Sarah mengernyitkan dahi–merasa bingung.
Ditatapnya sang Ibu yang segera mengalihkan padangan.Hal ini membuat perempuan itu memegang kedua lengan Layla. "Ibu? Apa maksudnya?”“Ibu tahu jika aku hanya mencintai Arjuna, kan?” Suara perempuan itu bergetar.Ia berharap sang ibu menepis ucapan pamannya.Arjuna adalah kekasihnya sekaligus teman masa kecilnya. Mereka saling mencintai. Arjuna bahkan berjanji akan segera melamarnya setelah pulang dari rantau.Hanya saja, Layla tetap diam.Di sisi lain, Ali segera mendekati keponakannya itu. "Sarah. Kami tidak mungkin salah memilihkan suami untukmu. Kamu akan hidup berkecukupan dan bahagia. Kamu juga tidak perlu lagi bekerja nguli di pasar hanya demi sesuap nasi," bujuknya.Ia terus memberikan gambaran hidup bahagia setelah Sarah menikah nanti.Sarah sontak mengepalkan kedua tangannya.Dia tidak terima, mengapa mereka seenaknya memutuskan dengan siapa dirinya akan menikah tanpa persetujuan darinya?"Tapi—""Dengar, Sarah! Apakah kamu tidak kasihan pada ibumu? Lihatlah dia! Berpakaian lusuh setiap hari. Kulitnya juga sudah tampak menua dan mulai keriput. Apakah kalian pernah merasakan nikmatnya daging untuk lauk?” cecar Ali sebelum Sarah bisa menyelesaikan ucapannya, “Tidak pernah, Sarah!""Tapi, kami baik-baik saja selama ini, Paman," ucap Sarah membela diri.Mendengar itu, Ali berdecak malas. "Itu menurutmu. Pernahkah kamu bertanya apa yang sedang ibumu inginkan? Menurutmu, tidakkah ibumu ingin memakai baju baru dan bukan baju yang kalian pungut dari tempat pembuangan?”“Sarah, ibumu sudah cukup lama hidup menderita. Namun, dia tetap membesarkanmu dengan penuh kasih sayang. Apakah kamu tidak ingin sekali saja membuatnya bahagia?" desak pamannya itu lagi.Sarah membeku. Ia berharap sang ibu berkata sesuatu. Namun, Layla hanya diam saja.Apakah ibunya juga benar-benar menginginkan pernikahan itu terjadi?Sadar tak punya pilihan, Sarah pun berlari keluar rumah meninggalkan mereka.Di sisi lain, Layla terkejut melihat penolakan sang putri.Ia hendak mengejar Sarah. Namun, Ali justru menahannya."Layla. Sebaiknya, kau pikirkan tawaran itu baik-baik," ucap pria itu dengan tatapan tajam."Betul, Layla. Kesempatan bagus tidak akan datang dua kali," timpal Romi seraya berjalan menghampiri mereka.Layla hanya diam.Berat rasanya memaksa Sarah untuk menerima pernikahan yang tidak diinginkannya.Terlebih, ia juga mengenal baik sosok Arjuna. Pemuda itu sangat mencintai putrinya dan seorang yang pekerja keras.Layla pun sebenarnya percaya jika Sarah menikah dengannya, mereka akan bahagia. Namun, desakan dan rayuan Ali membuat Layla bimbang.Sebagai ibu, dia juga pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya."Aku harus berbicara dulu dengan Sarah. Hidupnya bukanlah milikku," tukasnya lirih."Selama ini, kau sudah sangat menderita. Kau membesarkan Sarah seorang diri, hingga dewasa. Bukankah pantas bila Sarah melakukannya untuk membahagiakanmu sebagai ibunya?" desak Ali, “lagipula, kehidupan Sarah jelas lebih terjamin nantinya.”“Aku–”Ali mendengus kesal, merasa adiknya tidak memahami apa yang dikatakan olehnya."Romi,” ucap paman dari Sarah itu mendadak, “kami akan tetap mengambil penawaranmu."Tanpa mereka sadari, Sarah belum jauh dari rumah dan mendengarkan itu semua.Tangannya mengepal menahan emosi. Ia pun berlari semakin jauh untuk menenangkan diri.Tak terbayangkan olehnya, mendadak harus menikahi orang yang tak ia kenal.Sarah terus berlari, hingga langkah kakinya perlahan membawa perempuan itu ke dekat sungai.Ia pun duduk di tepi dan melempar batu sembari menemukan solusi dari masalahnya. Namun, hingga matahari mulai terbenam, Sarah belum juga menemukannya.“Lari jika mau selamat!”Suara teriakan anak-anak yang sedang bermain memecah konsentrasi Sarah.Perempuan itu seketika menoleh dan mendapatkan sebuah ide. “Benar. Aku harus lari dari sini dan segera menemui Arjuna!”Sarah pun segera berlari dan menuju rumah.Tak dihiraukannya Layla yang berada di kursi, ia langsung memasuki kamar.Sarah segera berkemas mempersiapkan rencana pelarian dirinya dan mencari waktu yang tepat untuk keluar.Hanya saja, tanpa ia sadari, Ali dan Romi bergerak lebih cepat….***"Layla. Romi sudah datang bersama bosnya," bisik paman dari Sarah itu."Secepat ini?" Layla terkejut. Ia pikir mereka akan memberikan waktu untuk Sarah bisa menerima perjodohan itu.Namun, ternyata mereka menginginkan pernikahan begitu cepat tanpa membicarakan persiapannya."Sarah ada di mana?""Dia sedang mengurung diri di kamar," jawab Ibu Sarah itu tak mengerti.Ali mengangguk.Ia khawatir jika keponakannya itu melarikan diri. Jadi, pria itu meminta seseorang yang datang bersamanya untuk berjaga di jendela kamar Sarah, hingga esok pagi.Sementara itu, di luar, terlihat sebuah mobil hitam mewah milik Adipati memasuki halaman rumah Layla.Ali pun langsung bergegas menghampiri mobil itu untuk menyambut."Selamat datang, Tuan."Adipati hanya mengangguk sebelum akhirnya berkata, “Aku tidak ingin membuang waktu. Lakukanlah dengan cepat. Jangan membuat kesalahan."Paman dari Sarah itu terdiam. Ia memang sudah diberitahu jika pewaris di depannya ini tidak punya banyak waktu, sehingga Adipati harus segera menikahi Sarah secepatnya."Baik, Tuan," balas Ali hormat.Meskipun sangat mendadak, pria itu memastikan semua acara akan berjalan lancar. Tadi, ia bahkan langsung menghubungi kepala desa dan beberapa orang penting.Hanya saja, ada satu hal utama yang perlu Ali pastikan …."Ekhem. Maaf, Tuan. Tapi…bagaimana untuk maharnya?" tanyanya tak tahu malu.Adipati seketika menatapnya sinis, sebelum kembali melirik ke arah Romi. "Tunjukkan padanya."Bawahannya itu sontak menunjukkan sebuah koper yang berisi uang. "Ini adalah uang yang Tuan Adipati janjikan pada kalian," ucap Romi.Melihat itu, mata Ali langsung terbelalak melihat banyaknya jumlah uang di dalamnya. Dia bahkan langsung mempersilahkan kedua tamunya untuk masuk ke dalam rumah–tak peduli jika Adipati kini menatap pria itu dengan tatapan aneh.****Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi