Share

Bab 8

"Maya sedang menunggumu, Lang," Hendra memberitahu.

Erlang yang sedang menyeruput kopi di balkon kamarnya segera menoleh pada sang asisten. "Untuk apa dia menemuiku lagi, apa tidak cukup dia mempermalukanku kemarin? Pakai blokir nomor segala," jelasnya dengan geram, lalu menyeruput kembali kopi hangat yang hanya tersisa setengah.

"Alaaah, jangan banyak gaya lagi, mumpung dia datang, temui sana!" Hendra malas meladeni atau pun berdebat. Dia paham jika sifat Erlang yang terlihat dingin kali ini hanya karena ego semata akibat merasa sakit hati ditinggalkan Maya secara sepihak.

Erlang berdecak kesal. Hati kecilnya turut menyuruh agar segera berdiri dan menemui Maya. Sambil meraih ponselnya yang berada di atas meja bundar tersebut, Erlang berucap pelan, "Kamu memang paling paham dengan keadaanku."

"Ha ha ha ha," tawa Hendra menggelegar mengisi ruangan itu ketika melihat Erlang sudah berdiri. "Aku doakan semoga kamu secepatnya bisa buka puasa," ledeknya.

Erlang mengabaikan suara sumbang Hen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status