Share

Istri Muda Kesayangan Paman CEO
Istri Muda Kesayangan Paman CEO
Penulis: INDRY

Bab 1. Sebuah Kabar

"Li-lima ratus juta? Itu artinya … jika perempuan yang jadi istri ke-2 bosmu melahirkan seorang anak, maka dia akan mewarisi kekayaan keluarga Dharmawangsa?"

Paman dari Sarah itu terkejut mendengar kabar yang disampaikan kerabat jauh mereka itu.

Siapapun wanita yang mau menjadi Istri muda dari Tuan Adipati Dharmawangsa, jelas akan beruntung sekali.

Meski sudah berusia 42 tahun, tetapi pria itu tak hanya kaya dan seorang pewaris tunggal. Seluruh orang di negara ini pun tahu bahwa kharisma dan ketampanan Adipati jelas mampu membuat para gadis muda berlomba naik ke ranjangnya.

"Benar sekali," konfirmasi sang tamu, “tapi, ini informasi yang sangat rahasia, ya.”

Mendengar itu, Ali semakin tertarik. Ia sadar bahwa keponakannya sudah besar dan memiliki wajah yang cantik. Bahkan, tidak kalah dari para gadis kota yang perawatan jutaan rupiah.

Bukankah lebih baik bila Sarah saja yang menjadi calon istri Tuan Adipati?

Hidup gadis itu akan terjamin dan juga … Ali bisa ikut mendapatkan kesempatan luar biasa untuk berbesan dengan keluarga Dharmawangsa!

“Bagaimana jika keponakanku saja yang menjadi istri kedua bosmu?” ucap Ali bernegosiasi.

"Tidak! Aku tidak mengizinkan,” tolak Layla dengan cepat.

Ibu Sarah yang sedari tadi mendengarkan percakapan antara sang kakak dan tamunya itu, tampak tak senang.

“Lagi pula, Sarah juga pasti tidak akan setuju," tambahnya.

Ali lantas menatap tajam sang adik. "Ck. Kamu diam saja, Layla! Aku yang akan mengurusnya."

Layla terdiam, enggan melawan sang kakak.

Setelah wanita itu ditinggal meninggal sang suami, Ali lah yang menjadi sosok ayah bagi sang putri.

Meski tidak banyak membantu, tetapi kakaknya itu jelas dihormati oleh Sarah.

Terpaksa, ia pun mendengar percakapan Ali dan sang tamu tentang keuntungan sebagai istri kedua sang bos. Meskipun tidak senang, Layla turut serius mendengarkan.

"Ssst!" Ali mendadak memberi isyarat untuk diam setelah melihat kedatangan Sarah– keponakannya.

Perempuan dengan wajah menawan itu tersenyum manis kala muncul di hadapan mereka.

“Selamat sore,” sapa Sarah segera menghampiri sang ibu, paman, serta tamu yang tak dikenalnya.

Ia segera menyalim ketiganya.

Meski wajahnya tertutupi debu dan pakaiannya tampak lusuh akibat bekerja sebagai kuli di pasar, tetapi pesona Sarah tak dapat dihindari.

Terkadang, sang ibu tak tega melihat keadaan putrinya itu.

Saking miskinnya mereka, Sarah harus bekerja keras demi mencari beberapa cangkir beras untuk di rumah.

Padahal, dulu hidup mereka berkecukupan. Tapi, putrinya itu tak pernah mengeluh….

‘Seandainya kecelakaan itu tak pernah terjadi,’ batin Layla pedih mengingat dirinya dan Sarah yang diusir, serta dicoret dari daftar waris sang suami oleh mertuanya.

"Sarah, apa kau ingat dengan paman ini?" tanya Ali tiba-tiba, “dia Paman Romi!”

Perempuan berusia 22 tahun itu terdiam dan berpikir sejenak. Sayangnya, Sarah tak bisa mengingatnya.

"Maafkan aku, Paman. Aku belum bisa mengingatnya," ucapnya tak enak sembari menggelengkan kepala.

Romi terkekeh. "Tidak masalah. Saat itu, kau memang masih kecil. Jadi, wajar saja jika kau tidak mengingatku. Setelah kejadian itu, kita memang belum pernah bertemu lagi."

Sarah tidak mengerti maksud perkataan Romi tentang ‘kejadian’ apa yang dimaksud. Oleh sebab itu, ia memilih tersenyum dan mengangguk untuk menghargai tamu pamannya itu.

Hanya saja, Sarah tak sengaja menoleh pada ibunya. Seketika, ia menyadari bahwa Layla terus saja diam. Kekhawatiran pun muncul dalam dirinya. "Kenapa ibu diam saja? Apa ibu sedang tidak enak badan?"

Layla sontak menggeleng. Tak lupa, ia mengulas senyum pada Sarah. "Ibu baik-baik saja. Ibu hanya sedang mendengarkan cerita mengenai pengalaman Paman Romi saat bekerja di kota."

Mendengar itu, Sarah mengangguk lega. "Baiklah kalau begitu. Silakan dilanjutkan, Paman. Aku ingin membersihkan diri lebih dulu."

Perempuan itu pun berpamitan pada mereka untuk mandi sebentar.

Lagipula, dia merasa tidak enak jika kerabatnya mencium aroma keringat bercampur matahari yang tidak sedap dari dirinya.

Hanya saja, langkah kakinya terhenti begitu mendengar ucapan sang Paman. "Sarah. Tunggu!"

Perempuan itu segera berbalik badan menatap Ali. “Iya, Paman?”

"Kami sebenarnya sedang membicarakan tentang acara pernikahanmu."

Deg!

“Pe–pernikahan?” beo Sarah sangat terkejut.

Matanya melebar ketika Ali mengatakan hal tersebut. Setahunya, saat ini sang kekasih sedang bekerja di luar kota.

Mungkinkah Arjuna-kekasihnya telah datang melamarnya tanpa memberitahunya lebih dulu?

Sontak kedua netra Sarah berbinar bahagia.

Diedarkannya pandangan ke semua sudut ruang tamu untuk memastikan apakah Arjuna sedang bersembunyi untuk memberikannya kejutan.

Namun, tampaknya pria itu tak ada di sana….

"Bu, apa benar tadi Arjuna datang melamarku? Tapi, kenapa dia tidak bilang dulu padaku?" tanyanya bingung.

Layla sendiri tidak kalah terkejutnya dengan Sarah.

Raut wajah wanita itu seketika berubah menjadi sendu–tak mampu menjawab pertanyaan Sarah.

Putrinya itu sepertinya telah salah paham, dan mengira Arjuna lah yang melamarnya.

"Bukan dengan Arjuna," jelas Ali cepat, “tapi, dengan pria pilihan kami, Sarah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status