. Menarik untuk seorang Daniel."Baiklah, aku akan menikahi Frisca hari ini! Tapi dengan satu syarat!" seru Daniel tegas.Frisca langsung mengangkat kepalanya menatap Daniel dengan terkejut dan lega. Kedua orang tua Frisca dan Kakaknya juga langsung tersenyum."Apapun syaratnya!" pekik Dante."Setelah pernikahan ini, Frisca akan tinggal denganku. Tinggal bersamaku di mansion milikku!" tegas Daniel menatap Frisca dalam-dalam.Gadis itu ingin menolaknya, bagaimana pun juga seorang Frisca Tarinka adalah gadis malas yang segalanya bergantung pada sang Mama, apa jadinya kalau ia tinggal berdua dengan Daniel? Dosennya, suaminya, dan laki-laki yang pernah ia tolak mentah-mentah."Gampang soalan itu! Frisca pasti mau karena kau sudah mau menjadi suaminya!" tegas Dante mengacungkan jempolnya.Daniel menoleh pada Frisca dan tersenyum menyeringai."Aku terima tawaranmu, Frisca."Frisca mengangguk ragu merasakan hawa panas dingin pada tubuhnya. Mungkin ia kedepannya akan merasa hidup di neraka, ia tahu betul kalau sosok Daniel bukan hanya seorang Dosen biasa, dia sangat kaya raya. Pasti akan semena-mena pada Frisca.Johan dan Tarisa merasa lega begitu Daniel menerima tawaran gila yang putrinya berikan."Kalau begitu, kalian berdua bersiap-siap ya, Mama dan Papa juga Dante akan menunggu kalian di luar. Segera bersiap ya, Daniel," pinta Tarisa menyerahkan stelan jas pernikahan pada Daniel."Iya Tante," jawab Daniel."Kami tunggu segera," ujar Johan menepuk pundak Daniel."Cepat Niel," seru Dante berjalan keluar bersama Mama dan Papanya.Kini pintu kamar itu tertutup dan hanya bersisa Frisca bersama Daniel. Situasi yang tidak pernah Frisca duga-diga sebelumnya.Frisca masih duduk di tepi ranjang dan memeluk boneka unicornnya, wajahnya masih murung dan sedih."Kak Daniel....""Jangan memanggilku Kakak," sela Daniel seraya melepaskan dasi yang ia pakai dan menggantinya dengan dasi kupu-kupu.Frisca mendongak memperhatikannya."Lalu? Apa aku harus memanggilmu Pak Daniel, seperti saat di kampus?""Paling tidak kau tahu posisimu. Bayangkan kalau aku tiba-tiba menolakmu saat ini!" seru Daniel."Eh, ya jangan!" Frisca sontak mendekati Daniel dan mencekal pergelangan tangannya.Senyuman tipis di bibir Daniel membuat Frisca cemberut."Bagus! Ternyata karma Tuhan berlaku juga ya, Frisca," ujar Daniel.Frisca menyipitkan kedua matanya berdiri di samping Daniel menatap cermin."Ka... Karma Tuhan? Karma apa maksudmu huh?"Mendengar nada sewot dari Frisca membuat hati Daniel tergelitik. Laki-laki itu terkekeh pelan seraya membalikkan badannya.Tatapan mana ocean blue milik Daniel membuat jantung Frisca berdegup, wajah tampannya kini mendekat bersamaan dengan telapak tangannya yang menyentuh lembut pucuk kepala Frisca saat posisi tubuhnya yang terbungkuk."Karma karena kau menolakku. Dan sekarang, kau malah menjadi istriku." Daniel tersenyum smirk mendekatkan wajahnya pada Frisca, "Frisca, sebentar lagi kau akan merasakan nikmat dan asamnya menjadi istri dari laki-laki yang kau tolak, Frisca."Keesokan harinya.Justin ternyata datang ke rumah Celia lagi, bahkan sangat pagi-pagi sekali laki-laki itu menjemput Celia. Dia mengajak gadis cantiknya pergi ke suatu tempat, memaksanya dengan sabar karena tahu suasana hati Celia yang sangat buruk pagi ini. "Kau mau mengajakku pergi ke mana, Justin?" tanya Celia dengan wajah malas, dia menatap ke arah luar jendela mobil hitam milik laki-laki itu. "Ke suatu tempat." Justin tersenyum tipis. "Kenapa manyun saja, hem? Ada masalah?" tanya Justin mengusap pucuk kepala Celia. Gadis itu mengangguk. "Kenapa kau masih bisa sesantai ini setelah semalam Papaku mengatakan hal buruk tentang kita, kenapa?" Kening Justin mengerut, laki-laki itu tidak menjawab dan ia sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya Celia maksud saat ini. Sampai beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah tempat. Kedua mata Celia melebar dan angin pagi yang semilir menyapanya dengan sangat lembut. Tidak terlalu menikmati perjalanan, tapi tiba-tiba mereka sudah
"Bagaimana? Sudah bertemu dengan Justin?!" Miko tersenyum menatap adiknya yang memasang tampang kesal. Di samping Celia ada Justin yang tersenyum kepadanya. "Kalian ini niat sekali membuatku kesal, aku sampai seharian nangis," seru Celia, ia menendang kaki Miko yang duduk di sampingnya. Daniel dan Frisca tersenyum tipis. Mereka tidak bepergian jauh, mereka hanya sedang berkunjung ke vila baru yang dibeli Miko beberapa Minggu yang lalu. Sengaja juga mengerjai Celia. Daniel menghela napasnya pelan, laki-laki itu menatap pemuda tampan yang duduk di samping Celia. "Kau tidak kembali lagi ke London, Justin?" tanya Daniel menatap pemuda itu. "Tidak Om, saya mungkin akan ke sana nanti, bersama Celia." Justin menjawabnya seraya menatap Celia. Gadis cantik itu jelas saja langsung berseri-seri dan mengangguk antusias. "Halah, giliran begitu aja antusias banget!" Miko menarik pipi Celia dengan kuat hingga sang empu memekik melebarkan kedua matanya. Sontak, Justin langsung menepis tangan
Satu Minggu berlalu..."Mami dan Papi akan pergi dengan Kakak juga, Celia di rumah saja ya," bujuk Frisca pada putrinya. Gadis cantik yang baru bangun tidur itu langsung mengerjapkan kedua matanya. Tidak biasanya sang Mama akan meninggalkannya begini. Celia pun langsung cemberut saat itu juga. "Kenapa sih Mi? Memangnya Mami sama Papi mau ke mana? Seenggaknya itu jangan ajak Kakak dong, Celia kan tidak mau sendirian!" Gadis itu memprotes, seperti biasa kalau Celia sangat amat takut sendirian. "Manja banget sih jadi bocah, malu sama umur!" sinis Miko menyahuti. Ekor mata Celia melirik sang Kakak, pria tampan itu nampak membawa sebuah koper hitam miliknya dan berpenampilan sangat rapi dan berkelas, seperti biasa. Wajah Celia langsung menunjukkan ekspresi bingung. "Mau ke mana sih? Kok bawa koper besar segala?! Kenapa tidak kemarin-kemarin bilang ke Celia, sih Mi?!" amuk Celia pada Maminya. "Kita mau ke Italia, kenapa?" Miko pun ikut menyahuti. Saat itu juga Celia berdecak kesal,
"Adikmu murung sekali, Miko. Kenapa Celi?" Daniel memperhatikan putrinya yang tampak sedih, gadis itu juga tidak mau bergabung bersama Mama dan Papanya seperti biasa. Celia diam di lantai dua, di depan jendela di samping sebuah pohon natal besar dan perapian. Pertanyaan sang Papa membuat Miko mendengkus pelan. "Galau dia Pi, ditinggal Justin." "Ohhh, Justin kan pulang ke London, tidak papa lah... Orang ke rumah keluarganya," jawab Daniel dengan santai. "Loh, dia asli orang Britania ya?" sahut Frisca seraya membantu Miko membungkus banyak hadiah. Daniel mengangguk. "Dari kabar yang aku dengar sih begitu. Tapi dia adalah anak muda yang sangat mandiri, bahkan dia mengembangkan perusahaannya tanpa mengeluh sedikitpun." Mendengar hal itu membuat Miko mengangguk, sejujurnya ia tidak membenci sosok Justin, juga tidak menganggap sebagai saingannya apalagi tidak menyukainya karena mendekati Celia, tapi bagi Miko ia takut kalau Justin yang sudah tahu tentang dunia luar akan menyakiti C
Celia duduk diam menunduk kepalanya di bangku panjang di dalam bandara. Gadis cantik itu meletakkan tangannya di dada dan menggenggam kalung yang tadi Justin pakaikan padanya. Ponsel Celia berdering dan ternyata panggilan dari Papanya. Namun Celia enggan menjawab, pasti mereka hanya bertanya dia di mana, setelah itu mereka mengatakan mereka akan pergi dan Celia sendirian lagi. "Mereka pasti cuma mau pamit pergi saja," gumam Celia kembali mendongakkan kepalanya menatap sekitar. Beberapa orang berlalu-lalang di depannya dan tidak seramai tadi.Namun pintu kaca di depan sana tiba-tiba terbuka, nampak Ludwick berlari ke arahnya dan menatap wajah Celia dengan lekat. "Cel, duh... Aku kira pulang sendiri," ujar laki-laki itu seraya merapatkan mantel hangatnya. Kening Celia mengerut dan ia menatapnya lesu. "Justin pergi ke London, mendadak pula," ucap Celia. "Udah, nggak usah dipikirin! Ayo pulang, salju turun tebal di luar Cel, ayo!" Ludwick menarik pelan lengan Celia. Mereka berdua
Dia minggu berlalu dengan cepat. Celia menjalani harinya seperti biasa dan gadis itu kini sedikit menjaga jarak dengan sang Kakak, lebih tepatnya saat mereka bertengkar beberapa waktu yang lalu. Hari ini di rumah Celia kedatangan tamu penting, Miko akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Kakak laki-laki Celia itu mudah sekali mendapatkan seorang pasangan. Calon istrinya pun sangat cantik, tapi secantik apapun dia Celia yang marah pada Miko, ia ikut malas pula pada Kakak iparnya. "Celia, tidak mau kenalan sama Kak Arzela?" tanya Frisca saat melihat putrinya berjalan menuruni anak tangga. Celia diam, di sana Miko menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan."Tapi Mi, Celi buru-buru dan-""Sapa sebentar, apa susahnya sih, Cel!" Miko menatap sinis pada sang adik. Celia merotasikan kedua matanya, ia langsung mendekati calon Kakak iparnya dan gadis itu langsung mengulurkan tangannya dengan sopan. Arzela pun hanya tersenyum manis. "Celia cantik sekali," ucap Arzela. "Iya Kak, kayak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires