Beranda / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 7 : Membuat Keributan

Share

Bab 7 : Membuat Keributan

Penulis: Adinasya Mahila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-27 12:19:22

Terang saja Jiwa heran dengan tingkah gadis yang dirasanya sangat berani ini. Ia hampir menepis tangan Ayuda tapi gadis itu lebih dulu menjauhkan tangannya.

“Kamu tidak akan bisa menyentuhku lagi kecuali aku yang menginginkannya,” ucap Ayuda. Ia kini menatap Wangi yang kebingungan. Dengan senyuman miring, dia menjinjitkan kaki lalu berbisik ke telinga Jiwa, matanya masih menatap ke arah wangi. Alih-alih berbicara lirih, dia malah sengaja mengeraskan suara.

“Aku datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban.” Ayuda tersenyum, dia membuat Wangi geram dan mendorong pundaknya menjauh.

“Berani-beraninya kamu!” Wangi mengangkat tangan ingin menampar Ayuda tapi gadis itu lebih dulu mencekal dan bahkan mencengekeram erat tangannya.

“Apa kalian tahu siapa aku? aku bukan gadis yang … “

“Sudah jangan bertengkar!” Jiwa memotong ucapan Ayuda karena tahu sang mama sedang menguping pembicaraan itu. Ia memberi kode ke Wangi dan istrinya itu pun paham, sedangkan Ayuda lagi-lagi tersenyum sinis.

“Kita bicara di luar!” Jiwa menarik lengan Ayuda, tapi jelas gadis itu tak akan hanya diam. Meladeni Ayuda tak semudah yang Jiwa bayangkan. Gadis itu berteriak kesakitan hingga mau tak mau dia melonggarkan cekalan.

“Setelah merenggut mahkota berhargaku, beginikah perlakuanmu?”

Dengan suara lantang Ayuda mengucapkan kalimat itu. Ia sengaja agar Linda mendengar dan semakin kebingungan memahami situasi yang terjadi.

“Jangan banyak tingkah!” bentak Jiwa.

Mereka berdua keluar dan berdiri di teras, hal  pertama yang dilakukan Jiwa adalah memindai penampilan Ayuda dari atas ke bawah. Dia yakin gadis ini adalah Arra yang dia beli dari Bowo, tapi kenapa perangai dan gaya berpakaiannya sangat jauh berbeda. Gadis di depannya nampak lebih glamor, tidak seperti Arra yang sederhana. Jiwa mulai bertanya-tanya mungkinkah dia sudah melakukan kesalahan, apa mungkin yang dia tiduri memang bukan Arra tapi gadis lain.

“Kenapa memandangiku seperti itu? apa kamu tidak pernah melihat wanita cantik?” sindiran Ayuda menyadarkan Jiwa dari pikirannya.

“Apa kamu masih tidak mengerti situasi apa yang terjadi? perlukah aku menjelaskannya?” pundak Ayuda mengedik, sedangkan bibirnya yang sejak tadi tersenyum mencibir berangsur menghilang. Tatapan matanya berubah sangat dingin.

“Wanita yang kamu perkosa itu bukan Arra melainkan aku,” ucap Ayuda dengan gigi bergemerutuk. “Aku Ayudara Affandi, seharusnya kamu tahu siapa Affandi. Papamu pasti sering membicarakan masalah bisnis denganmu ‘kan?”

Jiwa terbelalak, dia tak percaya dengan apa yang Ayuda katakan. Reflek pria itu menggeleng lalu membuang muka. Jiwa tergelak ironi. Ia bingung dengan situasi yang dihadapinya saat ini. Jika benar Ayuda adalah anak dari lawan bisnis papanya, semuanya pasti akan semakin rumit.

“Lalu, apa maumu?” tanya Jiwa dengan raut wajah tak kalah dingin. Ia tidak ingin sampai Ayuda sadar bahwa dia merasa cemas.

“Apa mauku? Aku ingin kamu menikahiku,” jawab Ayuda dengan enteng. Seolah dia suka rela untuk dijadikan yang ke dua.

“Menikah?” Jiwa lagi-lagi tergelak, dia merasa jalan pikiran Ayuda sungguh sangat aneh. Bukannya mengancam melaporkannya ke polisi tapi gadis ini malah ingin dinikahi.

“Bukankah kamu ingin anak? Dan istrimu itu mandul?” cibir Ayuda.

Terang saja Jiwa semakin terbahak, karena Wangi tidak mandul seperti apa yang Ayuda tuduhkan, wanita itu hanya karena tidak ingin mengandung. Wangi takut karirnya akan meredup dan bentuk tubuhnya berubah setelah melahirkan. Mendapati Jiwa seperti ini, Ayuda malah berpikir kalau tuduhannya perihal Wangi yang mandul adalah fakta.

“Aku bisa memberikanmu anak, bukankah itu yang kamu inginkan? Aku yakin dia akan menjadi orang hebat nantinya, anak itu bisa menyatukan keluarga Affandi dan Ramahadi yang selalu bersaing di dunia bisnis, tapi tentu saja jika papamu tidak membunuhmu lebih dulu.” Ayuda tertawa setelah mengucapkan kalimat itu, dia membuat Jiwa gentar.

Keduanya masih terdiam dan saling menatap tajam, hingga Linda memilih keluar dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi di sini. Seketika itu juga ekspresi Ayuda berubah, dia memasang muka sedih dan mengatakan ke Linda bahwa Jiwa sudah memperkosanya. Berpikir bahwa Linda akan membela, tapi nyatanya Ayuda keliru. Linda sangat memanjakan Jiwa, alhasil Ayuda lah yang terkena sembur wanita paruh baya itu.

“Omong kosong, jangan coba-coba kamu fitnah putraku!”

Ayuda tersentak, di dalam hati dia merutuki diri sendiri.  “Sialan, seharusnya aku tahu bahwa mereka satu kubu.”

“Kalau kamu tidak percaya, aku akan memberikan laporan visum, tapi jangan salahkan aku jika dalam waktu kurang dari 24 jam, saham perusahaan suamimu akan anjlok,” ancam Ayuda.

“Kamu! berani-beraninya mengancam.” Muka Linda merah padam, tangannya bahkan sudah mengepal di sisi badan.  “Pergi kamu dari sini! jangan coba-coba merusak keharmonisan rumah tangga putra dan menantuku,” bentak Linda.

“Merusak? Keharmonisan? Aku malah ingin membuat rumah tangga putramu lebih berwarna,”kata Ayuda lalu tergelak setelahnya.

“Dasar wanita sinting!” Linda hampir menampar Ayuda tapi ditahan oleh Jiwa.

“Pergi dari sini! jangan membuat keributan,” perintah Jiwa.

Ayuda tersenyum miring sambil memutar bola mata malas. Ia akhirnya memilih pergi dari sana, tapi sebelum itu dia mengambil ponsel di dalam tas. Ayuda nampak mengetikkan sesuatu setelahnya tersenyum mencibir. Dia bahkan mengibaskan rambut sebelum melangkah menuju sedan mewah berwarna merah yang terparkir di halaman. Di sana ternyata Aldi sudah menunggu, pria tu dia perintahkan untuk tidak ikut campur sampai dirinya merasa benar-benar butuh bantuan.

Saat Ayuda duduk di kursi penumpang, Aldi nampak baru saja meletakkan ponsel ke dashboard.

“Apa sudah beres?” tanya Ayuda dengan sorot mata membunuh.

“Beres Nona, sebentar lagi mereka pasti akan kebingungan menghadapinya,” jawab Aldi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
jiwa salah bermain main sama ayuda
goodnovel comment avatar
Nisa Alissa
seru tp beli koin ......
goodnovel comment avatar
Sari 💚
Koq senang liat Ayuda, lanjutkan. jangan mau diinjak-injak Ayuda. mereka licik kamu juga harus licik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status