Share

Bab 6 : Halo, Tuan!

Sore itu seorang pria berkaos hitam lusuh nampak duduk di depan Jiwa dan Wangi di sebuah restoran mewah. Pria yang merupakan ayah tiri gadis bernama Arra itu bernama Bowo. Pria yang sudah menjual anak tirinya sendiri demi uang itu gemetaran, saat Wangi berkata bahwa putri tirinya berani memukul kepala Jiwa menggunakan vas bunga sampai terluka.

Wangi ingat, awal perkenalan mereka sekitar tiga bulan yang lalu, di mana saat itu dirinya dibantu sang manager mencari gadis yang bisa dijadikan alat untuk mengandung dan melahirkan anaknya dan Jiwa, tapi ternyata rencana yang sudah Wangi susun tidak berjalan mulus. Banyaknya prosedur yang dilalui, hingga dokter yang enggan melakukan tindakan medis melawan hukum karena mereka ingin memakai ibu pengganti. Alhasil, Wangi harus memaksa Jiwa menyetubuhi Arra. Dan jika ada satu wanita gila di dunia ini yang rela membiarkan perbuatan itu terjadi, dia adalah Wangi – si ambisius.

“Kamu tahu, setelah membuat suamiku terluka anakmu kabur dari villa. Orang-orang kami bilang ada serombongan pria datang dan menghajar mereka habis-habisan, jadi di mana anak tirimu sekarang?” tanya Wangi dengan raut muka kesal. Ia sudah meminta Bowo datang bersama Arra tapi hanya pria itu saja yang menemuinya.

“Ar-ar-Arra tidak pulang ke rumah,” ucap Bowo terbata, dia takut jika dimintai pertanggungjawaban karena uang dari Jiwa dan Wangi sudah habis dipakai untuk berjudi.

“Lalu ke mana dia?” bentak Wangi. Ia takut Arra melapor ke polisi, jika hal itu sampai terjadi tamat sudah riwayatnya. “Aku akan membunuhmu jika sampai mulut anakmu itu berkoar-koar ke publik, kamu tahu ‘kan siapa aku!”

“Ta-ta-tahu Nyonya.” Bowo terus menunduk meski di dalam hati dia menggerutu dan kesal ke Wangi.

“Kalau kamu tahu siapa aku, maka urus putrimu itu. Dia harus mematuhi isi perjanjian yang sudah ditandatanganinya, Arra harus mengandung anak kami.” Wangi lagi-lagi berbicara lantang, pembawaannya meledak-ledak berbeda dengan Jiwa yang hanya diam sejak tadi.

Jiwa sejatinya dilema, dia benar-benar tak percaya Wangi melakukan semua ini hanya demi memberi papanya cucu tanpa ingin melepaskan karir keartisannya. Bodohnya, dia sangat mencintai wangi hingga melakukan apapun yang diinginkan wanita itu. Jiwa masih memilih untuk bungkam, hingga tiba-tiba saja mamanya menelepon. Wanita itu berbicara dengan nada panik dan meminta Jiwa untuk segera pulang ke rumah.

“Ada masalah mendesak, kita harus pulang,” ucap Jiwa ke istrinya.

Wangi menoleh dengan wajah kebingungan, pagi tadi dia sudah mendapat sindirian dari mertuanya karena luka di kepala Jiwa. Ia dianggap tidak bisa mengurus suami dengan benar dan hanya mementingkan popularitasnya.  “Masalah apa?” tanyanya heran.

“Mama tidak mau bilang,” jawab Jiwa dengan enteng sebelum menatap tajam Bowo yang sudah berani menegakkan kepala.

“Jika sampai anakmu melapor polisi dan namaku juga Wangi terseret, kamu tahu dengan jelas siapa yang akan berakhir membusuk di penjara.” Jiwa memulas senyum sinis, dia lantas berdiri disusul oleh Wangi yang bertanya lagi, apa yang terjadi sampai mertuanya meminta sang suami pulang ke rumah.

_

_

Linda berdiri memandang ke arah ruang tamu. Ia memilih tidak kembali ke ruangan itu setelah masuk ke dalam untuk menelepon putra sulungnya tadi. Linda benar-benar dibuat terkejut dengan kedatangan orang asing ke rumahnya.

“Eh … mau kemana?” tanya Linda melihat pembantunya membawa nampan berisi minuman untuk sang tamu.

“Mau disuguhkan ke tamu Nyonya,” jawab si pembantu.

Linda menggeleng, dia meminta pembantunya kembali ke belakang dan melarangnya keluar jika dia belum memanggil atau membutuhkan. Pasalnya, Linda bingung dengan ucapan tamu yang datang ke rumahnya itu – siapa lagi kalau bukan Ayuda. Gadis itu sengaja ke sana dan mengaku sebagai kekasih Jiwa. Pandainya, saat ditanya oleh pembantu yang membukakan pintu, Ayuda berkata bahwa dia teman Wangi. Linda sempat memindai penampilan Ayuda, semua yang melekat di tubuh gadis itu merupakan barang branded, higga dia pun berpikir mungkinkah Ayuda adalah selingkuhan Jiwa. Linda pun menelepon sang putra, dia tidak tahu bahwa Jiwa sedang bersama Wangi saat itu.

Ayuda nampak duduk tenang, sesekali memindai ruang tamu rumah itu. Bibirnya memulas smirk melihat foto keluarga Ramahadi, dia tahu musuh bebuyutan papanya itu memiliki dua orang anak laki-laki.

“Dia pasti putra kedua Ramahadi yang bernama Raga,” gumam Ayuda dalam hati.

Gadis itu santai dan terlihat tenang, dia sengaja datang lebih awal untuk melihat keadaan. Tak disangka Linda memintanya duduk untuk menunggu alih-alih mengusirnya.  Hingga beberapa saat kemudian, Ayuda mendengar langkah kaki, dia yang memalingkan muka pun langsung menoleh ke arah pintu. Ia berdiri dan tersenyum lebar mendapati Jiwa datang, Ayuda semakin senang karena pria itu ternyata bersama Wangi.

Mata pasangan suami istri itu membelalak lebar mendapati gadis yang masih mereka pikir Arra itu berani datang ke rumah.

“Ka-ka-kamu.” Wangi terbata-bata, dia heran dengan penampilan Arra yang jauh berbeda.

Namun, bukannya merespon Wangi, Ayuda malah berjalan mendekat ke arah Jiwa dan berdiri tepat di depan pria itu.

“Apa kabar Tu-an Ji-wa?” ucap Ayuda dengan nada suara mencibir. Ia bahkan berani membetulkan dasi Jiwa yang sedikit miring.

_

_

Hai this is Adinasya

Jangan lupa tinggalkan komen dan bagi Gem-nya ya

Terima kasih

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Susan Manies
tumben Na..novel nya tegang gini...biasa nya bikin perut kram ............ btw...goodjob............
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
tak terduga ayuda wkwkwk
goodnovel comment avatar
Sari 💚
sokor. Ayuda muncul sendiri, hancurkan mereka semua Ayuda ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status